JERUSALEM - SURYA— Demonstran Yahudi ultraortodoks melemparkan batu ke Menteri Dalam Negeri Israel Eli Yishai dan mengiris ban mobilnya di Jerusalem, Senin (24/5/2010). Namun, ia berhasil diamankan dan dibawa pergi dari lokasi kejadian tanpa cedera.
Yishai (47) dan juga seorang Yahudi ortodoks sedang berkunjung ke Meah Shearim yang warganya umumnya religius ketika ia diserang. Juru bicara polisi, Micky Rosenfeld, mengatakan, “Demonstran mengiris ban mobilnya dan melemparkan batu. Polisi tiba di lokasi dan membubarkan mereka serta membawa sang menteri dengan selamat dari daerah itu.”
Insiden itu menunjukkan adanya ketegangan di antara kelompok-kelompok Yahudi
di Israel di mana banyak kaum Yahudi ultraortodoks marah atas keputusan pemerintah pekan lalu untuk memindahkan tulang belulang kuno dari sebuah situs yang kemudian akan menjadi unit gawat darurat sebuah rumah sakit yang baru.Banyak orang Yahudi ortodoks percaya bahwa memindahkan atau membangun di atas kuburan manusia merupakan pelanggaran terhadap hukum agama.
Laporan media Israel sebagaimana dilansir Reuters mengatakan, Yishai berhasil berlindung dalam sebuah gedung saat batu dilemparkan kepadanya. Yishai, pemimpin sebuah partai agama bernama Shas, merupakan mitra dari pemerintahan koalisi sayap kanan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, yang memperjuangkan dana yang lebih besar bagi institusi agama dan hal itu sering kali memicu penentangan dari warga Yahudi yang nonreligius.
Penolakan Yishai untuk bergabung dalam koalisi Kadima yang dipimpin Tzipi Livni dikatakan berperan penting untuk menaikkan Netanyahu ke tampuk kekuasaan setelah pemilihan umum tahun lalu. Kementerian Dalam Negeri yang pimpin Yishai dipersalahkan karena memublikasikan sebuah rencana proyek perumahan untuk Jerusalem timur, yang diincar Palestina sebagai ibu kota negara.
Publikasi itu bertepatan dengan kunjungan Wakil Presiden Amerika Serikat Joe Biden ke Israel pada Maret lalu dalam upaya untuk menghidupkan kembali proses perdamaian dengan Palestina. Publikasi yang “tidak tepat waktu” tersebut sempat meningkatkan ketegangan dengan Washington pada saat itu.
EGP/kcm/aegi