Oleh: Burhan Sodiq & Khoirudin
Pada suatu hari ada seorang perempuan mengaku telah berbuat dosa. Sejak saat itu ia tidak mau lagi shalat dan berzikir. Karena baginya, dirinya adalah seorang yang sudah kotor. Tidak berhak lagi mendapatkan kasih sayang Allah. Sehingga dia tidak mau lagi shalat, tidak mau lagi berdoa kepada Allah. Semakin dia langgar perintah Allah, semakin dia berani kepada Allah. Ia sudah tidak mau lagi berharap surga. Naudzubillah min dzalik...
Pernahkah kamu punya teman seperti itu? Mungkin ada banyak orang yang memiliki pengalaman hidup seperti itu. Berputus asa dari rahmat dan ampunan Allah, Sehingga hidupnya yang gelap menjadi semakin gelap.
Rasulullah bersabda: "Tidak seorang jua pun di antara kalian, melainkan tempatnya telah ditentukan Allah di surga atau di neraka. Maka bertanya seorang sahabat, ”Ya Rasulullah ! Kalau begitu apakah tidak lebih baik kita diam saja. Menunggu suratan taqdir nasib kita, tanpa beramal.” Mendengar pernyataan ini Beliau lantas meluruskannya ; Orang yang telah ditetapkan Allah menjadi orang bahagia, adalah karena ia beramal dengan amalan orang yang berbahagia, dan orang yang telah ditetapkan Allah menjadi orang yang celaka adalah karena ia beramal dengan amalan orang celaka.
Karena itu beramallah! Semua sarana telah disediakan. Ada pun orang-orang bahagia. Mereka dimudahkan untuk mengamalkan amalan-amalan orang berbahagia. Dan orang-orang celaka. Mereka dimudahkan untuk beramal dengan amalan orang-orang celaka. Kemudian beliau membaca ayat : “Adapun orang yang memberikan ( hartanya di jalan Allah ) dan bertaqwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik ( surga ). Maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. Dan adapun orang-orang yang bakhil, dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan pahala yang terbaik. Maka kelak Kami akan menyiapkan baginya ( jalan ) yang sukar.” (QS. 92:5-10)” H.R.Muslim.
Saudaraku, surga memang diliputi dengan segala hal yang membosankan, dan tidak mengenakkan. Sedang neraka dihiasi dengan kemudahan dan keenakan. Padahal dalam kesempatan lain Rasululah Saw juga selalu memberi motivasi kepada para sahabat untuk beramal. Bahkan banyak di antara mereka yang dijamin surga.
Saudaraku, saya yakin kamu tidak akan berpangku tangan, pasrah, menerima, dan rela berjalan di atas bumi ini bagai air yang mengalir begitu saja. Tanpa tujuan, tanpa visi, tanpa azzam. Ingatkah ketika Rasulullah Saw bersabda di hadapan para sahabat. Waktu itu Matahari masih di sebelah timur kota Madinah. Hadir di sana Abu Jam’ah, Abu Ubaidah, dan beberapa sahabat lain. Sedang yang bertanya saat itu salah seorang sahabat yang dijamin surga. Dia adalah Abu Ubaidah bin Al-Jarroh, ; Wahai Rasulullah adakah orang yang lebih baik dari pada kami, Sedangkan kami telah masuk islam bersamamu dan telah berjihad bersamamu ? Maka apa jawaban beliau, ; “Ada, mereka adalah orang-orang yang hidup jauh, setelah masa kalian, mereka beriman padaku padahal mereka belum pernah melihatku”. Imam Al-Hakim telah mengabadikan hadis ini.
Dan para Ulama’ pun menyetujui kebenarannya. Hadis di atas tidak menihilkan keutamaan para sahabat dan salafusholih terdahulu. Mereka adalah generasi umat terbaik “khoirul qurun”. Hanya saja keutamaan kita saat ini, di banding mereka para sahabat adalah, kita tidak pernah berjumpa dengan nabi Muhammad. Tapi kita mengimani kenabiaan beliau. Sedang para sahabat beriman dengan kenabiannya karena mereka melihat nabi secara langsung, melihat mu’jizat-mu’jizatnya.
Para Bintang itu!
Di antara 10 sahabat nabi di jamin surga. Ada yang berasal dari kaum bangsawan, disegani, dan dihormati. Terpandang di tengah-tengah kabilah Quraisy karena kebijaksaannnya, dihormati karena kepandaiannya. Seorang pemuda yang pertama kali menyatakan aku beriman kepadamu wahai utusan Allah. Seorang pemuda yang rela menjadi pelindung di saat orang-orang hendak memenggal leher sang nabi. Berdua lari, berlindung di dalam gua. Kakinya tersengat binatang berbisa karena ia gunakan untuk menutup lubang ular. Agar sang nabi selamat. Hingga air matanya mengalir deras, tak mampu ia tahan. Karena khawatir orang-orang menemukan sang nabi kemudian dihabisi. Seorang pemuda yang rela menjadi tameng sang nabi di perang badar. Tubuhnya dihujam tombak, disayat pedang. Namun kecintaannya kepada sang nabi membuatnya tersenyum. Hingga ia mendapatkan kedudukan mulia di sisi nabi. Seandainya aku boleh mengambil kekasih maka engkau aku jadikan kekasihku. Begitulah Rasulullah berujar kepada sahababatnya Abu Bakar As-Shiddiq.
Di antara mereka ada mantan seorang pegulat di pasar ukas. Sebuah pasar yang ramai dikunjungi penduduk kota mekkah dan sekitarnya. Tak seorang pun menandingi kekuatannya. Kelihaiannya menyerang musuh, membuat orang-orang takut kepadanya. Badannya yang menjulang tinggi melebihi tinggi umumnya manusia. Dalam catatan sejarah islam, Rasulullah tidak pernah berdo’a secara khusus, memohon, agar Allah membuka hati salah seorang dari orang-orang kafir saat itu, kecuali do’a yang beliau tujukan khusus untuk Umar bin Khottab dan Amru Bin Hisam. “Ya Allah muliakanlah agama islam ini dengan masuknya Amru Bin Hisam atau dengan Umar Bin Khottab” begitulah Rasulullah berdo’a. hingga Allah SwT membuka hati Umar bin Khottab. Ia masuk islam di tangan sang Nabi, setelah lantunan ayat surat Tohaa menghampiri telinganya.
Keislaman Umar merubah jalan da’wah islam. Hingga tersebar ke penjuru kota mekkah. Keislamannya membuat musuh-musuh islam mengerutkan dahi, geram. Keislamannya membuat kalangan syaitan kabur, lari terbirit-birit karena takut.
Di antara mereka ada Sa’adz bin Mu’adz, ketika kesyahidan menjemputnya. ‘Penduduk langit’ gonjang, langit pun gempar. Ada Abdurahman bin Auf, seorang jutawan, nan dermawan. Wajahnya seakan sinar mentari pagi. Menyejukkan jiwa kaum muslimin yang saat itu lemah. Harta baginya hanya sekedar daun. Tapi kemuliaan islam baginya adalah ruh. Tak kurang dari 40.000 dirham perak, 40.000 dirham emas, 500 ekor kuda perang, dan 1.500 ekor unta ia sumbangkan untuk perjuangan menegakkan Islam.
Ubaidah bin al-Jaroh. Seorang sahabat yang dijuluki sebagai “aminu hadihil ummah” orang terpercaya di tengah umat. Lisannya selaras dengan hatinya. Menjaga rahasia. Dan dapat di percaya. Rasulullah pernah memberikan pernyataan tentang Abu ‘Ubaidah. “Sesungguhnya setiap umat mempunyai orang kepercayaan, dan sesungguhnya kepercayaan umat ini adalah Abu Ubaidah,”
Ada Utsman bin Affan, sang pemilik dua cahaya. Karena dinikahkan dengan dua putri Nabi, Ruqayyah dan Ummu Kultsum. Ia adalah saudagar kaya, dermawan, ringan tangan. Seorang sahabat yang mengulurkan tangannya di saat perak tabuk berkecamuk. Harta yang ia berikan untuk kepentingan jihad saat itu 940 unta, 60 kuda. Maka surgalah yang pantas untuknya.
Di sana juga ada Ali bin Abi thalib, suami dari putri Nabi tercinta, Fatimah Az-Zahra. Ia adalah golongan pertama yang masuk islam dari kalangan anak-anak. Saat itu umurnya 10 tahun. Ali terkenal berparas tampan, pemberani, ahli siasat perang dan cerdas.
Ada Thalhah bin Ubaidillah, seorang sahabat yang di kenal sebagai konsultan rasulullah. Saat berkecamuk perang Uhud, suasana sangat genting. Tersebar isu Rasulullah terbunuh. Kaum muslimin melemah. Lain halnya Thalhah, ia masih tetap tegar, ia segera mencari sang nabi. Walau sekujur tubuhnya berlumuran darah. Ketika menemukan sang nabi masih hidup, ia menjadikan dirinya sebuah perisai bagi Rasulullah dan mengalihkan panah yang akan menancap diri Nabi dengan tangannya. Sehingga semua jari-jarinya putus.
Sa’ad bin Abi Waqosh, seorang pemuda yang masuk islam berumur 17 tahun, ia sangat mahir berkuda dan memanah. Matanya jeli dan tajam. Jika memanah musuh, pasti tepat sasaran. Saat awal memeluk Islam. Ibunya mengancam mogok makan dan minum. Dengan harapan, Sa’ad kembali ke ajaran nenek moyang. Namun, hampir sang ibu menemui ajal, ancaman itu dihiraukannya. Ia tidak menjual keyakinannya dengan apa pun, nyawa ibunya sekalipun. Yang ia lakukan adalah tetap berbakti pada ibunya.
Dan banyak di antara mereka yang sukses mencapai kedudukan tinggi bersama sang nabi. Mari kita menyusul mereka. Mari kita mencontoh mereka. Mereka yang telah berlalu. Generasi pilihan, generasi terbaik. Rasulullah bersabda : “Sahabat-sahabatku bagai bintang gemintang, jika kalian mengikuti mereka niscaya kalian akan mendapat petunjuk.”
[muslimdaily.net]