MUSIBAH INDIA, Petugas dan warga berupaya mengevakuasi pesawat Air India Express yang jatuh dan terbakar di hutan yang berada di pinggiran bandara di selatan India, kemarin. 158 orang tewas dalam musibah tersebut.
MANGALORE(SI) - Daftar kelam kecelakaan pesawat bertambah. Kemarin pagi,sebuah pesawat berpenumpang milik maskapai Air India Express jatuh di dekat Bandara Mangalore, Karnataka, selatan India. Akibatnya, 158 penumpang tewas dan 8 lainnya bisa diselamatkan. Hingga kemarin,belum bisa dipastikan penyebab kecelakaan tersebut.Kotak hitam sudah berhasil ditemukan tim penyelidik beberapa jam seusai kejadian dan kini tengah diteliti di laboratorium khusus.
“Direktur Jenderal Penerbangan Sipil telah memerintahkan supaya kotak hitam lekas diproses,” tulis Kantor berita Uni Emirat Arab WAM. Pejabat Air India mengerahkan tim khusus untuk menyelidiki peristiwa jatuhnya pesawat.Menurut Direktur Air India Anup Srivastava, pilot tidak mengeluhkan problem apa pun selama penerbangan. Laporan yang diterima dari Bandara Mangalore juga terdengar biasa.“Tidak ada laporan tentang cuaca buruk atau fenomena alam yang berbeda dari hari sebelumnya,” paparnya.
Laporan ini dibenarkan Menteri Penerbangan Sipil India Praful Patel. Menurut dia, Bandara Mangaloreterusmelaporkanperkembangan cuaca di kawasan Karnataka. “Mereka melaporkan bahwa angin bertiup tenang dan tidak turun hujan,”terang Patel.Semua tampak wajar sampai peristiwa nahas yang melibatkan Air India terjadi. Saat peristiwa terjadi, cuaca di kawasan Bandara Mangalore dalam keadaan cerah.Angin bertiup lambat dan tidak turun hujan.
Namun, tiba-tiba, pesawat jenis Boeing 737-800 yang berangkat dari Dubai tergelincir hingga keluar dari jalur landasan bandara. Pesawat akhirnya jatuh terbakar di hutan dekat bandara. Badan pesawat terbelah menjadi dua. Dalam beberapa saat,badan pesawat langsung menghitam akibat hangus. Menurut laporan stasiun televisi lokal,kecelakaan pesawat terjadi sekitar pukul 06.30 waktu setempat. Beberapa rekaman gambar memperlihatkan puing-puing pesawat yang sudah tidak berbentuk lagi.
Tim penyelamat yang tiba di lokasi kejadian berusaha keras mengevakuasi penumpang selamat dan korban meninggal. Mereka menemui kesulitan karena pesawat masih diselimuti asap tebal. Api masih berkobar dan menghanguskan puing pesawat.Hingga kini, tim penyelamat berhasil mengevakuasi 127 jenazah. Manajer Regional Air India basis Dubai, Abhay Pathak, mengungkapkan, pesawat ditumpangi 160 orang dan 6 awak. Dari keseluruhan penumpang, 32 di antaranya adalah perempuan.
Tercatat 19 anak-anak dan 4 bayi ikut dalam penerbangan tersebut. Delapan penumpang yang selamat segera ditangani tim medis.Beberapa penumpang tampak bugar, sementara yang lain langsung dilarikan ke rumah sakit.Salah satunya adalah Abdullah,penumpang yang kini dirawat di rumah sakit. Kepada TV9, Abdullah mengisahkan, sejauh yang dia ingat, badan pesawat terbelah menjadi dua bagian.
Tak lama,pesawat pun terbakar.“ Saya melompat keluar dari pesawat hanya beberapa saat setelah terbakar,”kenangnya. Jatuhnya pesawat Air India Express membuat India berduka.Untuk menghormati korban,Perdana Menteri India Manmohan Singh membatalkan semua agenda dalam sehari, termasuk peringatan satu tahun pelantikannya. Pada hari yang sama, Singh juga mengumumkan bantuan finansial, baik bagi keluarga korban tewas maupun korban yang masih dalam perawatan.
Tiap keluarga korban akan mendapat bantuan dana sebesar 200.000 rupee (Rp39,4 juta). Adapun korban luka mendapat santunan masing-masing senilai 50.000 rupee (Rp9,8 juta). Sementara itu, sejumlah kalangan menilai kecelakaan disebabkan kondisi konstruksi landasan yang tidak layak.Landasan Bandara Mangalore dibuka pada 2006. Landasan ini membentang sepanjang 8.000 kaki.
Untuk mengantisipasi terjadinya kemungkinan buruk di atas landasan, pejabat Mangalore lantas membangun area keselamatan akhir sepanjang 90 meter. Selepas tragedi,beberapa aktivis sosial dan lingkungan sempat melontarkan protes. Mereka beranggapan, konstruksi landasan tidak layak untuk pendaratan.“Ini bukan kecelakaan.Ini adalah bukti kegagalan pemerintah dalam pembangunan infrastruktur,”kata koordinator Environment Support Group,Leo F Saldanha.
Dia turut menyebut beberapa pihak yang terlibat dalam kegagalan, di antaranya Direktur Jenderal Penerbangan Sipil, pejabat Bandara India, Kementerian Penerbangan Sipil, dan Pemerintah Karnata. “Mereka sudah gagal membuktikan bahwa landasan memang sesuai dengan standar desain nasional dan internasional,” ujarnya.
Bukan kali ini saja ESG bereaksi. Pada akhir 1990-an, ESG dan Aliansi Penentang Ekspansi Bandara yang bernama Vimana Nildana Vistharana Virodhi Samithi memprotes perluasan Bandara Mangalore. Mereka menganggap landasan bandara tidak sesuai dengan standar keselamatan, khususnya saat pendaratan dan lepas landas. (AFP/BBC/CNN/Rtr/ anastasia ika)