Oleh: DR. A.C. Manullang
SEBUAH ledakan granat mengguncang Jakarta, Senin (23/9) dini hari. Lokasi peristiwanya sangat dekat dengan mess Kedutaan Besar Amerika Serikat di Menteng, Jakarta Pusat. Orang pun lalu mengaitkan peristiwa ini dengan isu terorisme yang dua pekan ini santer diberitakan media massa. Termasuk kemungkinan peranan Amerika Serikat sebagai salah satu sasaran teror. Tapi betulkah demikian?
Pengamat intelijen dan bekas Direktur Badan Koordinasi Intelijen Negara (BAKIN), DR. A.C. Manullang, menilai bom itu memang disengaja dan memang dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa terorisme memang ada di negeri ini.
Kepada Yostinus Tomi Aryanto dari Tempo News Room yang mewawancarainya, Selasa siang, doktor di bidang sosiologi dan politik itu menganalis bahwa yang paling berkepentingan dengan tujuan itu adalah Amerika Serikat. Teror bom itu, kata Manullang, tak bisa dipisahkan dari skenario besar Amerika dalam kampamyenya memerangi terorisme internasional. Dalam proyek itu, Indonesia merupakan salah satu titik strategis.
Dia punya teori, “Di sini mudah merekrut teroris,” kata intelijen yang 14 tahun belajar anti-teror di Jerman. Menullang juga mengatakan bahwa bukan tidak mungkin Umar Al-Faruq, yang sedang ditahan CIA dan diberitakan pernah mengancam keselamatan Presiden Megawati, adalah agen didikan Amerika sendiri.
Dalam pembicaraan melalui sambungan telepon, intelijen yang menolak menyebutkan kepanjangan dari singkatan “A.C.” di depan nama marganya itu, menjawab semua pertanyaan dengan nada tinggi. Sesekali ia terkekeh jika ada hal yang dianggapnya lucu atau aneh dan patut ditertawakan. Berikut petikannya.
Apa analisis Anda terhadap tuduhan badan intelijen Amerika, CIA, yang mengatakan Indonesia merupakan sarang terorisme dan penyebaran agen Al-Qaidah?
Masalah terorisme dan Al-Qaidah itu bukan hanya yang sekarang ada. Malah saya sudah katakan lebih jauh lagi. Sejak empat tahun lalu Indonesia sudah menjadi sarang teroris.
Dari mana itu diketahui?
Bukan tidak mungkin Amerika Serikat ini merekrut orang-orang Indonesia untuk dijadikan agen-agen pelaksana grand strategy-nya.
Maksud saya, apa yang Anda maksud dengan sudah ada terorisme di Indonesia sejak empat tahun lalu?
Buktinya, Umar Al-Faruq itu sudah banyak merekrut orang-orang di Indonesia. Orang-orang ini tidak menyadari telah direkrut dalam satu paket bersama Umar Al-Faruq. Dan saya katakan, bukan tidak mungkin Umar Al-Faruq sendiri adalah produk rekrutmen CIA. Sekarang, dalam permainan atau kasus ini, Indonesia mengatakan bahwa Umar Al-Faruq diketahui oleh Badan Intelijen Negara dari CIA, sehingga bisa ditangkap. Saya ingin katakan di sini, pasti dan sudah pas bahwa Umar Al-Faruq sendiri ada di tangan seorang agen intelijen kita. Itu jauh hari sebelum ini. Al-Faruq ini dikatakan sebagai orang Al-Qaidah di Asia Tenggara. Tetapi, intelijen kita sudah mengetahui jauh hari sebelum ini, bahwa dia berhubungan dengan pembantu utama Usamah Bin Ladin yang bernama Hussein. Jadi, Al-Faruq sudah melaksanakan banyak rekrutmen. Ini dibuktikan dengan adanya hubungan dia dengan Agus Dwikarna.
Kalau sudah bisa berhubungan dengan Agus Dwikarna, apalagi dengan yang lain. Istrinya yang ada di Bogor, dengan segala macam, dan dengan yang di daerah lain. Tetapi, Anda harus tahu, bahwa pekerjaan intelijen itu: Anda boleh tahu siapa dan di mana Umar Al-Faruq itu. Tetapi, Anda tidak pernah tahu bagaimana dia bekerja. Jadi, Al-Faruq itu, menurut saya dan dari informasi yang ada di intelijen, sudah banyak merugikan Islam sendiri. Karena apa? Sebab dia itu binaan CIA sendiri.
Anda yakin Al-Faruq ini agen binaan CIA yang disusupkan di Al-Qaidah?
Ya. Dia disusupkan di Al-Qaidah. Dan Umar Al-Faruq sendiri tidak pernah sadar bahwa dia telah direkrut oleh CIA.
Maksudnya?
Rekrutmen (dalam) intelijen itu orangnya tidak sadar. Juga Anda sendiri. Mengapa saya bersedia bicara dengan saudara. Karena saya ingin BIN bersama-sama dengan anda bekerja untuk memberikan informasi yang benar kepada negara kita ini. Itulah rekrutmen. Nah, sekarang, berkaitan dengan bom yang ada di Menteng kemarin, itu hanya memberikan indikasi agar masyarakat resah. Kedua, menunjukkan bahwa Megawati sudah tidak punya kuasa apa-apa lagi. Dan ketiga, untuk menunjukkan bahwa di Indonesia ini terorisnya masih eksis.
Apakah itu ada hubungannya dengan upaya meminta Abu Bakar Ba’asyir agar dikirim ke Amerika?
Betul.
CIA sendiri mencantumkan Ba’asyir sebagai salah satu teroris dalam daftar mereka dan menjadi target operasi mereka.
Itu betul. Tapi (jika dilakukan) salah besar. Tidak ada dan tidak boleh kita mengekstradisi Abu Bakar Ba’asyir ke Amerika. Sebab, menurut data intelijen Indonesia, tidak ada petunjuk Ba’asyir mempunyai indikasi sebagai teroris internasional atau nasional. Bahwa ada kesan dia keras, kan boleh saja orang keras (tertawa). Jadi tidak benar (dia teroris).
Lo lalu, siapa dong yang Anda maksud sebagai orang-orang yang direkrut Umar Al-Faruq di Indonesia?
Yang direkrut itu tentunya orang-orang yang tidak terkenal. Kalau terkenal seperti Abu Bakar itu, yang sudah kuat, sudah sulit direkrut (tertawa terkekeh). Kalau tukang becak yang ngebom kemarin, itu gampang. Tetapi, kalau pemerintah Indonesia mengatakan bahwa terorisme itu tidak ada, itu keliru. Data intelijen mengatakan itu sudah lama ada. Nah, sekarang, kenapa Amerika menggebu-gebu dengan terorisme ini di Indonesia? Karena orang Indonesia dianggap paling gampang direkrut jadi agen, tergantung kepentingan politiknya. Contohnya, sekarang banyak orang demonstrasi anti-Amerika. Alasannya, karena Amerika anti-teroris, yang seolah diidentikkan dengan Islam. Tetapi, ini harus Anda tulis, itulah sasaran atau target intelijen Amerika, yaitu supaya di Indonesia bangkit sentimen anti-Amerika.
Apa tujuannya?
Tujuannya, kalau sentimen anti-Amerika yang menggebu itu bangkit, maka dia akan mendaftar orang dan berkata kepada pemerintah Indonesia, terutama kepada BIN, “Inilah orang-orang teroris di pesantren-pesantren itu. Maka izinkanlah kami datang menangkapnya, bersama-sama Anda,” begitu. Jadi, kalau terus-menerus kita demo di sini, bukan tidak mungkin Indonesia menjadi Afganistan kedua. Oleh karena itu, Megawati ini sudah tidak punya apa-apa. Yah, lebih baik lengser.
Posisi Indonesia itu se-strategis apa dalam konteks strategi besar Amerika, sepengetahuan Anda dari kacamata intelijen?
Dalam konteks Amerika mengobarkan anti-terorisme, targetnya di Indonesia adalah: Indonesia sangat potensial untuk dijadikan sarang terorisme. Kenapa? Indonesia ini militan. Agama Islamnya radikal. Banyak LSM-LSM yang ekstrim kiri dan ekstrim kanan. Dan,kita paling lemah intelijennya. Kenapa lemah? Karena tak ada duit (tertawa terkekeh panjang). Saya bilang pada Pak Hendro (Kepala BIN, red.), “Mana bisa kerja lu. Nggak ada duit lu. Beda dengan zaman Soeharto dulu.” Jadi Amerika sangat senang dengan keributan-keributan di Indonesia sekarang ini. Inilah yang saya katakan, dalam bahasa intelijen, CIA berhasil membentuk Indonesia sebagai tension of local conflict, artinya konflik lokal yang bisa dikendalikan oleh dia. Yang meskipun ada konflik, tetapi tidak sampai menyala. Tidak seperti konflik di Kalimantan yang tak terkendali itu. Ini bisa dikendalikan. Dipegang dan diatur. Sehingga bukan tidak mungkin mereka juga membuat bom itu, mengingat perlunya disitir atau dinyatakan bahwa di Indonesia ini masih berkeliaran teroris.
Selain perekrutan, indikasi lain apa yang lebih jelas dari adanya operasi intelijen Amerika?
Antara lain hampir seluruh laporan dari Indonesia ini: mengenai buruh, petani, tenaga kerja, kelaparan, dan sebagainya itu lengkap di Amerika. Siapa yang membuat itu? Dari mana? Ya dari yang direkrut itu tadi. Itulah bedanya intelijen dengan bukan. Kami bisa bedakan antara yang direkrut dan yang bukan. Kalau dia berkata bisa, sedangkan saya bilang tidak. Itu omong kosong. Karena saya setingkat dengan mereka. Sama-sama sekolah di Eropa. Tahu apa mereka (tentang) bangsaku ini.
Peran agen-agen itu terbuka atau semuanya tertutup?
Operasi intelijen itu ada dua macam: terbuka seperti pers dan pejabat-pejabat seperti konsul-konsulnya. Kedutaan Amerika itu adalah orang-orang yang sudah direkrut CIA, kecuali duta besarnya. Itu yang terbuka. Maka mereka bisa bertemu siapa saja untuk memperoleh informasi. Sedangkan yang tertutup ada juga. Namanya operasi klandestin. Itu sangat berat. Karena Anda tidak mengetahui kalau mereka mencari sesuatu seperti dokumen dari Anda. Bisa melalui istri atau orang-orang dekat.
Artinya, bisa juga melalui bantuan lembaga-lembaga seperti LSM?
Betul. Melalui bantuan itu disampaikan maksud-maksud mereka. Caranya, LSM itu menuntut turunnya Megawati. Itu salah satu faktor.
Anda dua kali menyebut Megawati mesti turun. Apa faktor dari Megawati yang membuat Amerika menghendakinya harus turun?
Megawati itu pada awalnya dianggap bisa menjadi perpanjangan tangan dari Amerika. Tetapi ternyata dia tidak bisa tegas terhadap Islam. Sampai sekarang kerjanya hanya rusuh saja. Tidak ada kekuatannya. Maka, berkali-kali ini saya kemukakan, bagaimanapun, cepat atau lambat, harus segera muncul orang kuat dari negeri ini. Yang bisa menarik bangsa ini keluar dari keterpurukan. Dan di dukung militer.
Menurut anda, siapa orang kuat itu?
Oh, ada orangnya. Ada itu desain kami. Sudah dipersiapkan lama.
Dari kalangan militer atau sipil?
Itu tidak masalah. Tetapi yang di dukung militer.
Oke, kembali ke soal terorisme. Apa target jangka pendek Amerika di sini?
Bagaimana membentuk segera peluang agar mereka bisa masuk di sini. Itu target jangka pendek. Jadi kalau benar di sini ada teroris, mereka segera bisa bergerak masuk.
Komitmen Amerika pada Megawati untuk memberikan bantuan militer dan kepolisian beberapa waktu lalu, menurut Anda apakah berhubungan dengan operasi intelijen ini?
Tentu ada. Cuma, apakah sudah dicairkan? Saya lihat belum. Karena apa? Terorisme masih jalan. Keamanan belum jalan.
Lalu peran BIN dalam operasi ini di mana?
Tugas mereka, sebenarnya, harus mampu mendeteksi secara dini segala permasalahan, terutama berkaitan dengan kegiatan terorisme dan Al-Qaidah ini. Lalu melaporkannya kepada Presiden Megawati. Kemudian Megawati memerintahkan kepada polisi dan jajarannya yang lain untuk menanganinya lebih lanjut.
Tapi kenapa dalam kasus Al-Faruq, BIN yang justru melakukan penangkapan di Bogor, lalu CIA yang memprosesnya?
Penangkapan di Bogor itu sudah betul. Sebab mereka mengetahui Umar Al-Faruq, dan inilah salah BIN, hanya salah dalam menggunakan paspor. Inilah keteledoran BIN. Aturannya, dia tidak boleh di ekspor kepada CIA atau ke negara manapun yang dia kehendaki, tanpa diinterogasi dulu.
Jadi mestinya di interogasi di sini?
Ya. Di interogasi dulu dong.
Kok ini baru tiga hari ditangkap langsung dikirim?
Ini yang … (bergumam). Makanya pernyataan Al-Faruq, seperti diungkap CIA itu, belum tentu benar. Itu untuk tujuan Amerika semua. Dan untuk itu kita diobok-obok ini. (tempo.co.id)