CITEREUP (voa-islam.com) – Di era reformasi, perlakuan aparat terhadap aktivitas keislaman kerap mengulangi gaya rezim orde baru. Polisi mengintimidasi pengajian di kawasan Citereup karena diadakan dekat kediaman SBY. Siapa yang takut dengan pengajian keislaman, polisi ataukah SBY?
Kejadian memalukan ini terjadi pada acara Tabligh Akbar hari Ahad (6/6/2010). Padahal acara yang diadakan di Masjid Jami’ Al-Muhajirun di Perum Bina Marga Cagak Gunung Putri Citeureup Jawa Barat itu telah dipersiapkan oleh panitia sejak sebulan yang lalu.
Satu hari menjelang pelaksanaan Tabligh Akbar (Sabtu, 5 Juni 2010) panitia menyampaikan surat pemberitahuan kepada Kapolsek Gunung Putri yang diterima Gunawan SP, salah seorang staf Polsek Gunung Putri Bogor. Gunawan menerima pemberitahuan itu dengan baik. Menurutnya, acara tersebut tidak ada masalah, bahkan ia mempersilakan panitia melanjutkan kegiatan Tabligh Akbar tersebut. Selanjutnya, panitia menyampaikan memberitahukan kepada DKM Masjid Al-Muhajirun tentang persiapan Tabligh Akbar.
Namun tak lama kemudian, ba’da ashar DKM Masjid Al-Muhajirun memberi tahu panitia Tabligh Akbar via telepon, bahwa pihak kepolisian (Polsek Gunung Putri) menyampaikan pertimbangan-pertimbangan yang intinya menekan pihak DKM agar membatalkan acara Tabligh Akbar tersebut.
Alasan pembatalan yang disampaikan Polsek Gunung Putri adalah pertimbangan keamanan, karena wilayah Gunung Putri termasuk ‘ring satu’ dari kediaman Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Meski pihak DKM Al-Muhajirun yang mendapatkan tekanan kepolisian tidak memberikan izin Tabligh Akbar, namun panitia Tabligh Akbar bersikukuh untuk melaksanakan kegiatan Tabligh Akbar tersebut. Panitia beralasan, pelarangan itu bertolak belakang dengan statemen Gunawan SP dari Polsek Gunung Putri yang telah mengizinkan Tabligh Akbar. Selainitu, undangan dan pamflet yang sudah disebarkan ke masjid-masjid tidak mungkin ditarik kembali, lantaran pembatalan sepihak dari DKM Al-Muhajirun berlangsung mendadak.
Walhasil, hari Ahad 6 Juni 2010, panitia tetap menggelar Tabligh Akbar tetap menggelar Tabligh Akbar tanpa dihadiri pengurus DKM Al-Muhajirun. Selepas shalat zuhur, pengajian dimulai di bawah penjagaan ketat aparat keamanan.
Berbagai kendala teknis pun menghiasi Tabligh Akbar yang mendatangkan narasumber tunggal Ustadz Abu Bakar Ba’asyir. Suara sound system kurang terdengar dengan baik hingga mati total pun terjadi.
Panitia tidak dapat berbuat banyak karena ruangan untuk mengatur sound system dikunci oleh pengurus DKM Al-Muhajirun. Akibatnya Ustadz Abu Bakar Ba’asyir harus bersusah payah mengeraskan suara tanpa pengeras suara, agar di dengar oleh hadirin yang memenuhi masjid.
Ustadz Abu yang sudah terbiasa diintimidasi polisi, tak terganggu sedikit pun dengan pengamanan aparat yang berlebihan itu. Dalam taushiyahnya Ustadz Abu menyayangkan sikap aparat yang menghalang-halangi kegiatan dakwah dan pengajian.
“Sejahat-jahatnya amal yaitu orang yang mengganggu pengajian, orang yang melarang pengajian,” kata Ustadz Abu.
Pengasuh Pesantren Al-Mukmin Ngruki ini juga mengingatkan aparatur negara baik sipil maupun keamanan agar tidak berlaku sombong agar tidak dilaknat Allah.
“Saya ingatkan kepada Kodim dan Koramil agar jangan sombong. Kalau kalian menghalangi pengajian, nanti akan dilaknat Allah,” ujar Ustadz Abu menasihati. “Hati-hati Pak Lurah dan Pak RT, dilaknat kamu kalau sampai ikut-ikut menghalangi pengajian, kalian akan dilaknat Allah.”
Menurut Ustadz Abu, menghalang-halangi pengajian adalah tindakan terkutuk, karena pengajian itu diselenggarakan untuk mendidik masyarakat agar akhlaknya menjadi baik. Dan tidak ada peraturan di negara ini kalau setiap menyelenggarakan pengajian harus izin terlebih dahulu kepada aparat.
Di penghujung taushiahnya Ustadz Abu menasihati para ta’mir masjid dengan membacakan surat At-Taubah ayat 18: “Hanyalah yang memakmurkan mesjid-mesjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapa pun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.”
Menurut ujar Ustadz Abu, ayat tersebut mengajarkan bahwa orang yang memakmurkan masjid baik takmirnya maupun hadirinnya itu mempunyai sifat beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Karenanya, takmir masjid harus memakmurkan dan mengurusi masjid, menegakkan shalat, berjamaah di masjid kemudian mengeluarkan zakat, kemudian tidak takut kecuali kepada Allah.
“Bukan baru didatangi orang saja sudah takut. Jangan! Jadi takmir masjid itu harus berani. Selama itu tidak dilarang Allah tidak dilarang peraturan yang ada sudah jalankan!” pungkasnya.
Pukul 14:49 WIB, waktu ashar tiba. Tabligh Akbar pun diakhiri tanpa ada aktivitas apapun yang mengganggu keamanan dan ketertiban seperti yang dikhawatirkan aparat kepolisian. Zaman modern kok masih ada makhluk yang alergi pengajian dan dakwah. Aneh! [widy/voa-islam.com