Dari Qatadah ra, dari Anas ra. Bahwa Rasulullah SAW bersabda, ‘Tidak beriman salah seorang diantara kalian, hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.’ (HR. Bukhari)

Jumat, 28 Mei 2010

Menjawab Hujatan Kristen Radikal Bekasi: Tuhan Menyesatkan Manusia?

VOA-ISLAM.COM - Sudah empat puluh hari berlalu sejak 21 April 2010, penulis Blog Santo Bellarminus Bekasi menghina Islam dengan hujatan yang sangat keji dan provokatif, namun polisi belum bisa mengungkap, apalagi menangkap pelakunya.
Salah satu hujatan dalam blog bertitel “Habisi Islam di Indonesia” itu adalah menuduh Kitab Suci Al-Qur'an sebagai kitab sesat dengan ilustrasi foto mushaf Al-Qur'an dimasukkan dalam lobang WC dengan komentar biadab:
“Al-Kooran, sebuah Buku pedoman untuk kesesatan yang biasa di tempatkan oleh orang Islam di tempat yang seperti di gambar di atas. Seluruh tulisan Setan di dalam buku Al-Kooran itu Salah dan jelas sesat!!"
Sayangnya, sang penulis blog tidak menyebutkan ayat Al-Qur'an mana saja yang dimaksud menyesatkan manusia, sehingga menyulitkan para intelektual Islam untuk menjawab hujatan tersebut.
Masih dari kawasan Bekasi, penulis mendapat foto copy majalah Midrash Talmiddim edisi 4 yang diterbitkan oleh Yayasan Kaki Dian Emas, yang beralamat di blok F Kompleks Galaksi, Kelurahan Jaka Mulya, Bekasi Selatan. Majalah bercorak ‘islamologi’ versi Kristen ini dikomandani oleh Pendeta Edhie Sapto Wedha, seorang murtadin asal Pulau Garam Madura.
Terang-terangan, diiklankan di Midrash Talmiddim bahwa di kompleks tersebut juga terdapat aktivitas penginjilan berupa Sekolah Alkitab Terampil dan Terpadu (SATT). Salah satu program unggulannya adalah program pendidikan bahasa Arab gratis. Proses kelulusannya pun tidak mudah. Sebagaimana tertulis di Midrash Talmiddim bahwa salah satu syarat kelulusannya adalah menginjili minimal 5 orang Muslim, seperti dalam kutipan berikut:
“Program SATT: Pengutusan siswa/siswi SATT dalam rangka mencari jiwa minimal lima jiwa dari saudara sepupu sebagai salah satu syarat kelulusan yang ada di Manado, Cilacap, Madura, Lampung dan Riau” (Midrash Talmiddim, hlm. 44).
Kalimat “dari saudara sepupu” maksudnya dari kalangan umat Islam. Sedangkan “mencari jiwa” adalah istilah khas penginjilan yang berarti menyebarkan kekristenan kepada orang lain. Bila orang tersebut berhasil dikristenkan (mengakui ketuhanan Yesus Kristus), maka istilah khasnya adalah memenangkan jiwa.
Beberapa doktrin islamologi yang diajarkan Edhie Sapto dalam Midrash Talmiddim itu nampak sejalan dengan pelecehan blog Santo Bellarminus Bekasi, yaitu menuduh Islam sebagai agama yang menyesatkan karena ajaran Allah dan Al-Qur'an itu menyesatkan manusia.
...doktrin islamologi Pendeta Edhie Sapto dan blog Bellarminus Bekasi, sama-sama menuduh Islam sebagai agama yang menyesatkan karena ajaran Allah dan Al-Qur'an itu menyesatkan manusia...
Sepanjang enam halaman berjudul “Mengapa Allah Menyesatkan Orang?”, Edhie Sapto membuat ilustrasi sbb: “Pernahkah anda pergi ke suatu rumah teman dan hanya mempunyai alamat yang kurang jelas, lalu anda bertanya kepada orang tentang alamat tersebut. Dan anda yakin akan orang itu. Ternyata informasi itu salah dan membuat tersesat karena orang itu telah menyesatkan anda. Bagaimana seandainya yang menyesat­kan dan tidak mau meng­ampuni itu Allah? Benarkah Allah menyesat­kan dan tidak mau mengampuni?” (hlm. 15).
Pertanyaan tersebut dijawab sendiri dengan kutipan empat buah ayat Al-Qur‘an, antara lain: Dan siapa yang disesatkan ­Allah maka tidak ada baginya seorang pemimpin pun sesudah itu. Dan kamu akan melihat orang-orang yang zalim ketika mereka melihat azab berkata: “Adakah kiranya jalan untuk kembali (ke dunia)?” (Qs. Asy-Syura 44).
Dengan sistematika seperti ini, jelas Pendeta Edhie Sapto menyatakan bahwa Allah yang disembah setiap hari oleh umat Islam itu adalah Tuhan yang menyesatkan manusia.
Itulah islamologi batil versi pendeta yang hanya melihat penggalan ayat: “Dan siapa yang disesat­kan Allah.” Padahal bila dibaca utuh, ayat tersebut berbicara tentang keadaan orang yang zalim. Dan pada ayat berikutnya (ayat 45) disebutkan bahwa orang yang zalim itu berada dalam azab yang kekal (inna adh-dhaalimiina fii ‘adzaabin muqiim).
Kenyataan bahwa Allah menyesatkan dan menyiksa orang-orang yang zalim dengan azab yang kekal, jangan disimpulkan secara hyperbola bahwa Allah itu tidak Maha Pemberi petunjuk. Karena ketentuan bahwa Allah akan menyesatkan orang-orang yang zalim itu sesuai dengan firman-Nya, bahwa Dia menyesatkan orang-orang yang zalim (Ibrahim 27) dan tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim (Al-An’am 144, Al-Qashash 50, Ali Imran 86, At-Taubah 19, Ash-Shaff 7,) serta melaknat/mengutuk orang-orang zalim (Al-A’raf 44, Hud 18).
Allah SWT tidak memberi hidayah kepada orang-orang zalim karena mereka sendiri melakukan hal-hal yang menolak hidayah-Nya, antara lain:
1. Membuat-buat dusta terhadap Allah untuk menyesatkan manusia (Qs. Al-An’am 144),
2. Membuat-buat suatu kedustaan terhadap Allah, atau mendustakan ayat-ayat-Nya (Qs. Al-An’am 21, Hud 18).
3. Berbuat fasik (Qs. Al-Baqarah 59, Al-A’raf 165),
4. Menghalang-halangi manusia dari zikir menyebut asma Allah dalam masjid-masjid-Nya (Qs. Al-Baqarah 114),
Prototipe zalim ini digambarkan dalam sosok Firaun dan para pengikut­nya. Mereka semua adalah orang-orang yang zalim yang dibinasakan Allah karena mendustakan ayat-ayat Ilahi (Al-Anfal 54).
Selain orang zalim, masih ada lagi golongan manu­sia yang disesatkan oleh Allah, antara lain: orang fasik (Al-Baqarah 26), orang-orang yang melampaui batas dan ragu-ragu (Al-Mukmin 34), dan orang-orang kafir (Al-Mu’min 74).
Perilaku orang kafir adalah mengikuti hal-hal batil dan meng­halangi manusia dari jalan Allah (Muham­mad 1-3), serta benci kepada apa yang diturunkan Allah (Al-Qur‘an) (Muham­mad 9).
“Allah tidak menzalimi (menganiaya) mereka, akan tetapi merekalah yang men­zalimi (menganiaya) diri mereka sendiri” (Qs. Ali Imran 117).
...Allah menyesatkan orang-orang zalim, fasik, kafir dan orang yang melampaui batas karena mereka sendiri telah menolak dan menentang kebenaran ayat-ayat Allah...
Jelaslah bahwa Allah menyesatkan golongan orang-orang zalim, fasik, kafir dan orang yang melampaui batas karena mereka sendiri telah menolak dan menentang kebenaran ayat-ayat Allah.
JUSTRU DALAM BIBEL, TUHAN TERANG-TERANGAN MENYESATKAN MANUSIA
Dengan tudingan bahwa Allah dalam Al-Qur'an itu menyesatkan orang, kependetaan Edhie Sapto patut dipertanyakan. Sebab dalam Alkitab (Bibel) sendiri bertebaran ayat yang menyatakan dengan eksplisit bahwa Tuhan menyesatkan banyak orang, termasuk nabi-Nya.
Dalam Perjanjian Lama, Tuhan menyuruh nabi-Nya untuk menikahi seorang pelacur:
“Ketika Tuhan pertama kali berbicara kepada bangsa Israel dengan perantaraanku, Tuhan berkata, “Hosea, kawinilah seorang yang suka melacur, dan anak-anakmu juga akan menjadi seperti dia. Umat-Ku sama seperti istrimu itu; mereka tidak setia kepada-Ku, dan meninggalkan Aku” (Hosea 1:2, Alkitab Bahasa Indonesia Sehari-hari).
...Perintah Bibel yang mengharuskan Nabi Hosea mengawini pelacur ini jelas menyesatkan karena dalam ayat yang lain, Tuhan mengharamkan pernikahan dengan pelacur...
Perintah Bibel yang mengharuskan Nabi Hosea mengawini pelacur ini jelas menyesatkan karena dalam ayat yang lain, Tuhan mengharamkan pernikahan dengan wanita yang pernah pelacur, meski sudah tobat:
“Seorang imam tak boleh kawin dengan seorang wanita bekas pelacur atau seorang wanita yang bukan perawan atau yang sudah bercerai, karena imam adalah milik-Ku” (Imamat 21:7).
Seharusnya pendeta dan penulis blog malu mengejek Al-Qur'an, karena dalam kitab mereka sendiri tertulis bahwa Tuhan mendatangkan kesesatan: “Dan itulah sebabnya Allah mendatangkan kesesatan atas mereka, yang menyebabkan mereka percaya akan dusta” (2 Tesalonika 2:11).
Tak hanya mendatangkan kesesatan, Bibel juga menyebutkan bahwa Tuhan membiarkan orang tersesat dari jalan-Nya: “Ya Tuhan, mengapa Engkau biarkan kami sesat dari jalan-Mu, dan mengapa Engkau tegarkan hati kami, sehingga tidak takut kepada-Mu?” (Yesaya 63:17).
...Tak hanya mendatangkan kesesatan, Bibel juga menyebutkan bahwa Tuhan membiarkan orang tersesat dari jalan-Nya...
Tuhan dalam Bibel juga menyesatkan dan menghinakan raja-raja: “Maka dicurahkan-Nya kehinaan atas raja-raja, disesatkan-Nya mereka itu di tempat sunyi senyap yang tiada jalannya” (Mazmur  107:40, Alkitab terjemahan lama).
Bahkan dalam kita Ayub, Tuhan terang-terangan menyesatkan dan menghilangkan akal sehat para pemimpin:
Dilalukan-Nya hati dari dalam penghulu-penghulu di atas bumi; disesatkan-Nya mereka itu di gurun yang tiada jalannya. Mereka itu merayau-rayau dalam kegelapan, di tempat tiada terang. Disesatkan-Nya mereka itu seperti orang mabuk (Ayub 12:24-25, Alkitab terjemahan lama).
Dia menyebabkan para pemimpin dunia kehilangan akal, dan membuat mereka tersesat di padang belantara yang tidak ada jalannya. Mereka meraba-raba dalam kegelapan yang tidak ada terangnya; dan Ia membuat mereka berjalan terhuyung-huyung seperti orang mabuk."” (Ayub 12:24-25).
Bisa jadi, para penginjil dan pendeta radikal mengejek Allah dan Al-Qur'an sebagai sumber kesesatan, karena mereka terinspirasi ayat-ayat Bibel yang menyatakan bahwa Tuhan menyesatkan dan membuat manusia gila. [A. Ahmad Hizbullah MAG/SI]
Leia Mais

Mendidik Anak Menjadi Mujahid Islam yang Tangguh

KETIKA berita tentang tentara Salibis yang telah bersiap untuk meluluhlantakkan Islam sampai kepadanya, Abu Qudamah ASy-Syami bergerak cepat menuju mimbar masjid. Dalam pidato yang emosional dan bertenaga, Abu Qudamah membakar semangat masyarakat muslim untuk mempertahankan tanah air mereka, dengan jihad fi sabilillah. Tak lama setelah dia meninggalkan masjid, menuruni lorong sempit dan gelap, tiba-tiba seorang wanita menghentikan langkahnya dan berkata, “Assalamu’alaikum wa rahmatullah!” Abu Qudamah berhenti, dan tidak menjawabnya.
Wanita itu mengulangi lagi salamnya, seraya menambahkan, “Hal demikian bukanlah tindakan yang seharusnya dilakukan orang shalih.” Lalu wanita itu berjalan selangkah mendekati bayangan Abu Qudamah. “Aku mendengar engkau di masjid memotivasi orang-orang beriman untuk pergi berjihad, dan yang aku punya hanyalah ini,” tuturnya seraya menyeragkan dua buah kuncir yang dipotong dari rambutnya. Wanita itu meneruskan, “Ini bisa digunakan sebagai tali kendali kuda. Semoga Allah menetapkan diri sebagai salah seorang yang pergi berjihad.
Pada hari berikutnya ketika penduduk perkampungan muslim telah bersiaga untuk berkonfrontasi dengan laskar Kristen, tiba-tiba seorang anak kecil berlari ke kerumunan dan berdiri di hadapan kuda yang ditunggangi Abu Qudamah. “Demi Allah, aku memohon kepada engkau agar mengizinkanku untuk bergabung ke dalam pasukan,” terang anak kecil itu. Tak ayal, beberapa mujahid yang lebih tua menertawakan anak tersebut. “Nanti kuda akan menginjak-injak engkau,” ejek yang lain.
Akan tetapi Abu Qudamah menatap dalam-dalam kedua matanya, lalu bocah kecil itu berkata lagi, “Demi Allah, izinkan aku untuk bergabung.” Abu Qudamah menimpali, “Tapi dengan satu syarat, jika engkau terbunuh, maka engkau akan membawaku ke surga bersama orang-orang yang engkau masukkan ke dalam syafaat (syahid)mu.” Anak itu lantas tersenyum sembari berucap, “Itu adalah janji.”
…Dia menggapai tingkatan ketakwaan maksimal, yang mana dia rela mengorbankan rambutnya, ketika hari ini banyak wanita memperindah rambut mereka untuk meniru orang-orang kafir…
Tatkala dua pasukan bertemu dan tensi pertempuran semakin meninggi, anak kecil yang dibonceng di belakang Abu Qudamah itu meminta, “Demi Allah aku meminta kepadamu untuk memberiku tiga anak panah!” Abu Qudamah menjawab, “Engkau akan menyia-nyiakannya.” Anak itu mengulangi lagi, “Demi Allah, aku meminta kepadamu untuk memberiku anak panah.”
Lalu Abu Qudamah pun memberinya tiga anak panah, lantas anak itu mulai membidik. “Bismillah,” ucapnya. Kemudian anak panah pertama itu melesat dan membunuh seorang tentara Romawi. “Bismillah,” ucapnya kedua kali. Lalu anak panah kedua melesat dan menewaskan seorang tentara Romawi lagi. “Bismillah,” ucapnya lagi. Kemudian anak panah terakhir itu pun menyungkurkan seorang tentara Romawi lainnya.
Tak lama setelah itu, sebuah anak panah melesat menembus dada anak kecil itu, membuatnya jatuh terpelanting dari kuda. Sontak Abu Qudamah pun loncat dari kudanya dan mendekati anak itu, lalu mengingatkannya sebelum menghembuskan nafas terakhirnya, “Jangan melupakan janji!” kemudian anak itu meraih sakunya, dan mengeluarkan sebuah kantong seraya berujar, “Tolong kembalikan ini kepada ibuku.” “Siapa ibumu?” tanya Abu Qudamah. Anak itu berkata dengan terengah-engah, “Wanita yang kemarin memberimu dua buah kuncirnya.”
Demikian kisah teladan mujahid Islam yang dikisahkan Ibnul Jauzi dalam Shifat Ash-Shafwah. Kisah wanita yang memotong kuncirnya tersebut dikomentari Ibnul Jauzi sbb: “Wanita ini niatnya baik, namun caranya keliru karena dia tidak tahu bahwa perbuatannya itu –yakni memotong kuncirnya– terlarang, karenanya dalam hal ini kita hanya menyoroti niatnya saja.” (Shifat Ash-Shafwah, 1/459)
Renungkanlah wanita tersebut; bagaimana dia menggapai tingkatan ketakwaan maksimal, yang mana dia rela mengorbankan rambutnya, ketika hari ini banyak wanita memperindah rambut mereka untuk meniru orang-orang kafir. Dan dia juga pasrah mengorbankan anaknya, ketika dewasa ini para wanita justru sanggup mati asalkan anak-anak mereka bersama mereka. Ya, wanita dalam kisah di atas menghabiskan hidupnya dalam ketaatan kepada Allah, dan ketika ujian itu datang, dia dengan mudahnya melewatinya. Bukan hanya dirinya yang sanggup melewati ujian tersebut. Anak lelaki yang telah didiknya pun bersinar dengan kemilau keimanan seperti ibunya.
…Sejarah Islam diwarnai dengan banyak wanita beriman yang sukses mencetak mujahid tangguh dan para pembela Islam. Mereka patut ditiru. Mereka adalah teladan sempurna…
Sejarah Islam diwarnai dengan banyak wanita beriman yang sukses mencetak pribadi-pribadi tangguh dan para pembela Islam. Mereka patut ditiru, karena mereka adalah teladan sempurna. Kita mungkin pernah mendengar kisah tentang seorang pemuda dengan seorang raja kafir. Yaitu ketika seluruh penduduk desa berbondong-bondong memeluk Islam dikarenakan syahidnya pemuda tersebut, maka raja memerintahkan supaya di setiap jalan digali parit dan dinyalakan api. Lalu setiap penduduk ditanya tentang agamanya, jika dia telap setia kepada agama raja, maka dibiarkan. Akan tetapi jika dia tetap beragam dengan agama si pemuda (percaya kepada Allah), maka akan dimasukkan ke dalam parit api itu.
Maka orang berjejal-jejal saling dorong untuk masuk ke dalam parit api itu, disebabkan keyakinan mutlak mereka terhadap akidah sang pemuda yang syahid. Sehingga tiba giliran seorang wanita menggendong bayinya yang masih menyusu, ketika bayinya diangkat oleh pengikut-pengikut raja untuk dimasukkan ke dalam parit api itu, wanita itu hampir menuruti mereka untuk murtad, karena merasa kasihan kepada anaknya yang masih bayi. Tiba-tiba bayi itu berkata dengan suara lantang, “Bersabarlah wahai ibuku, karena engkau sedang mempertahankan yang benar.” Akhirnya, wanita mukminah itu masuk ke dalam parit api bersama bayi yang digendongnya.
Mengenai hal ini, Allah berfirman, “Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji. Yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu.” (Al-Buruj 8-9).
…Melalui pembinaan Al-Khansa yang dikenal sebagai ibunda para syahid, keempat anak lelakinya tampil menjadi pahlawan Islam yang terkenal. Ia mendorong keempat anak lelakinya tentang kemuliaan gugur syahid di medan Al-Qadisiyah…
Dan salah satu sosok mukminah yang sudah tak asing lagi adalah Al-Khansa yang dikenal sebagai ibunda para syahid. Dia menikah dengan Rawahah bin Abdul Aziz As-Sulami. Dari pernikahan itu dia mendapatkan empat orang anak lelaki. Dan melalui pembinaan dan pendidikan tangan-tangannya, keempat anak lelakinya ini tampil menjadi pahlawan-pahlawan Islam yang terkenal. Hal itu dikarenakan dorongannya terhadap keempat anak lelakinya yang telah gugur syahid di medan Al-Qadisiyah.
Sebelum peperangan dimulai, terjadilah perdebatan sengit di rumah Al-Khansa. Di antara keempat putranya telah terjadi perebutan kesempatan mengenai siapakah yang akan ikut berperang melawan tentara Persia, dan siapakah yang harus tinggal di rumah bersama ibunda mereka. Keempatnya saling tunjuk menunjuk kepada yang lainnya untuk tinggal di rumah. Masing-masing ingin turut berjuang melawan musuh fi sabilillah.
Rupanya, pertengkaran mereka itu telah terdengar oleh ibunda mereka, Al-Khansa. Maka Al-Khansa mengumpulkan keempat anaknya dan berkata:
“Wahai anak-anakku, sesungguhnya kalian memeluk agama ini tanpa paksaan. Kalian telah berhijrah dengan kehendak sendiri. Demi Allah, yang tiada Tuhan selain Dia, sesungguhnya kalian ini putra-putra dari seorang lelaki dan dari seorang perempuan yang sama. Tidak pantas bagiku untuk mengkhianati bapakmu, atau membuat malu pamanmu, atau mencoreng arang di kening keluargamu.
Jika kalian telah melihat perang, singsingkanlah lengan baju dan berangkatlah, majulah paling depan niscaya kalian akan mendapatkan pahala di akhirat. Negeri keabadian.
Wahai anakku, sesungguhnya tiada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad itu Rasul Allah. Inilah  kebenaran sejati, maka untuk itu berperanglah dan demi itu pula bertempurlah sampai mati.
Wahai anakku, carilah maut niscaya dianugrahi hidup.”
Pemuda-pemuda itu pun keluar menuju medan perang. Mereka berjuang mati-matian melawan musuh, sehingga banyak musuh yang terbunuh di tangan mereka. Akhirnya nyawa mereka sendirilah yang tercabut dari tubuh-tubuh mereka. Ketika ibunda mereka, Al-Khansa, mendengar kematian anak-anaknya dan kesyahidan semuanya, sedikit pun dia tidak merasa sedih dan kaget. Bahkan ia berkata, “Alhamdulillah yang telah memuliakanku dengan syahidnya putra-putraku. Semoga Allah segera memanggilku dan berkenan mempertemukan aku dengan putra-putraku dalam naungan Rahmat-Nya yang kokoh di surgaNya yang luas.”
…Ketika Al-Khansa, mendengar kesyahidan semua anaknya, sedikitpun dia tidak merasa sedih dan kaget. Bahkan ia berkata, “Alhamdulillah, Allah telah memuliakanku dengan syahidnya putra-putraku…
Inilah mengapa Al-Khansha dijuluki ibunda para syahid (ummu syuhada). Namun bukan gelar sebagai Ummu Syuhada ini yang dia cari, melainkan keridhaan dari Allah SWT. Diberi gelar ataupun tidak adalah sama baginya, dia akan tetap memotivasi anaknya untuk tetap tegar di medan perang, dan rela melepas mereka semua pergi menuju kampung abadi dengan gelar sebagai syuhada.
MENCETAK PARA MUJAHID TANGGUH
Seandainya semua ibu dewasa ini memiliki orientasi hidup dan prinsip sebagaimana para ibunda dalam kisah di atas, maka dunia Islam akan melihat para pahlawan dan pejuang yang siap memperjuangkan Islam.
Namun, pada zaman ini, peran ibu seolah tergantikan oleh para pembantu, baby sitter, atau dititipkan di tempat penampungan anak (day care). Betapa banyak ibu yang lebih fokus dan ambisius pada karier mereka sehingga perhatian dan kasih sayang pada anak pun berkurang bahkan hilang. Tidak jarang pula dijumpai banyak para ibu yang memiliki banyak waktu bersama anak namun merasa bingung apa yang harus dilakukan untuk mengasah potensi buah hatinya.
Dua kondisi tersebut menunjukkan minimnya pemahaman seorang ibu tentang perannya dan optimalisasi perannya, yaitu berusaha melahirkan generasi mulia; generasi para mujahid. Tentunya, menjadi ibu pencetak mujahid meniscayakan proses pembelajaran, di antaranya adalah:
1. Bagaimana dia bisa memberikan pendidikan dan pengajaran terbaik pada anak-anaknya, meliputi pemahaman akidah yang benar, syariat yang komprehensif, dan akhlak terpuji.
…pendidikan dan pengajaran terbaik pada anak-anaknya, meliputi pemahaman aqidah yang benar, syariat yang komprehensif, dan akhlak terpuji…
2. Bagaimana agar anak-anaknya selalu memberikan respon positif kepada ibu mereka.
3. Bagaimana menampilkan pesona sejati ibu shalihah dan anak-anak yang shaleh serta shalihah?
4. Bagaimana ibu dan anak-anaknya dicintai Allah dan Rasul-Nya
5. Bagaimana ibu menemukan rahasia metodologi dan epistemologi dalam mencetak generasi mujahid, berdasarkan manhaj ahlussunnah wal jama’ah dan paradigma tha`ifah manshurah (kelompok yang selamat).
6. Terakhir, bagaimana menghadirkan suasana ‘perjuangan setiap hari' di rumah. Dalam artian, anak-anak harus diberi pemahaman bahwa antara kebenaran dan kebatilan senantiasa bertarung, dan kebenaran harus bisa melenyapkan kebatilan, dalam setiap ranah kehidupan.
…Hadirkan suasana ‘perjuangan setiap hari' di rumah. Anak-anak harus diberi pemahaman bahwa antara kebenaran dan kebatilan senantiasa bertarung. Dan kebenaran harus bisa melenyapkan kebatilan…
Guna merealisasikan hal-hal di atas, syariat Islam kaffah (integral) memberikan peranti-peranti yang dibutuhkan oleh ibu untuk belajar menjadi pencetak generasi mujahid. Pertama, ilmu Allah dengan Islam yang bersumber dari Al-Qur`an dan As-Sunnah. Kedua, teladan yang baik bagi para manusia, khususnya muslim dan muslimah dalam mendidik generasi mujahid, yakni Rasulullah, para shahabat dan shahabiyah, tabi’in dan tabi’ut-tabi’in, serta para ulama Salafus-Shaleh lainnya. Sementara hal-hal teknisnya bisa diketahui dan dipelajari dari berbagai majlis ilmu dan buku-buku keislaman yang bermanhaj lurus.
Demikianlah, semoga dalam waktu dekat kita akan menyaksikan munculnya para mujahid dari para ibunda seperti Al-Khansha dan lainnya. Sehingga mereka dapat tampil memberangus kebatilan, kemaksiatan kemusyrikan, hal-hal bid’ah, atau meruntuhkan hukum thaghut yang berkuasa. Amin! [ganna pryadha/voa-islam.com]
Leia Mais

Babi Hutan Apa Badak ???

Walaupun berita ini agak lama, tapi gpp bagi yang belum liat boleh melotot sedikit, banyak orang yang berburu babi hutan sampai kehutan-hutan belantara, hasilnya nihil dan jika sampai dapatpun kecil, tapi yang ini jangan coba-coba dekati,,,,persiapan alat-alat harus komplit , terus jangan lupa bawa obat biusnya yang banyak, kalau tidak ,bisa gawat ,,,,,,mending lari saja.

big boar
huge boar
very big boar
Leia Mais

Keindahan Alam Yang Menakjubkan,,,

Subhanallah,,,,,,,,,,,,,,,Sungguh indah ciptaan-Nya,,,,,,,,,,,
























Leia Mais

Keutamaan Masjidil Aqsha


Oleh: Syaikh Abu Abdirrahman Hisyam Al-Arif Al-Maqdisi

Membicarakan tanah Palestina, tentu tidak bisa dilepaskan dengan keberadaan Masjidil Aqsha yang penuh berkah ini. Terdapat banyak nash yang secara jelas menunjukkan keutamaan masjid ini. Berikut kami bawakan risalah Syaikh Abu Abdirrahman Hisyam Al-Arif Al-Maqdisi, yang termuat dalam Majalah Al-Ashalah, Edisi 30/Tahun ke 5/15 Syawwal 1421H. Risalah ini sangat bermanfaat membantu pengertian dan pemahaman kita terhadap Masjidil Aqsha. Sehingga kepedulian dan harapan kaum Muslimin terhadap masjid yang pernah menjadi kiblat kaum Muslimin ini memiliki hujjah yang nyata.

Masjid Manakah Yang Dibangun Pertama Kali Di Muka Bumi?

Dari Abu Dzar Radhiyallahu ‘anhu beliau berkata

“Aku bertanya, “Wahai, Rasulullah. Masjid manakah yang pertama kali dibangun?” Beliau menjawab, ‘Masjidil Haram”. Aku bertanya lagi: Kemudian (masjid) mana?” Beliau menjawab, “Kemudian Masjidil Aqsha”. Aku bertanya lagi: “Berapa jarak antara keduanya?” Beliau menjawab, “Empat puluh tahun. Kemudian dimanapun shalat menjumpaimu setelah itu, maka shalatlah, karena keutamaan ada padanya”. Dan dalam riwayat lainnya: “Dimanapun shalat menjumpaimu, maka shalatlah, karena ia adalah masjid” [HR Al-Bukhari dan Muslim, dari Abu Dzar]

Keutamaan Shalat Di Masjidil Aqsha

Dari Abdullah bin Amru bin Al-Ash, dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda.

“Sesungguhnya , ketika Sulaiman bin Dawud membangun Baitul Maqdis, (ia) meminta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala tiga perkara. (Yaitu), meminta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar (diberi taufiq) dalam memutuskan hukum yang menepati hukumNya, lalu dikabulkan ; dan meminta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dianugerahi kerajaan yang tidak patut diberikan kepada seseorang setelahnya, lalu dikabulkan ; serta memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala bila selesai membangun masjid, agar tidak ada seorangpun yang berkeinginan shalat disitu, kecuali agar dikeluarkan dari kesalahannya, seperti hari kelahirannya” (Dalam riwayat lain berbunyi: Lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: “Adapun yang dua, maka telah diberikan. Dan saya berharap, yang ketigapun dikabulkan)” [Hadits ini diriwayatkan An-Nasa’i, dan ini lafadz beliau, Ahmad dalam musnad-nya dengan lebih panjang lagi. Ibnu Majah, Ibnu Hibban, Al-Haakim dalam kitab Mustadrak dan Al-Baihaqi dalam kitab Syu’abul Iman, serta selain mereka]

Dari Abu Dzar Radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata.

“Kami saling bertukar pikiran tentang, mana yang lebih utama, masjid Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam atau Baitul Maqdis, sedangkan di sisi kami ada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Satu shalat di masjidku lebih utama dari empat shalat padanya, dan ia adalah tempat shalat yang baik. Dan hampir-hampir tiba masanya, seseorang memiliki tanah seukuran kekang kudanya (dalam riwayat lain: seperti busurnya) dari tempat itu terlihat Baitul Maqdis lebih baik baginya dari dunia seisinya” [HR Ibrahim bin Thahman dalam kitab Masyikhah Ibnu Thahman, Ath-Thabrani dalam kitab Mu’jamul Ausath, dan Al-Hakim dalam kitab Al-Mustadrak, Al-Hakim berkata, “Ini adalah hadits yang shahih sanadnya, dan Al-Bukhari dan Muslim tidak mengeluarkannya. Adz-Dzahabi dan Al-Albani sepakat dengan beliau]

Hadits ini adalah hadits yang paling shahih tentang pahala shalat di Masjidil Aqsha. Hadits ini menunjukkan, shalat di Masjid Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam seperti empat shalat di Masjid Aqsha. Pahala shalat di Masjidil Aqsha setara dengan 250 kali (di masjid lainnya).

Syaikh kami (Al-Albani) dalam kitab Silsilah Shahihah (2902) mengatakan: “Hadits yang paling shahih tentang keutamaan shalat di sana (Masjidil Aqsha) adalah hadits Abu Dzar Radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata: Kami saling bertukar pikiran tentang, mana yang lebih utama, masjid Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam atau Baitul Maqdis, sedangkan di sisi kami ada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Satu shalat di masjidku lebih utama dari empat shalat padanya, dan ia adalah tempat shalat yang baik….”

Hadits ini termasuk bukti kenabian Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Yaitu berita bahwa seseorang berangan-angan memiliki tanah meskipun sedemikian sempit, asalkan dapat melihat dari dekat Baitul Maqdis dari tanahnya tersebut.

Dalam tahqiqnya terhadap kitab Masyikhah Ibnu Thahman Dr. Muhammad Thahir Malik berkata: Sangat disayangkan, kenyataan menunjukkan, bahwa kita berada di tengah upaya mewujudkan (yang disebutkan) dalam hadits ini, yang merupakan tanda kenabian. Juga konspirasi para musuh terhadap Masjidil Aqsha dan Baitul Maqdis akan terus berlangsung dan semakin besar, serta semakin dahsyat, sampai pada derajat seorang muslim berangan-angan memiliki sedikit tempat disana untuk melihat Baitul Maqdis, yang menurutnya lebih daripada isi dunia seluruhnya. Tidak diragukan lagi setelah itu akan ada jalan keluar dan kemenangan, Insya Allah. Segala sesuatunya di tangan Allah, dan Allah berkuasa terhadap urusanNya, telapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.

Saya katakan: “Yang disampaikan Muhammad Thahir Malik ini terjadi pada tahun 1403H, bertepatan dengan 1983M. sungguh kenyataan yang terjadi sekarang ini lebih besar dan mengisyaratkan secara tepat tentang kesesuaian hadits ini dengan zaman sekarang. Tidak diragukan lagi, jalan keluar dan kemenangan yang beliau jelaskan tersebut, tergantung kepada kembalinya kaum Muslimin kepada agama Allah. Yaitu dengan kembali kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah, sesuai dengan pemahaman Salaful Ummah. Adapun angan-angan seorang muslim mendapatkan sedikit tanah tersebut untuk melihat Baitul Maqdis, diisyaratkan dengan pemahamannya terhadap aqidah, baik secara keilmuan maupun amalan

Ketika takhrij hadits ini dicetak pada tanggal 5 Muharam 1418H, bertepatan 12 Mei 1997, orang Yahudi telah menetapkan penggabungan pemukiman-pemukiman mereka mengelilingi Baitul Maqdis ke Baitul Maqdis (Al-Quds), dalam satu distrik yang terpusat. Ini terjadi setelah dimulainya pembangunan pemukiman baru di Bukit Abu Ghunaim. Pemukiman-pemukiman ini termasuk sebagai upaya menambah pemukiman-pemukiman (Yahudi) yang dibangun di sekitar Baitul Maqdis (Al-Quds). Sehingga nantinya, Baitul Maqdis dikelilingi dengan pemukiman-pemukiman Yahudi, seperti tembok pada tempat perlindungan setelah mengepung kota Al-Quds sejak enam tahun lalu, disertai pos-pos pemeriksaan militer. (Dimaksudkan) untuk mencegah penduduk Palestina di Ghaza sebelah barat terhalang (tidak) masuk ke Baitul Maqdis atau shalat di Masjidil Aqsha

Perlu diketahui, banyak kelompok orang-orang Yahudi dengan beragam nama, mereka berusaha terus menerus mengganggu kaum Muslimin di dalam Masjidil Aqsha, dengan dalih, mereka melakukan shalat disana, sehingga menimbulkan bentrokan antara kaum Muslimin yang sedang melakukan shalat di dalam masjid tersebut, dengan tentara Yahudi. Ini mengakibatkan banyak korban yang terbunuh dan luka-luka. Akhir perlawanan ini terjadi ketika Yahudi membuat terowongan di bawah Masjidil Aqsha.

Sejak pendudukan Yahudi atas bagian timur kota Al-Quds pada tanggal 5 Haziraan (Juni) 1967M, setelah pendudukan bagian baratnya pada tanggal 15 Ayaar (Mei) 1948M, kemudian orang-orang Yahudi melarang kaum Muslimin memperluas banguan dan pemukiman, serta mereka meratakan bangunan-bangunan yang tidak memiliki surat izin mendirikan bangunan. Juga berusaha mempersulit orang Arab Palestina, agar meninggalkan kota, tinggal di luar kota dan orang yang telah mengungsi dianggap telah bermukim di luar kota Al-Quds. Wallahu Mustaan.

Setelah perang tahun 1967M, orang-orang Yahudi memperluas bagian timur kota Al-Quds dan menggabung 66 ribu Dunum[1] dari wilayah Ghaza disebelahnya. Agar luas kota Al-Quds menjadi 72 ribu Dunum. Yahudi juga bergerak, dengan menambah tiga orang Yahudi pada setiap orang Arab di kota Al-Quds bagian timur. Oleh karena itu, perpindahan orang-orang Yahudi ke kota Al-Quds bagian timur terus menerus dilakukan. Kantor kementrian dalam negeri melakukan usaha untuk tidak menyatukan keluarga-keluarga yang telah terpisah di Al-Quds. Juga pemerintah bagian perkotaannya (Al-Baladiyah), kota Al-Quds menolak memberikan izin pendirian bangunan dan menghancurkan bangunan yang tidak ada izinnnya.

Berdasarkan ini semua, usaha-usaha mereka ini berhasil dan memaksa banyak penduduk Al-Quds mengungsi ke daerah pinggiran di luar batas kota Al-Quds, seperti Ar-Rami, Dhahiyah Al-Barid, Abu Dis dan Al-Izariyah.

Pembagian wilayah-wilayah pinggiran ke wilayah yang ikut kota Al-Quds dan yang lainnya ke Ghaza Barat, serta mempersulit penduduk Al-Quds dalam pendirian bangunan, membuat penduduk wilayah pinggiran memperluas pendirian bangunan pada bagian wilayah yang masuk Ghaza Barat, karena undang-undang yang khusus dalam perizinan bangunan lebih mudah. Perbedaannya jelas, yaitu untuk memindahkan dan mengusir secara resmi penduduk Al-Quds ke wilayah pinggiran, yang terletak di Ghaza Barat secara bertahap. Tujuannya, diantaranya untuk memperkecil jumlah orang-orang Palestina di kota Al-Quds.

Pentingnya pemukiman-pemukiman yang dibangun di sekitar Al-Quds sebelah timur di jalur Ghaza Barat, seperti kota Ma’alaih Adwamim, Ja’bat Za’if dan sebagainya adalah untuk menjadikan kota-kota pemukiman Yahudi di jalur Ghaza mengitari dan melindungi kota Al-Quds. Maka, pada akhir tahun tujuh puluhan dan awal-awal delapan puluhan (Masehi) telah dibangun kota Ma’alih Adwamim ke arah timur dari Al-Quds, kota Ja’bat Za’if ke arah barat laut, dan kota Afrat ke arah selatan. Masing-masing kota ini memiliki beragam tugas penting yang berbeda.

Kota Ma’alih Adwamim dibangun untuk memisahkan Al-Quds timur dengan jalur Ghaza Barat, dan sebagai penghalang interaksi antara penduduk Arab di Al-Quds Timur dengan Ghaza Barat. Juga untuk mencegah perkembangan perkampungan Arab di timur kota Al-Quds, yang telah selesai ditentukannya perluasan wilayah, pengembangannya, serta rencana untuk memperluas batas kota Ma’alih Adwamim, sehingga menyatu dengan kota Ja’bat Za’if dan kota Nabi Ya’qub. Dengan begitu, sempurnalah membentengi daerah timur. Hal itu bertujuan untuk menegaskan pembatas atau pemisah antara Al-Quds dengan Ghaza.

Kota Ja’bat Za’if, disamping sebagai pemukiman Yahudi, kota ini dibangun untuk merealisasikan beberapa tugas lain. Di antara tugas tersebut ialah.
a). Menghambat perkembangan tanah Palestina yang subur ini, dari arah barat laut dengan cara melakukan perampasan tanah.
b). Mencegah interaksi antar organisasi Palestina di tanah subur Palestina ( Ar-Rif Falastini) yang dekat dengan Al-Quds
c). Menghalangi interaksi antara daerah Ramilah dan Al-Quds, dengan cara membangun wilayah ini ditempat tersebut.

Kota Bitar dan Afrat. Tugas dua kota ini, yaitu:
a). Menyatukan organisasi-organisasi Yahudi di batas wilayah barat daya kota Al-Quds, dan mengahalangi perluasan Palestina dari kota Al-Quds
b). Menjaga hubungan antara daerah dan penduduk Yahudi Al-Quds dan apa yang dinamakan Ghausy Atshiyun ke arah barat daya Al-Quds [2]

Jangan Bersusah Payah Bepergian, Kecuali Menuju Tiga Masjid
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata.

“Dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda: “Tidak boleh bersusah-payah bepergian, kecuali ke tiga masjid, (yaitu) Masjidil Haram, Masjid Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan Masjidil Aqsha” [HR Al-Bukhari dan Muslim]

I’tikaf Di Masjidil Aqsha
Dari Abu Wa’il Radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata.

“Hudzaifah bin Al-Yaman berkata kepada Abdullah bin Mas’ud ; “I’tikaf antara rumahmu dan rumah Abu Musa tidak masalah [3], padahal aku mengetahui bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda, ‘Tidak ada i’tikaf kecuali di tiga masjid’, Abdullah bin Mas’ud menjawab, “Mungkin engkau lupa sementara mereka hafal. Engkau salah dan mereka benar” [HR Al-Baihaqi dalam kitab Sunan Al-Kubra dan Ath-Thahawi dalam kitab Al-Musykil, serta Al-Ismail dalam kitab Al-Mu’jam. Hadits ini terdapat di dalam kitab Silsilah Ash-Shahihah no. 2786 dan beliau berkata, ‘Shahih atas syarat Syaikhan (Al-Bukhari dan Muslim)].

Syaikh kami (Al-Albani) berkata: Pernyataan Ibnu Mas’ud bukanlah untuk menyalahkan Hudzaifah dalam periwayatan lafadz hadits ini. Namun tampaknya beliau menyalahkan Hudzaifah dalam pengambilan hukum (istidlal) i’tikaf yang diingkari Hudzaifah, karena ada kemungkinan pengertian hadits menurut Ibnu Mas’ud adalah tidak ada i’tikaf yang sempurna, seperti sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

“Tidak ada iman yang sempurna bagi orang yang tidak memiliki amanah, dan tidak ada agama yang sempurna bagi orang yang tidak menepati janjinya”

Kemakmuran Baitul Maqdis
Dari Mu’adz bin Jabal Radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata.

“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Pembangunan menyeluruh [4] Baitul Maqdis adalah waktu kerusakan [5] Madinah, dan kerusakan Madinah adalah waktu keluarnya Malhamah (perang), dan keluarnya Malhamah adalah waktu penaklukan Konstantinopel, dan penaklukan Konstantinopel adalah waktu (dekat) keluarnya Dajjal”, kemudian beliau memukul paha atau bahu orang yang diajak bicara dengan tangannya, seraya bersabda, “Ini sungguh sebuah kebenaran sebagaimana benarnya kamu disini, atau sebagaimana kamu duduk, yaitu Muadz bin Jabal” [HR Ahmad, Abu Dawud, Ali bin Al-Ja’d, Abu Bakar bin Abu Syaibah dan lainnya]

Keutamaan lainnya dari Masjidil Aqsha adalah ; Tidak dimasuki Dajjal, Ya’juj Wa Ma’juj dan Bukit Baitul Maqdis.[6]

[Disalin dari Majalah As-Sunnah Edisi Khusus 07-08/Tahun X/1427H/2006M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Almat Jl. Solo – Purwodadi Km. 8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183. telp. 0271-5891016]
_________
Footnotes
  1. Ukuran luas tanah 1000M2, pent
  2. Lihat bagian kedua kitab Sukkan wa Masakin Dhawahi Al-Quds Al-Syarqiyah, Muhammad Mathar An-Nakhal, Universitas Ad-Dirasat Al-Arabiyah, Dairatul Ahbats Al-Quds, Al-Quds, Kanuun Tsani (Januari) 1996M
  3. Maksudnya sama saja, tidak sah
  4. Disebabkan banyaknya orang, bangunan dan harta.
  5. Berkaitan dengan kerusakan kota Madinah, Al-Qari berkata: “Sesungguhnya yang dimaksud adalah pembangunan yang sempurna dalam bangunan yaitu pembangunan Baitul Maqdis sempurna melampaui batas adalah waktu kerusakan kota Madinah karena Baitul Maqdis tidak rusak.
  6. Penjelasannya lihat majalah As-Sunnah Edisi Khusus 07-08/Tahun X/1427H/2006M. (almanhaj.or.id)
Leia Mais

Israel Hancurkan Masjid Al Aqsa Dari Kolam Sultan


Satu lagi strategi licik Israel dalam upaya menghancurkan Masjid 
Al Aqsa. Rezim zionis tersebut diketahui tengah melakukan penggalian 
baru di sebelah barat Masjid yang dikenal dengan nama Kolam Sultan. 
(Foto: Palestine Info)
Satu lagi strategi licik Israel dalam upaya menghancurkan Masjid Al Aqsa. Rezim zionis tersebut diketahui tengah melakukan penggalian baru di sebelah barat Masjid yang dikenal dengan nama Kolam Sultan. (Foto: Palestine Info)


YERUSALEM TERJAJAH (Berita SuaraMedia) – Yayasan Aqsa untuk Warisan dan Amal (AFEH) mengatakan bahwa otoritas penjajah Israel (IOA) tengah melakukan penggalian baru di sebelah barat Masjid Al-Aqsa, di wilayah yang dikenal dengan nama Kolam Sultan.
Dalam pernyataan yang dirilis hari Selasa, AFEH mengatakan IOA mengklaim telah menemukan “barang peninggalan” dari era “kuil kedua” dan oleh karena itu melanjutkan aktivitas penggalian.
Yayasan tersebut mengatakan, IOA mengendalikan kawasan tersebut sejak tahun 1948 dan menghancurkan sebagian area itu, Israel bahkan mengubah kolam itu sendiri menjadi taman umum dan teater terbuka.
Menteri Awkaf di Gaza, Dr. Taleb Abu Shaar, mengecam penggalian yang dilakukan IOA, ia mendesak para penduduk Palestina, Arab, dan Islam untuk melakukan intervensi guna menghentikan kejahatan Israel terhadap sejarah Arab dan Islam di Yerusalem.
Yehiel Zelinger, arkeolog Israel yang bertanggung jawab atas penggalian tersebut, pada 11 Mei lalu mengatakan bahwa penemuannya “spektakuler.” Tim penggali Israel mengklaim menemukan bagian-bagian dari jembatan dan peninggalan yang mengalirkan air ke kuil dalam periode “kuil kedua.”
Menurutnya, ketika itu diperkirakan ada 50.000 Yahudi yang kembali dari pengasingan di Babilonia dan “membangun kuil kedua” di atas “kuil pertama” yang hancur.
“Kami betul-betul menggali peninggalan di sini, yang menghubungkan Betlehem hingga ‘kuil’,” kata Zelinger dalam penggalian yang disebutnya sebagai “penggalian penyelamatan” dan dimulai dua minggu sebelumnya.
Penggalian Israel di Silwan, rumah dari 55.000 penduduk Palestina, yang dijajah Israel bersama Yerusalem Timur pada 1967, bahkan dijadikan objjek wisata. Sering terlibat turis-turis Barat keluar masuk lokasi penggalian dan melihat-lihat proyek penggalian yang diklaim Israel sebagai penggalian mencari “Kota David.”
Silwan saat ini merupakan salah satu lokasi “panas” karena terjadi benturan antara hak-hak penduduk asli Palestina, dan rencana penjajah Israel untuk kawasan tersebut, rencana yang dilakukan melalui serangkaian perkiraan administratif, koalisi rahasia, dan proyek progresif, tidak ada yang bisa berjalan tanpa aliran dana dari Barat kepada Israel.
Gerakan Hamas pada awal Maret lalu menyerukan kepada negara-negara Arab dan Muslim untuk menghentikan semakin meningkatnya upaya-upaya Israel untuk menghancurkan Masjid Al-Aqsa. Hamas juga menyerukan kepada dunia internasional untuk memaksa Israel menghentikan penjajahan terhadap tanah Palestina serta tempat-tempat suci.
Juru bicara Hamas, Fawzi Barhoum, memperingatkan bahwa meningkatnya upaya Israel tersebut ada hubungannya dengan skema berbahaya Zionis untuk meyahudikan kota Yerusalem terjajah dan menghancurkan Masjid Al-Aqsa.
Barhoum menambahkan bahwa Israel sudah sejak lama memulai skema busuk tersebut, ketika negeri Zionis tersebut semakin meningkatkan aktivitas pemukiman Yahudi ilegal, mengusir rakyat Palestina dan menghancurkan rumah-rumah mereka, mencabut kartu identitas mereka, masuk dan menodai Masjid Al-Aqsa dan melakukan Yahudisasi terhadap nama-nama jalan di kota suci tersebut.
Barhoum menegaskan, serangan-serangan terbaru Israel terhadap Al-Aqsa, Yerusalem dan para penduduknya dilakukan untuk mewujudkan yang pernah dideklarasikan perdana menteri Israel, untuk mewujudkan terciptanya “negara Yahudi.”
Juru bicara Hamas tersebut mengatakan, sikap acuh dunia Arab dan Muslim terhadap kebiadaban di kota suci tersebut, ditambah dengan persekongkolan pemerintah Palestina, semakin membuat Israel berani melakukan penistaan terhadap Masjid Al-Aqsa.
Dalam sebuah pernyataan pers, sekretaris jenderal dewan legislatif Palestina (PLC), Mahmoud Al-Ramahi, pada hari yang sama memperingatkan bahwa serangan-serangan Israel terhadap situs-situs suci Islam di Yerusalem dan Tepi Barat akan membangkitkan Intifada ketiga untuk melawan Israel.
Ramahi menambahkan, pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan Israel semakin menyeret kawasan Timur Tengah ke dalam kemerosotan dan ketidakstabilan. Ia mendesak rakyat Palestina di Yerusalem untuk mempertahankan Al-Aqsa dari serangan pemukim Yahudi dan pasukan Israel.
Dalam sebuah pernyataan terpisah, PLC mengatakan bahwa kerjasama pemerintah Palestina dan Israel terhadap rakyat Palestina dan gerakan perlawanan di Tepi Barat semakin mendorong para pemukim Israel untuk meningkatkan serangan terhadap Masjid Al-Aqsa. (dn/pi/gd/sm) www.suaramedia.com
Leia Mais

Amazing pictures from all over the world

Keren banget ....................























Leia Mais
 
Template designed using AgungKarebaTemplate Cinemateca, Criado Por: AgungKareba.