Dari Qatadah ra, dari Anas ra. Bahwa Rasulullah SAW bersabda, ‘Tidak beriman salah seorang diantara kalian, hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.’ (HR. Bukhari)

Senin, 17 Mei 2010

Respons Pesan Jihad Abdullah Sonata, Polri-FBI Blokir Situs Teroris

JAKARTA - Mabes Polri bergerak cepat dalam merespons pesan jihad Abdullah Sonata di internet. Setelah dimuat Jawa Pos kemarin (16/5), situs yang beralamat di http://7ihadmedia.wordpress.com tersebut diblokir. Hal itu terjadi setelah Cybercrime Bareskrim Mabes Polri berkoordinasi dengan Biro Penyelidik Federal AS (FBI).

''Saya mendapat informasi dari Kombespol Faisal dari cybercrime bahwa sudah ada koordinasi dengan FBI terkait dengan situs internet itu,'' ujar Kepala Bidang Penerangan Umum Mabes Polri Kombespol Zulkarnaen kepada Jawa Pos kemarin.

Menurut dia, Mabes Polri tidak bisa menghambat seseorang membuat situs yang proteroris. ''Itu kewenangan Wordpress yang berkantor pusat di Amerika Serikat. Mereka punya free space untuk setiap orang yang berkreasi,'' katanya.

Sebelumnya, Sonata yang menjadi buron utama Densus 88 Mabes Polri mengirimkan pesan dari tempat pelariannya. Dalam naskahnya, Sonata yang disebut-sebut sebagai pengganti dan penerus Dulmatin (teroris buron yang ditembak mati beberapa waktu lalu) meminta bantuan para alumnus daerah konflik dan eks narapidana terorisme untuk bergabung (Jawa Pos, 16/5). Sonata juga mengecam mantan teroris yang justru membantu polisi.

Zulkarnaen menjelaskan, dalam kasus terorisme, biasanya respons AS lebih cepat.

''Ini kasus yang khusus. Jadi, ada atensi tersendiri,'' ujarnya.

Ucapan mantan Kabid Bina Mitra Mabes Polri itu memang terbukti. Nyatanya, website itu tutup kemarin sore. Meski begitu, ada beberapa yang lolos blokir. Misalnya, http://azzamalqitall.wordpress.com masih bisa diakses.

Koordinasi Unit Cybercrime Mabes Polri dengan FBI juga dilakukan untuk melacak otentisitas pembuat pesan. ''Koordinasi itu termasuk dalam rangkaian pengungkapan jaringan pendukungnya di dunia maya (internet),'' tutur Zulkarnain.

Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring berjanji segera mempelajari isi website pendukung teroris Abdullah Sonata. Jika benar-benar menyimpang dan membahayakan, pihaknya akan berupaya menutup situs tersebut.

''Tapi, itu juga tidak mudah. Jika domain situs tersebut berada di Indonesia, kami bisa menutup. Tapi, kalau wordpress.com, itu yang sulit,'' ucapnya saat dihubungi Jawa Pos via ponsel kemarin.

Menurut Tifatul, situs tersebut memiliki domain di Amerika. Jadi, pihaknya tidak bisa menutup. ''Kami hanya bisa mengirimkan surat agar mereka memblokir alamat situs itu,'' ucapnya.

Tetapi, biasanya setelah dihapus situs itu muncul lagi dengan alamat yang berbeda. Nah, itulah yang menjadi masalah bagi Kemenkominfo. Tifatul hanya berjanji akan memelototi situs-situs yang menyim­pang dan menyaringnya.

Sementara itu, Zulkarnaen menjelaskan bahwa konsentrasi Densus 88 memang tertuju kepada Sonata. Sebab, peran teroris berusia 32 tahun itu sangat sentral dalam perekrutan anggota baru. ''Dia termasuk pengurus inti (jaringan),'' kata Zulkarnaen.

Korps burung hantu berusaha meringkus Sonata hidup-hidup. ''Itu prinsip utama kami, apakah dia pengurus inti, pendukung, donatur, atau simpatisan. Kami semaksimal mungkin berusaha menangkap hidup,'' ujarnya.

Alasannya, jika mereka tewas, jalur informasi akan terputus. Di antara 73 orang yang ditangkap dalam rangkaian pengungkapan jaringan teroris sejak kasus bom Marriott 2009, 13 orang terpaksa ditembak mati. ''Kami sebut itu terpaksa karena ada perlawanan. Bagi mereka, itu mati syahid. Jadi, membahayakan anggota (Densus) di lapangan,'' terangnya.

Saat ini Sonata diduga menggantikan peran Dulmatin yang tewas di Pamulang, Tangerang. Dia mengoordinasi kelompok pendukung dan juga menyuplai senjata. Maulana, yang menjadi supplier utama senjata jaringan itu, sudah tewas. ''Kami duga peran Maulana digantikan oleh seorang bernama Kamaluddin,'' ujar sumber Jawa Pos kemarin.

Menurut dia, satu jenazah yang hingga kini belum bisa dikenali diduga sebagai Imron Baehaqi alias Musthofa alias Abu Tholut, komandan lapangan yang juga alumnus Mindanao. Namun, data ante-mortem dan post-mortem ternyata tidak cocok. ''Itu berarti Abu Tholut masih berkeliaran, sangat berbahaya,'' kata anggota Ikatan Keluarga Pratisara Wirya itu.

Abu Tholut mempunyai kemampuan militer setara dengan Mustaqim (sudah tertangkap). Dia juga residivis yang divonis di Pengadil­an Negeri (PN) Jakarta Timur pada 11 Mei 2004.

Saat itu jaksa mendakwa Abu Tholut hendak melakukan tindak pidana terorisme. Itu terkait de­ngan ditemukannya bukti-bukti berupa senjata api dan bahan peledak di Jalan Taman Sri Rejeki Selatan VII/2, Semarang; Perumahan Permata Hijau Permai Blok F-11 No 16 RT 07/18 Kali Abang Tengah, Bekasi Utara; Jl Kebagusan III No 63 Pasar Minggu, Jakarta Selatan; dan Jl Cakrawijaya III Blok I No 22 RT 02/12 Cipinang Muara, Jakarta Timur.

Abu Tholut yang disebut jaksa sebagai salah seorang pimpinan manthiqi III di struktur Jamaah Islamiah itu juga didakwa hendak membunuh konglomerat Ciputra yang dituding sebagai dalang kristenisasi di Indonesia.

Menurut jaksa, rencana pembunuhan itu semula akan dilakukan saat rapat umum pemegang saham luar biasa di Hotel Ciputra, Grogol, Jakarta Barat, pada 30 Juni 2003. Selain itu, polisi menemukan dokumen-dokumen berupa jadwal kebaktian di beberapa gereja, daftar pengurus Ayub Jabotabek, dan daftar nama pengurus PDI Perjuangan. Yaitu, Roy B.B. Janis, Alex Litaay, Jacob Tobing, J.E. Sahetapy, dan Pramono Anung.

Namun, dalam pertimbangannya, majelis hakim hanya mengenakan dakwaan sekunder (kepemilikan senjata api) sebagai hal yang memang terbukti dalam persidangan. Saat ini Abu Tholut bebas.

''Kami juga menemukan dokumen yang menunjukkan bahwa kelompok itu berupaya meniru Al Qaidah dalam membentuk negara baru,'' tutur sumber tersebut. Dokumen dibawa Rosikin Noor, tersangka teroris yang tertangkap Senin malam pekan lalu (10/5).

Mereka percaya bahwa aksinya akan direstui Al Qaidah yang sekarang dikomando dari lembah-lembah di Afghanistan. Teroris menyebut serangan 17 Agustus atau amaliyah badar 7 Ramadan sebagai fase keempat strategi Al Qaidah.

Fase pertama disebut fase penyadaran. Dimulai pada awal 2000 dan berakhir 2003. (rdl/kuh/c4/dwi) Jawa Pos Online
 
Template designed using AgungKarebaTemplate Cinemateca, Criado Por: AgungKareba.