Dari Qatadah ra, dari Anas ra. Bahwa Rasulullah SAW bersabda, ‘Tidak beriman salah seorang diantara kalian, hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.’ (HR. Bukhari)

Selasa, 18 Mei 2010

Website Yang Dijadikan Sasaran Penutupan FBI .http://azzamalqitall.wordpress.com/.

 
 

Muqadimah

•Januari 1, 2010 • Komentar Dimatikan
____________________________________________________________



MUQADIMAH
Ihda
Segala puji hanya bagi Allah, kami memuji-Nya, memohon
pertolongan kepada-Nya, meminta ampunan kepada-Nya dan kami
berlindung kepada Allah dari kejahatan diri kami dan dari
keburukan amalan-amalan kami. Siapa orang yang Allah
menunjukinya maka tiada satupun yang bisa menyesatkannya, dan
siapa yang Dia sesatkan maka tidak satupun yang bisa
menunjukinya. Saya bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak
diibadati kecuali Allah saja tidak ada sekutu bagi-Nya, dan
saya bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya.
Kepada mereka yang sesat jalan dan salah jalan kemudian
mereka mengira bahwa mereka berada di atas kebenaran…
Kepada mereka yang telah menyia-nyiakan kemampuan dan
waktu – dalam jalan-jalan yang bengkok lagi salah – tanpa
manfaat atau faidah…!!!
Kepada mereka yang membuat kerusakan dan tidak membuat
perbaikan, kemudian mereka mengira bahwa mereka telah berbuat
sebaik-baiknya atau bahwa mereka berada di pintu dari pintu pintu
Islam…!!!
Kepada para pencari kebenaran dan dalil – apa saja
golongan mereka – seraya jauh dari ta’ashshub kepada hawa
nafsu, tokoh dan partai…!!!
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah
sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu
mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (Ali ‘Imran :
102).
يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا آَثِيرًا
وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ آَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah
menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah
menciptakan isterinya; dan daripada keduanya
Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan
bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya
kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan
silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi
kamu.” (An Nisaa’ : 1).
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا , يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ
اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah
dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki
bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan
barangsiapa menta`ati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya
ia telah mendapat kemenangan yang besar.” (Al Ahzab : 70-71).
Amma Ba’du
Sesungguhnya ucapan sebaik-baiknya adalah Kitabullah, dan
tuntunan yang paling baik adalah tuntunan Muhammad saw,
sedangkan urusan yang paling buruk adalah yang diada-adakan,
dan setiap yang diada-adakan adalah bid’ah, dan setiap bid’ah
adalah sesat, sedangkan setiap kesesatan adalah di neraka.
Ya Allah, Rabb Jibril, Mikail dan Israfil, Pencipta
langit dan bumi, Dzat Yang Mengetahui yang ghaib dan yang
nyata… Engkau memutuskan di antara hamba-hamba-Mu dalam apa
yang mereka perselisihkan, berilah kami petunjuk terhadap apa
diperselisihkan di dalamnya berupa al haq dengan izin-Mu,
sesungguhnya Engkau memberi petunjuk orang yang Engkau
kehendaki kepada jalan yang lurus.
Umat Islam ini masih senantiasa terjaga lagi aman, kokoh
lagi tegar di hadapan ketamakan umat-umat kafir dan durjana
sepanjang tenggang waktu yang mana ia dipimpin oleh khalifah
muslim yang memimpinnya dengan dien, menghukumnya dengan
syari’at Rabbul ‘alamin, melindungi kehormatan dan hak-hak
kaum muslimin dengan kekuatan sulthan dan menggetarkan musuhmusuh
mereka dengan jihad yaitu dari berani melakukan sikap
lancang…
Saat itu kaum muslimin berada dalam kebaikan, ‘izzah,
kemuliaan dan haibah (disegani), yang mana musuh berhitung
seribu kali sebelum berfikir untuk melakukan sedikit
penganiayaan, sampai akhirnya runtuh akhir pilar-pilar
Khilafah Utsmaniyyah di awal abad ini yang telah lalu dengan
perbuatan dan taqshir kaum muslimin itu sendiri dan dengan
makar yang dahsyat yang dirancang dan direncanakan oleh semua
kekuatan kafir, thaghut dan kezaliman di dunia ini.
Dan dari saat itu – yaitu semenjak kejatuhan Khilafah
Utsmaniyyah – runtuhlah tembok yang kokoh yang menghalangi
musuh dari merealisasikan keinginannya dan maksudnya di tengah
umat ini. Dan memang sungguh jalan di hadapan mereka telah
lenggang dan mulus untuk melakukan penganiayaan yang mereka
inginkan… kemudian mereka menginvasi negeri kaum muslimin
setelah mereka membagi-baginya di tengah mereka – tanpa lelah
dan cape -, mereka memperkosa kehormatan dan mereka mengeruk
kekayaan alam serta mereka mampu menjauhkan Islam dari realita
hidup manusia di semua tingkatan : pemerintahan dan rakyat…
kemudian mereka memaksakan hukum-hukum dan undang-undang kafir
mereka sebagai pengganti syari’at Rabbul ‘alamin…!
Dan inilah tujuan mereka terbesar dari invasi dan
pendudukan; yaitu bagaimana mereka menjauhkan dien ini dari
realita kehidupan, dan bagaimana mereka bisa menghalangi kaum
muslimin dari hidup di atas keislaman mereka sesuai dengan
cara yang diridlai Rabb mereka swt serta merealisasikan
kebahagiaan dan kepemimpinan mereka di dunia dan di akhirat,
karena musuh-musuh itu mengetahui benar bahwa rahasia kekuatan
kaum muslimin terletak pada keteguhan mereka terhadap ajaranajaran
dien yang hanif ini, dan bahwa kaum muslimin bisa
mengembalikan kejayaan mereka dan peranannya dalam
mengendalikan umat-umat dan bangsa-bangsa di waktu yang mana
mereka kembali di dalamnya kepada dien mereka dengan benar
serta memegangnya dengan serius dan kuat…!
Oleh sebab itu tatkala para penjajah itu hendak keluar –
karena banyak sebab yang tidak ada tempat untuk menuturkannya
disini – dari negeri kaum muslimin, mereka menempatkan sebagai
pengganti mereka para thaghut yang berasal dari bangsa kita
dan tanah air kita serta berbicara dengan lisan kita, agar
mereka berupaya keras dalam melaksanakan kepentingankepentingan
mereka dan merealisasikan tujuan-tujuan mereka dan
maksud-maksud mereka yang dekat dan jauh – yang mana mereka
telah datang untuk hal itu – di negeri kaum muslimin…!
Mereka menanam para thaghut yang mana mereka itu lebih
kafir dan lebih aniaya terhadap umat ini dari kafir penjajah
luar, serta mereka lebih antusias – dibandingkan dengan tuantuan
mereka – terhadap penerapan politik-politik mereka,
tujuan-tujuan mereka dan undang-undang mereka……!
Kafir penjajah keluar dari negeri kaum muslimin dengan
jasadnya, dan ia masih ada di tengah umat dengan tsaqafahnya,
adatnya dan undang-undangnya. Ia masih ada di tengah umat
dengan bentuk para diktator yang dzalim lagi berkuasa yang ia
tempatkan mereka untuk menjaga kepentingan-kepentingan mereka
dan tujuan-tujuan mereka…!
Oleh sebab itu sesungguhnya hengkangnya mereka itu adalah
gambaran saja bukan sebenarnya, dan bahwa umat ini sampai hari
ini masih dijajah dan diperbudak oleh kekuatan kafir dengan
nama-nama Islamiyyah dan ‘Arabiyyah yang lokal yang mana
mereka itu lebih dahsyat penindasannya dan permusuhannya
terhadap Islam dan kaum muslimin daripada musuh-musuh mereka
yang asli…!
Para thaghut hukum itu sampai saat ini masih senantiasa
mendapatkan dukungan, sokongan, perlindungan, dan penutupnutupan
akan kebejatan-kebejatan mereka terhadap rakyatnya
dari pihak tuan-tuan mereka dan auliyanya di barat yang
salibis, sesuai kadar dan upaya yang mereka kerahkan dalam
khidmat kepada mereka dan kepada tujuan-tujuannya serta
politik-politiknya di kawasan itu; oleh sebab itu kita melihat
para thaghut kekafiran berlomba-lomba di antara mereka dalam
berkhidmat kepada para tuan mereka dan dalam merealisasikan
mereka dengan penuh keseriusan dan giat. Bila salah satu di
antara mereka melangkah satu langkah di jalan ini maka yang
lain melangkah sepuluh langkah karena khawatir didahului yang
lain dalam meraih ridla para tuan dan dalam menggapai cinta
kasih mereka, dan agar mereka tidak marah kepadanya terus
melengserkannya dari kursi kekuatan dan menggantinya dengan
orang lain yang lebih setia kepada mereka daripada dia…!!
Semenjak itu maka pikiran para du’at yang berjuang untuk
Islam terfokus pada jalan yang melaluinya mereka mampu
mengembalikan bagi umat ini kehidupannya yang Islamiyyah,
serta mereka mengembalikan untuknya kekuasaannya dan
khilafahnya yang rasyidah setelah ia dilenyapkan dari alam
wujud…!
Dan umat sejak waktu itu hingga saat ini senantiasa
mempersembahkan syahid demi syahid dari kalangan anak-anaknya
– fi sabilillah – demi tegaknya Khilafah rasyidah yang
mengayomi seluruh kaum muslimin di seluruh belahan bumi dengan
berbagai warna kulit, bahasa, negara, dan bangsa mereka. Ia
merasakan kepedihan-kepedihan mereka dan impian-impian mereka,
disana mereka mendapatkan perlindungan yang dengannya mereka
berlindung dari bahaya-bahaya musuh yang mengelilingi mereka
dari segala penjuru.
Dan pengerahan upaya, pemberian dan jihad serta sesuatu
yang ditawarkan adalah Khilafah rasyidah yang mana tidak tegak
bagi dien ini dan hukum-hukumnya secara sempurna kecuali
dengannya, dan tidak ada keamanan dan kenyamanan bagi kaum
muslimin dan bagi negeri-negeri mereka dari gangguan musuhmusuhnya
kecuali dengannya, serta tidak ada rasa kapok bagi
orang-orang dzalim dan para perampok kecuali dengannya. Oleh
sebab itu diriwayatkan dari Khalifah ketiga Utsman Ibnu ‘Affan
ra bahwa ia berkata : “Sesungguhnya Allah membuat jera dengan
sulthan suatu yang tidak jera dengan Al Qur’an”. Jadi Al
Qur’an Al Karim mesti memiliki kekuatan dan kekuasaan yang
melindunginya dan menerapkannya terhadap manusia, mengayominya
serta menjaga hukum-hukum dan syari’at-syari’atnya. Al Qur’an
dan pedang penguasa keduanya berjalan berdampingan, satu sama
lain saling mendukung, bila salah satunya lemah pengaruhnya
dari menyokong yang lain maka perjalanan Islam – tidak bisa
dipungkiri – mengalami kelemahan, keterpurukan dan
keterbelakangan.
Rasulullah saw berkata : “Imam itu hanyalah perisai yang
dilakukan perang di belakangnya dan dijadikan tempat
perlindungan.” Muttafaq ‘alaih.
Dan dari Abi Bakrah, berkata : Saya mendengar Rasulullah
saw berkata : “Sulthan itu adalah payung Allah di bumi, siapa
yang memuliakannya maka dia telah memuliakan Allah, dan siapa
yang menghinakannya maka Allah menghinakan dia.”
(Dikeluarkan oleh Ibnu Abi ‘Ashim dalam As Sunnah, Syaikh Nashir berkata
dalam Takhrijnya 1024 : hadits hasan).
Sulthan muslim yang adil adalah payung Allah di bumi ini,
karena ia berjuang untuk menerapkan hukum-hukumnya dan
syari’at-syari’atnya di bumi ini, dan dengannya kehormatan
dien ini terjaga dan panji-panjinya tinggi berkibar.
Umar Ibnul Khaththab ra berkata : “Tidak ada Islam tanpa
jama’ah, dan tidak jama’ah tanpa imarah serta tidak ada imarah
tanpa mendengar dan ketaatan.”
Dan ini adalah hal-hal yang saling berkaitan dan saling
mengharuskan, salah satunya mengharuskan dan menguatkan yang
lain serta menghantarkan kepadanya, tidak tegak baginya
kecuali dengannya.
Oleh sebab itu kita tidak menyelisihi al haq dan
kebenaran bila kita katakan bahwa ‘amal dalam rangka
menegakkan Khilafah rasyidah adalah tergolong tujuan tertinggi
dan teragung dien ini, dan tidak ada tujuan yang digapai oleh
kaum muslimin yang lebih tinggi dari penegakkan khilafah
rasyidah selain tujuan tauhid yang untuknya Allah menciptakan
makhluk, dan Dia mengutus para rasul serta Kitab-kitab Dia
turunkan, dan di jalannya segala tujuan dianggap murah dan
dikerahkan segala yang mahal dan berharga.
Khilafah, shultan, negara dan makna-makna syaukah dan
kekuatan lainnya semuanya masuk sebagai sarana-sarana yang
langsung dan penting dalam rangka merealisasikan tauhid di
bumi ini, serta dalam rangka menggusur manusia dari
peribadatan terhadap manusia kepada peribadatan terhadap Rabb
manusia, dan dari kezaliman agama-agama kepada keadilan Islam,
serta dari kesempitan dunia dan penjaranya kepada keluasan
akhirat dan surganya.
Dan dari sini datang pentingnya penyiapan bahts yang saya
namakan “Ath Thariq Ilaa Isti-nafi hayatin Islamiyyah Wa Qiyam
Khilafatin Rasyidah ‘Ala Dlail Kitab Was Sunnah” terutama
sesungguhnya banyak dari kalangan aktivis di bidang dakwah
terhadap dien ini telah salah dan sesat dari jalan yang
syar’iy lagi shahih…!
Dan ucapan saya “’Ala Dlail Kitab Was Sunnah”, yaitu
bahwa saya komitmen dengan dalil-dalil Al Kitab Was Sunnah –
yang dengannya hujjah tegak – dalam setiap apa yang saya
tetapkan dan saya jelaskan dalam bahts ini. Dan ini apa yang
akan bisa dilihat oleh pembaca dengan jelas Insya Allah ta’ala.
Kami memohon kepada Allah ta’ala pelurusan, taufiq dan
penerimaan… sesungguhnya Dia ta’ala Maha Mendengar lagi Maha Dekat…
Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada penghulu
kita, Nabi kita, pengajar kita dan panglima kita Muhammad,
keluarganya dan para sahabatnya…
Amin…!!!
Donasi Keluarga Mujahid

Al-Tawbah :: Terjemah Pesan Audio Amirul Mukminin Abu Umar Al Baghdadi (Sebelum Beliau Menemui Kesyahidannya ‘Insya Allah’): Para Agen Pendusta

•Mei 15, 2010 • Tinggalkan sebuah Komentar
بسم الله الرحمن الرحيم
Forum Jihad Al-Tawbah
menghadirkan
:: Terjemahan Bahasa Indonesia ::
Pesan Audio Amirul Mukminin
As Syahid Insya Allah
Abu Umar Al-Qurasyi Al-Baghdadi
Rahimahullah
Berjudul
[[:: Para Agen Pendusta ::]]
Bersumber dari
Nukhbah Media Jihad
dan
Media Produksi Al Furqan
Mei 2009
Segala puji hanya bagi Allah, kita memuji dan meminta pertolongan kepada-Nya. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah maka tidak ada yang menyesatkannya, dan barangsiapa disesatkan oleh Allah maka tidak ada yang bisa memberinya petunjuk. Aku bersaksi bahwa tidak ada Illah kecuali selain Allah semata yang tidak membutuhkan sekutu, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.
Amma Ba’du
Allah Ta’ala berfirman :
“Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang yang melampaui batas lagi pendusta”.
Dan Rosulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda seperti termaktub dalam Shahih Al Bukhari :
“Sesungguhnya kejujuran itu membawa kepada kebaikan, dan kebaikan itu mengantarkan ke jannah. Dan ada seseorang yang jujur hingga dia tercatat sebagai shiddiqin. Dan sesungguhnya dusta itu membawa kepada kejahatan, dan kejahatan itu menyeret ke neraka. Dan ada seseorang yang berdusta hingga dicatat sebagai seorang pendusta”.
Dan diriwayatkan juga oleh Abu Hurairah –semoga Allah meridhoinya- Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
“Tanda orang munafik itu ada tiga : Jika berkata berdusta, jika berjanji mengingkari, dan jika diberi amanah ia berkhianat”.
Sungguh masyarakat terkejut dengan kedustaan pemerintah rezim Ba’ts di daerah Zona Hijau (Green Zone) dimana mereka mengaku telah menangkap seorang hamba yang fakir di Baghdad, aku menyangka bahwa apa yang telah mereka kerjakan itu hanya sebagai usaha untuk menutup-menutupi dahsyatnya serangan mujahidin. Akan tetapi masyarakat mulai bertanya-tanya tentang hal itu dan bahkan mempercayai kedustaan mereka tersebut, hingga mereka menampilkan sebuah gambar seorang lelaki yang telah mereka siksa yang tidak kami ketahui dari mana mereka mendatangkannya dan juga siapakah lelaki ini. Sesungguhnya penjara-penjara mereka penuh dengan hamba-hamba Allah yang terdzalimi dari kalangan Ahlus Sunnah, mereka mengaku bahwa yang ada di gambar tersebut adalah Abu Umar Al Baghdadi.
Ada kesamaan antara yang diperbuat para pendusta tersebut dengan apa yang telah dilakukan oleh penyembah berhala orang-orang kafir Quraisy. Ketika Penguasa Romawi Herkel berkata Abu Sufyan, ia berkata : “Dekatkanlah sahabatnya, sampai punggung-punggung mereka bersentuhan”, kemudian ia berkata kepada penerjemahnya, “Katakan kepada mereka bahwa aku bertanya tentang lelaki ini (Muhammad), jika ia berdusta maka mereka juga mendustakannya”. Maka berkatalah Abu Sufyan dalam sebuah riwayat : “Demi Allah, kalaupun aku berdusta maka itu tidaklah bermanfaat bagiku. Aku adalah salah seorang pemuka yang pantang untuk berdusta, dan aku mengetahui bahwa hal itu adalah mudah untuk melakukannya. Jika aku mendustainya maka mereka akan menjaga dariku. Kemudian mereka akan memperbincangkannya, maka aku tidak membohonginya”. Kedustaan hanya akan membawa perasaan malu dan kecelakaan.
Adapun mereka (para antek-antek musuh) hari ini, harga diri mereka adalah harga diri seorang budak. Berada dalam kebingungan diri mereka sendiri dan dalam pandangan manusia mereka lebih hina dari seekor lalat. Mereka tidak malu untuk melakukan kejahatan, karena sesungguhnya dusta adalah salah satu dari berbagai macam kejahatan. Bahkan dusta itu adalah pangkal dari segala kejahatan sebagaimana yang disabdakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam : “Dan sesungguhnya dusta itu membawa kepada kejahatan”.
Kedustaan adalah wahyu dari setan yang lemah, maka tidak akan berpengaruh sedikitpun apabila hal itu ditujukan kepada perbuatan dan perkataan mujahidin. Kedustaan adalah sesuatu yang dihembuskan oleh para setan sebaaimana firman Allah : “Apakah akan Aku beritakan kepadamu, kepada siapa setan-setan itu turun?. Mereka turun kepada tiap-tiap pendusta lagi yang banyak dosa. Mereka menghadapkan pendengaran (kepada setan) itu,dan kebayakan mereka adalah orang-orang pendusta”. (QS. Asy Syu’ara’ : 221-223).
Tidak ada keraguan lagi bahwa mereka adalah para pengikut Rafidhah yang menyembah dan mendekatkan diri kepada Iblis mereka dengan suatu kedustaan. Mereka, sebagaimana yang dikatakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah –semoga Allah merahmatinya- musuh bebuyutan mereka : “Tidaklah pada setiap kelompok atau golongan Ahlul Kiblat banyak berdusta dan tidak membenarkan kedustaan mereka atau mendustakan kebenaran dari mereka. Apalagi perbuatan nifak yang ada pada mereka itu lebih tampak dari semua manusia”. Tidak ada bedanya antara pengikut Ahlus Sunnah pada umumnya ataupun pada keturunan mereka dari kalangan mujahidin pada khususnya, mereka mendekatkan diri kepada Allah dengan sikap jujur, mereka mempercayai Allah sehingga manusia pun mempercayai mereka.
Az Zuhry –semoga Allah merahmatinya- berkata : “Demi Allah, seandainya ada penyeru dari langit yang menyeru bahwa Allah menghalalkan kedustaan maka aku sekali-kali tidak akan berdusta”.
Mereka itulah Ahlus Sunnah, dan bahkan merekalah ulama’ Ahlus Sunnah bukan ulama’ taqiyyah (menyembunyikan kebenaran) dan kejahatan.
Ringkasnya, kejujuran adalah pokok dari segala kebaikan dengan berbagai macamnya. Ia adalah ciri dari Ahlus Sunnah. Dan kedustaan adalah pangkal dari segala kejahatan dengan berbagai jenisnya, ia adalah syiar para penyembah Az Zahra dan Husain. Tidak diragukan lagi bahwa kedustaan yang paling besar dengan berbagai tingkatnya adalah saling berkaitan antara satu dengan yang lain sesuai tingkat kerusakan yang bersumber darinya.
Dari Abu Hurairah –semoga Allah meridhoinya- ia berkata : Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda sebagaimana termaktub dalam Shahih Muslim : “Tiga orang yang tidak akan diajak bicara oleh Allah pada hari Kiamat dan tidak disucikan serta tidak dilihat Allah dan bagi mereka adzab yang pedih adalah orang tua yang berzina, penguasa yang berdusta, dan orang miskin yang sombong”. Dan diriwayat yang lain : “Tiga orang yang dimurkai Allah yaitu penguasa yang berdusta, orang miskin yang sombong, dan orang kaya yang pelit”.
Maka sungguh mengherankan wahai Ahlus Sunnah :
Bagaimana kalian rela untuk berhukum kepada orang yang menjadikan kedustaan sebagai dien (agama) sedangkan ia tidak merasa takut ketika berdusta walaupun dalam permasalahan yang sepele bahkan ia cenderung tergesa-gesa dalam menyampaikannya!?
Maka bagaimana ia akan menepati janji-janjinya kepada kalian sedangkan mereka berkeyakinan bahwa Ahlus Sunnah adalah duri bagi orang-orang kafir, darah dan harta mereka adalah halal !?
Inilah dia daerah yang mereka klaim akan mereka bebaskan dari tangan-tangan mujahidin, apa yang telah mereka berikan dan persembahkan kepada penduduknya dari rasa aman? Kecuali merampas harta para pedagang dan menodai kehormatan dan kesuciannya, sama saja apakah mereka melakukannya sendiri atau melalui antek-antek mereka dari kalangan murtaddin.
Wahai Ahlus Sunnah :
Kaum Rafidhah adalah musuh kalian, sejarah kemunculan mereka penuh dengan pengkhianatan kepada kalian dan selalu berbuat keributan terhadap kalian. Janganlah kalian mempercayai mereka, dan waspadalah dengan penipuan mereka kepada kalian. Perkataan mereka yang semanis madu itu pada hakikatnya adalah makar yang menakutkan lagi menyeramkan.
Kepada Tentara Daulah Islam :
Semoga Allah mencerahkan wajah kalian sebagaimana kalian telah mencerahkan wajah-wajah Ahlus Sunnah, sungguh demi Allah berbagai cobaan telah menimpa akan tetapi kalian adalah sebaik-baik perbendaharaan bumi yang tetap gemilang, tetap murni dan tetap teguh.
Dan berbahagialah wahai tentara Allah, sesungguhnya aku menilai bahwa ketika kalian tertimpa ujian kalian tetap bersabar, tetap teguh dan kokoh. Kalian tetap berjuang dan tetap percaya diri dengan apa yang telah menimpa. Kalian tetap menampakkan permusuhan kepada lawan. Maka berbahagialah dengan pahala yang akan kalian terima di akhirat dan kemenangan ketika di dunia. Sesungguhnya waktu yang terus berjalan ini lebih cepat dari apa yang telah kami perkirakan, biarkanlah musuh berpura-pura dengan segala cara yang mereka miliki pada masa yang telah kalian rencanakan ini, strategi “Hashodul Khoir” (menuai kebaikan). Dimana kerugian telah menimpa mereka pada tahun ini. Hal ini disebabkan bukanlah karena suatu kebetulan, dimana jumlah korban dari pihak Amerika lebih banyak sehingga mereka tidak lagi mengucapkan perkataan “korban yang terbunuh dalam sebuah kejadian bukanlah dari pihakku” !. Belum lagi ditambah dengan jumlah korban di pihak murtaddin, sehingga harga yang harus dibayar oleh Negara Persi Majusi tersebut untuk menanggulangi hal itu menjadi berlipat-lipat. Dan hal ini belum pernah terjadi kecuali sejak pendudukan Baghdad di tangan kekuasaan Salib Majusi, segala puji bagi Allah di awal dan di akhir.
Hari-hari telah ditentukan dan kalian akan menjumpai kemenangan melalui perantaraan tangan kalian dan kalian akan melihatnya dengan mata kepala kalian sebagaimana yang telah kalian saksikan sebelumnya, akan tetapi ini lebih gemilang, murni dan kokoh, serta hal itu tidak akan terjadi kecuali dengan :
Pertama : Sebaik-baik tawakkal kepada Allah, yakin dengan janji-Nya, bersikap jujur kepada-Nya, dan mengembalikan setiap permasalahan kepada-Nya.
Kedua : Konsisten dalam beramal sesuai dengan kemampuan dan sejalan dengan strategi “Hashodul Khoir” tanpa ada unsur peremehan dari segala segi, dan ketahuilah bahwa Allah telah menyeru kalian dan tidak meninggalkan bagi kalian suatu udzur. Allah Ta’ala berfirman : “Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan atau pun merasa berat, dan berjihadlah dengan harta dan dirimu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui”. (QS. At Taubah: 41).
Maka tidak ada keberhasilan, ampunan, dan kemenangan bagi kalian kecuali jika kalian memenuhi seruan Rabb kalian yang telah berfirman : “Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari adzab yang pedih?. (Yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik baik kamu jika kamu mengetahuinya”. (QS. Ash Shaf : 10-11).
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Barangsiapa yang mati dan belum pernah berperang atau terbetik dalam hatinya untuk berperang maka ia mati dalam salah satu cabang kemunafikan”. Dan diriwayatkan oleh Abu Dawud –semoga Allah merahmatinya- : “Barangsiapa yang belum pernah berperang, atau belum pernah menyiapkan bekal seorang mujahid atau menjaga keluarga seorang mujahid dengan baik maka Allah akan menimpakan kepadanya goncangan sebelum hari Kiamat”.
Maka kalian wahai para hamba Allah, berada pada perniagaan yang menguntungkan dan tidak ada kerugian di dalamnya. Sang Penjamin adalah Allah, cukuplah bagimu dengan sabda Nabi kita sebagai kabar gembira, sebagaimana yang disabdakan beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam : “Allah menjamin memberi pahala bagi orang yang keluar dijalan-Nya, dimana ia tidak keluar kecuali karena keimanan kepada-Ku dan membenarkan Rasul-Ku maka Aku akan mengembalikannya dengan pahala, ghonimah atau Aku memasukkannya ke jannah. Kalaulah tidak memberatkan ummatku maka aku akan terus mengirim sariyyah (satuan operasi militer). Dan aku berangan-angan untuk terbunuh di jalan Allah kemudian hidup kembali kemudian terbunuh kemudian hidup kembali kemudian terbunuh”.
Dan ketahuilah wahai Waliyullah, wahai orang yang telah menambat jiwanya di jalan Allah… Sesungguhnya ketakutanmu, makanmu, minummu, tertawamu, gurauanmu, keringatmu, dan jejak sepatumu maka bagimu itu semua adalah bernilai pahala. Kalaupun tidak, maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda tentang perihal kuda yang tertambat di jalan Allah : “Adapun itu semua adalah bernilai pahala bagi pemiliknya. Maka seseorang yang menambatnya di jalan Allah dan mempersiapkannya untuk tujuan fi sabilillah maka tidaklah sesuatu yang hilang dari perutnya di tulis di sisi Allah sebagai pahala bagi pemiliknya walaupun digembalakan di tanah lapang yang tidak makan sesuatupun kecuali Allah tetapkan sebagai pahala bagi pemiliknya. Walaupun diberi minum dari sungai maka bagi pemiliknya pahala disetiap sesuatu yang hilang dari perutnya. Sampai-sampai Allah menetapkan pahala pada kencingnya dan kotorannya serta disetiap langkahnya ditetapkan baginya pahala”.
Ini baru tentang kuda yang ditambatkan seorang muslim di jalan Allah, lalu bagaimana jika seorang muslim menambatkan dirinya bahkan harta dan keluarganya di jalan Allah? Dapatkah kalian membayangkan bagaimana pahalanya?
Maka Murnikanlah Keikhlasan Wahai Tentara Allah
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Sesungguhnya amal itu tergantung niat, dan kedudukan seseorang itu berdasarkan niatnya”. Dan sabdanya juga : “Demi Dzat yang jiwaku berada di Tangan-Nya, tidaklah seseorang terluka di jalan Allah –dan Allah Maha Mengetahui siapa saja yang terluka di jalanNya- kecuali ia akan datang pada hari Kiamat sedang lukanya mengucur, warnanya warna darah dan aromanya aroma misk”. Dan sabdanya juga : “Terbunuh di jalan Allah itu lebih aku sukai daripada menjadi penduduk kota dan desa”.
Hendaklah perasaan di antara kalian tetap terjaga dan tidak hilang dari pikiran kalian selama-lamanya, jika kalian tidak sependapat apabila berselisih.
Allah berfirman : “Berlemah lembut kepada orang-orang mukmin dan bersikap keras terhadap orang-orang kafir”. (QS. Al Maidah: 54).
Akhirnya, aku mewasiatkan kepada kalian dengan wasiat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam ketika ada seseorang laki-laki berkata kepada beliau : “Berilah aku wasiat”. Maka beliau pun berkata :
“Aku mewasiatkan kepadamu agar bertaqwa kepada Allah, karena ia adalah pokok segala urusan, dan hendaklah kalian berjihad karena ia adalah kependetaan dalam Islam, dan hendaklah kalian memperbanyak dzikir dan membaca Al Qur’an karena hal itu adalah kegembiraanmu di langit dan sebagai ingatanmu di bumi”.
Ya Allah, Dzat yang menurunkan Al Kitab, menjalankan awan dan menghancurkan pasukan Ahzab. Hancurkanlah mereka dan tolonglah kami atas mereka.
{Dan Allah Maha Menang atas segala urusan-Nya, akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya}
Saudara kalian
Abu Umar Al-Qurasyi Al-Baghdadi

————————————————————————————-
Jangan Lupakan Kami Dalam Doa Kebaikan Kalian
Saudara kalian di
Forum Jihad Al Tawbah
Bersama meraih impian syahadah
Diterjemahkan oleh : Al-Akh Fursanul Izzah
Sumber: Forum Islam Al-Tawbah
_____________________________________________________________________
Share This Post:

Bookmark 
and Share

Tuntut Qishas Penghujat Nabi, Umat Islam Kepung Kantor Walikota Bekasi

•Mei 15, 2010 • Tinggalkan sebuah Komentar
BEKASI (voa-islam.com) – Pelecehan agama Islam yang dilancarkan oleh para Kristen Radikal Bekasi secara bertubi-tubi, menuai penentangan yang deras dari seluruh elemen umat Islam Bekasi. Usai shalat Jumat di Masjid Islamic Centre Bekasi, (14/5/2010), ribuan umat Islam melakukan aksi damai di halaman kantor Walikota Bekasi. Mereka menuntut qishas (hukuman mati) terhadap para salibis yang menghujat Allah dan Rasul-Nya.
Usai shalat Jum’at di Masjid Islamic Centre Bekasi, ribuan umat Islam dari berbagai ormas Islam itu tumplek memadati Jalan Ahmad Yani menuju kantor Walikota Bekasi. Aksi damai yang dimotori oleh Front Anti Pemurtadan Bekasi (FAPB) dan Front Pembela Islam (FPI) Bekasi Raya itu meneriakkan takbir dan yel-yel meminta pelaku penghinaan Islam diadili, diusut dan ditindak tegas.
Aksi damai berlangsung tertib itu diikuti oleh berbagai ormas se-Bekasi, antara lain: Persatuan Islam (PERSIS) Kota Bekasi, Pemuda PERSIS Kota Bekasi, Dewan Dakwah Islamiyah (DDII) Bekasi, Forum Ummat Islam (FUI), Gerakan Pemuda Islam (GPI) Kota Bekasi, Gerakan Reformasi Islam (GARIS), Harakah Sunniyah untuk Masyarakat Islami (HASMI), Majelis Rasulullah, dll. Mereka mengusung spanduk bertuliskan  pesan damai ”Hargai Pluralitas, Runtuhkan Tirani Minoritas.”
Selain spanduk dan bendera ormas, peserta aksi damai juga membawa poster foto Benny Tunggul, Walikota Mochtar Mohammad, Wakil Walikota Rahmat Effendi, dan foto seorang peserta pawai Kristen yang menari-nari di Masjid Agung Bekasi.
Poster Benny Tunggul diarak bertuliskan: “Penjarakan Benny Tunggul, Provokator dan Penjahat Agama,” “Benny Tunggul Penjahat Salibis,” “Benny Tunggul Musuh Islam Halal Darahnya, Mengandung: Penyulut Permusuhan Agama, Provokator, Penjahat Salibis, Memicu Perang Dan Konflik Agama, Anti Islam, Halal Darahnya..!!”
Sedangkan foto Walikota Bekasi Mochtar Mohammad bertuliskan “Mochtar Mohammad Makelar Gereja,” “Mochtar Mohammad Pendukung Salibis.” Lalu foto remaja peserta pawai yang membawa replica mahkota paus ke area Masjid Agung Al-Barkah Bekasi bertuliskan “Cari, Tangkap dan Penjarakan!”
Sesampai di depan kantor Walikota Bekasi, para perwakilan dari berbagai ormas berorasi menuntut Walikota Mochtar Mohammad untuk bertanggungjawab atas maraknya gerakan kristenisasi, maraknya gereja liar tak berizin, dan penodaan agama di Kota Bekasi.
Namun Walikota Mochtar Mohammad tak bisa ditemui pendemo karena sedang ada kunjungan kerja ke Gorontalo. Sebagai gantinya, para pendemo diterima secara terbuka oleh Sekretaris Daerah Kota Bekasi Candra Utama, didampingi oleh Kapolres Metro Bekasi AKBP Imam Sugianto.
Candra berjanji akan mempertemukan para perwakilan ormas Islam dengan Walikota Mochtar Mohammad pada hari Senin 17 Mei 2010.
“Hari Senin Pak Walikota akan menerima kita semuanya. Dan suratnya sedang saya buat, apa yang menjadi harapan segenap umat Islam yang hari ini hadir akan saya sampaikan pada beliau,” ujarnya.
Usai menyampaikan penjelasannya, Candra didaulat oleh para pendemo untuk membacakan “Deklarasi Umat Islam Bekasi” di atas mobil pendemo. Deklarasi ini disepakati dalam Tabligh Akbar umat Islam di Masjid Agung Al-Barkah Bekasi, 9 Mei 2010. Deklarasi yang berisi 8 butir pernyataan sikap itu ditandatangani enampuluhan perwakilan dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Bekasi, Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Bekasi, ormas Islam, majelis taklim, pengurus masjid dan musholla se-Bekasi.
Dengan sangat koperatif, Candra membacakan Deklarasi Umat Islam Bekasi yang salah satu butir isinya adalah tuntutan qishas terhadap pelaku penghujatan Allah dan Nabi-Nya.
“Kami mengecam dan menentang keras segala upaya, tindakan dan kegiatan kristenisasi/pemurtadan terhadap umat Islam yang sering dilakukan oleh kaum Nasrani. Kami sangat tersinggung atas pelecehan, penghinaan terhadap Islam dan simbol-simbol umat Islam. Kami mengutuk serta menuntut qishas bagi para pelakunya,” tegas Candra dengan suara berapi-api.
Usai pembacaan Deklarasi Umat Islam Bekasi, para peserta aksi damai menginjak-injak dan membakar poster bergambar foto orang-orang yang dianggap bertanggungjawab atas maraknya pemurtadan, kristenisasi dan penodaan agama di Bekasi.
Aksi damai selanjutnya beralih menuju patung berhala di kawasan Harapan Indah Bekasi.
Demo menuntut qishas terhadap para Kristen Radikal ini adalah buntut dari pelecehan terhadap Al-Qur’an yang dilakukan alumnus SMP Bellarminus di SMAN 5 Bekasi dengan foto menginjak Al-Qur’an dan pose “Al-Qur’an Fuck You.” Belum usai kasus di pecahan Al-Qur’an di SMAN 5 Bekasi, muncul lagi penodaan yang lebih dahsyat dalam ‘Blog Santo Bellarminus’ pada tanggal 21 April 2010 yang menamakan diri Gerakan Membasmi Islam (GMI). Dalam postingan berjudul “Habisi Islam di Indonesia,” ditulis berbagai hujatan terhadap Islam dengan mengejek Allah dan Rasulullah sebagai oknum Homoseks (gay). Penodaan lainnya, Al-Qur’an dihujat sebagai kitab sesat dan kitab seksual, Islam dilecehkan sebagai agama setan, dsb.
Belum usai kasus penodaan SMAN 5 dan Blog Santo Bellarminus, muncul lagi penodaan yang tak kalah dahsyatnya. Alih-alih memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas), umat Kristen mengadakan pawai mencatut Badan Narkotika Kota (BNK) Bekasi. Dengan klaim telah mendapat izin dari Walikota Mochtar Mohammad, dua puluhan peserta pawai berkostum Kristiani memasuki pelataran Masjid Agung Bekasi. Mereka menari-nari membuat formasi Pedang Salib.
Kemarahan warga Bekasi tak tertahankan lagi, mereka pun menuangkan dalam Deklarasi Umat Islam Bekasi pada Tabligh Akbar di Masjid Agung Al-Barkah Bekasi yang menuntut qishas terhadap para pelaku penodaan Islam. [taz/adrian]
____________________________________________________________________
Share This Post:
Bookmark 
and Share

Ummu Aiman Al-Habasyiyyah: Mujahidah ‘Ibunda Pengasuh’ Rasulullah

•Mei 15, 2010 • Tinggalkan sebuah Komentar
JIKA manusia mencintai seseorang, maka dia siap untuk membuka hatinya bagi orang tersebut. Persahabatan akan menjadi sempurna sejauh mana masing-masing pihak mendapatkan anugerah berupa kelapangan hati, perasaan halus, akhlak baik, dan memegang teguh janji yang telah terjalin.
Demikianlah gambaran mengenai seorang sahabat wanita yang memiliki perasaan halus dan kelembutan yang tulus. Wanita ini telah meraih puncak keimanan tertinggi dan mendapatkan keuntungan berupa penghormatan dari orang tercinta, yaitu Rasulullah SAW. Wanita ini memiliki kedudukan dan kemasyhuran seluas dunia. Dia menempati posisi mulia dan luhur karena anugerah Allah kepadanya.
Dia adalah Ummu Aiman Al-Habasyiyyah, budak Rasulullah SAW dan juga pengasuh beliau. Wanita ini bernama lengkap Barkah binti Tsa’labah bin Amru. Nabi Muhammad mewarisi bersama ayahnya lima unta jantan dan kambing. Ummu Aiman dimerdekakan ketika Rasulullah menikah dengan Khadijah binti Khuwailid. Ummu Aiman dinikahi Ubaid bin Zaid Al-Khazraji, lalu melahirkan Aiman bin Ubaid. Selanjutnya dia dinikahi oleh Zaid bin Haritsah pada malam-malam ketika Rasulullah diutus menjadi rasul. Dari pernikahannya dengan Zaid bin Haritsah, dia dikaruniai Usamah bin Zaid, orang yang dicintai Nabi, sebagaimana beliau mencintai Hasan dan Husain.
Menjadi Pengasuh dan Ibunda Rasulullah
Ummu Aiman dekat dengan Rasulullah sejak beliau kecil, tepatnya setelah ibunda Rasulullah, Aminah binti Wahab, meninggal dunia. Aminah meninggal di Abwa (sebuah desa antara Makkah dan Madinah) setelah pulang berziarah dari rumah para bibinya, Bani An-Najjar, di Madinah Al-Munawwarah. Ummu Aiman turut mendampinginya dalam ziarah tersebut. Pada masa yang sangat sulit dan menyakitkan itu, Ummu Aiman memperlihatkan kelembutan dan baktinya kepada Nabi SAW yang saat itu masih berumur 6 tahun. Ummu Aiman pulang ke Makkah bersama beliau yang yatim piatu dan dirundung duka mendalam karena berpisah dengan ibunya untuk selamanya.
…Ummu Aiman dekat dengan Rasulullah sejak beliau kecil, tepatnya setelah ibunda Rasulullah, Aminah binti Wahab, meninggal dunia. pun mengasuh Nabi dengan penuh perhatian…
Ummu Aiman pun mengasuh Nabi dengan penuh perhatian. Abdul Muthalib, kakek Rasulullah, pun mewanti-wanti Ummu Aiman agar dia senantisa memperhatikan Rasulullah, tidak boleh melalaikannya sekejap mata pun. Dengan demikian, Rasulullah tumbuh dan berkembang dalam kasih sayang Ummu Aiman yang menjaga, menghormati, dan berbakti kepada beliau. Begitu dekat dan sayangnya Ummu Aiman kepada Rasulullah, tak heran jika beliau menyebutnya dengan sebutan “ibunda”. Tak jarang Rasul memanggil Ummu Aiman, “Wahai ibuku.” Bahkan beliau memposisikanya sebagai anggota keluarganya. Jika melihat Ummu Aiman, Rasulullah bersabda, “Ini adalah sisa anggota keluargaku.” Dalam kesempatan lain, beliau bersabda, “Ummu Aiman adalah ibuku setelah ibuku.”
Ketika Rasulullah dibebani misi risalah Islam, Ummu Aiman adalah salah seorang rombongan awal orang-orang yang membenarkan dakwah beliau. Ibnu Katsir mencatat, “Yang jelas, seluruh anggota keluarga Rasulullah beriman kepada beliau sebelum siapa pun. Mereka adalah Khadijah, Zaid, istri Zaid, Ummu Aiman, dan Ali.” Ibnul Atsir mengatakan, “Dia masuk Islam pada masa permulaan.”
Sudah sewajarnya Ummu Aiman lebih dahulu masuk Islam daripada para sahabat wanita lainnya. Ini mengingat, dia banyak mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan kenabian sejak sebelum Rasulullah dilantik menjadi rasul. Sebagaimana sahabat dan sahabiyah lainnya, masuk Islamnya Ummu Aiman diikuti dengan berbagi konsekuensi buruk yang menimpa dirinya. Dia menerima berbagai siksaan dan intimidasi dari kaum kafir Quraisy karena keislamannya. Sehingga Ummu Aiman pun turut berhijrah ke Habasyah (Ethiopia) dan Madinah. Dia berbaiat kepada Rasulullah.
Sebagai Seorang Mujahidah
Kedekatannya dengan Rasulullah tidak membuat Ummu Aiman meminta dispensasi kepada beliau untuk tidak berpartisipasi dalam jihad. Ummu Aiman memiliki jasa besar dalam ranah jihad. Dia ikut bergabung dalam Perang Uhud sebagai pembagi air minum untuk para mujahidin dan memberikan pengobatan untuk prajurit yang terluka.
…Kedekatannya dengan Rasulullah tidak membuat Ummu Aiman meminta dispensasi kepada beliau untuk tidak berpartisipasi dalam jihad. Ummu Aiman memiliki jasa besar dalam ranah jihad. Dia ikut bergabung dalam Perang Uhud…
Tak hanya itu, Ummu Aiman juga ikut dalam Perang Khaibar bersama beberapa istri para sahabat. Setelah kemenangan, Rasulullah memberi mereka sebagian dari harta rampasan perang (ghanimah). Lalu pada Perang Hunain, dia berada dalam satu rombongan bersama kedua putranya, Aiman dan Usamah. Kedua anak termasuk para sahabat yang teguh bertahan melindungi Rasulullah pada saat itu. Namun Aiman kemudian mati syahid. Kesyahidan Aiman semakin menambah keimanan dan penyerahan total dirinya kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan pada Perang Mu`tah, suaminya (Zaidd bin Haritsah) yang bertindak sebagai komandan pasukan menjadi pahlawan syahid pertama. Ummu AIman menerima berita kesyahidan sang suami dengan hati yang ridha dan sabar. Dia menggantungkan harapannya kepada Allah semata.
Ketika Rasulullah wafat, Ummu Aiman terdiam dengan kesedihan meliputi hatinya. Air mata membanjiri kedua matanya. Tergeraklah batinnya yang bersih, lalu memuji Nabi dengan syair yang indah:
Ain Judi karena air mata menyembuhkan
Maka perbanyaklah tangismu
Ketika mereka berkata, “Rasul telah tiada,”
Itulah musibah tiada tara
Tangisilah orang terbaik yang menjadi nikmat bagi kita di dunia
Orang yang diistimewakan dengan wahyu dari langit.”
…Tak hanya dikenal karena ketulusannya berbakti kepada Rasulullah, Ummu Aiman juga memiliki keluasan ilmu, keutamaan, dan kecerdasan…
Tak hanya dikenal karena ketulusannya berbakti kepada Rasulullah, Ummu Aiman juga memiliki keluasan ilmu, keutamaan, dan kecerdasan. Hal ini ditunjukkan oleh riwayat Muslim dari Anas, dia berkata bahwa setelah wafat Rasulullah, Abu Bakar berkata kepada Umar, “Ayo kita berangkat menuju Ummu Aiman untuk mengunjunginya sebagaimana Rasulullah SAW selalu mengujunginya.” Ketika tiba di rumahnya, keduanya mendapati Ummu Aiman sedang menangis. Abu Bakar bertanya, “Kenapa engkau menangis, segala apa yang dikehendaki Allah adalah yang terbaik bagi Rasulullah SAW?”
Dia menjawab, “Aku menangis bukan karena aku tidak tahu bahwa segala apa yang dikehendaki Allah adalah yang terbaik bagi Rasulullah SAW, akan tetapi aku menangis karena terputusnya wahyu dari langit.” Jawabannya ini menggoncangkan Abu Bakar dan Umar, dan membuat keduanya menangis bersamanya. Ummu Aiman pun berkontribusi dalam periwayatan hadits. Dia meriwayatkan 5 buah hadits dari Rasulullah. Di antara sahabat yang meriwayatkan hadits darinya adalah Anas bin Malik, Hanasy bin Abdullah Ash-Shan’ani, dan Abu Yazid Al-Madani.
Ummu Aiman wafat tak salam setelah Rasulullah wafat. Imam Adz-Dzahabi dan Ibnu Hajar Al-‘Asqalani mengatakan, “Dia meninggal dunia lima bulan setelah Nabi SAW wafat.” Semoga Allah ridha kepada Ummu Aiman dengan memberikan surga kepadanya. [ganna pryadha/voa-islam.com]
Referensi: Ahmad Khalil Jam’ah, Nisaa` min ‘Ashri An-Nubuwwah, Dar Thayyibah Al-Khadra`, Makkah.
____________________________________________________________________
Share this post:

Bookmark 
and Share

Surat Curahan Hati Adik Putri Munawwaroh

•Mei 15, 2010 • 1 Komentar
Mbakku Putri Munawwaroh tidak tau apa-apa, satupun tamu tidak dikenal dan tidak dilihat wajahnya, karena tamu mutlak urusan suaminya [Mas Adib Susilo]…
Putri Munawwaroh harus melihat suaminya meninggal dihadapanya sendiri coba anda bayangkan..
Dalam keadaan hamil yg masih membutuhkan perhatian seorang suami….
Juga harus terkena reruntuhan dikepala sampai berdarah-darah….
Dan juga ditembak DENSUS 88 2 kali Laknatullah ‘Alaih di bagian Paha dan sekitarnya…
INGAT kakakku adalah seorang wanita harus merasakan penderitaan dahsyat dalam satu malam dan sekarang di INTEROGASI di Brimob, JAUH dari Keluarga dan orang2 yg sayang dengan Mbakku…
Terus apakah Mbakku harus dipenjara….?
Haruskah mbakku berpisah dengan anak tercinta yg berusia 3 bulan….?
Dituduh menyembunyikan Teroris, tidakah cukup penderitaan yg dirasakan mbakku…?….?
Mohon sedianya untuk menerbitkan tulisan ini,,,
Jazzakumullah Khoiron Katsir
Dari : Samudin, Adik Putri Munawwaroh
[muslimdaily.net]
__________________________________________________________________
Share This Post:

Bookmark 
and Share

Makna Jihad ”Alladzina Jaahaduu Fiinaa”; Dakwah atau Perang?

•Mei 15, 2010 • 1 Komentar
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا
Dan orang-orang yang berjihad pada jalan Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami.” (QS. Al Ankabut: 69)
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam untuk Rasulullah, keluarganya, para sahabatnya, dan umatnya yang berpegang dengan sunnah-sunnahnya hingga akhir zaman.
Ibnul Qayim rahimahullah menyebutkan dalam kitabnya Zaadul Ma’ad begitu juga Ibnul hajar dalam Fathul Baari, macam-macam jihad. Mereka menyebutkan bahwa kata jihad mencakup jihad terhadap nafsu, syetan, orang fasik dan orang kafir.
Pertama, jihad melawan hawa nafsu. Terdiri dari empat tingkatan;
  • Menundukkan hawa nafsu untuk mempelajari petunjuk.
  • Menundukkannya untuk mengamalkan petunjuk setelah mengetahuinya.
  • Menundukkannya untuk mendakwahkan petunjuk. Jika tidak, maka ia termasuk orang yang menyembunyikan apa yang diturunkan Allah.
  • Menundukkannya untuk sabar menghadapi kesulitan dakwah dan menerima hal itu semua karena Allah.
Apabila seseorang mampu melaksanakan empat hal di atas, maka dia termasuk ke dalam golongan Rabbaniyyin. Karena para ulama salaf bahwa orang yang berilmu tidak bisa menjadi figur yang rabbani sampai ia mengerti kebenaran, mengamalkannya, dan mengajarkannya.
Kedua, jihad melawan syetan. Ini terdiri dari dua macam: 1) Menghilangkan syubuhat (keraguan) yang dihembuskan oleh syetan, dengan keyakinan. 2) Menghilangkan syahwat (kesenangan) yang dihembuskan oleh syetan, dengan bekal kesabaran.
Ketiga, jihad melawan orang kafir dan orang munafik. Terdiri dari empat tingkatan: Dengan hati, lisan, harta, dan jiwa.  Dan jihad melawan orang kafir lebih khusus dilakukan dengan tangan (kekuaan fisik). Sedangkan jihad melawan orang munafik lebih khusus dilakukan dengan lisan.
Keempat, jihad melawan pelaku kedzaliman, kemungkaran, dan bid’ah.  Terdiri dari tiga tingkatan: Dengan tangan, jika mampu. Namun bila tidak mampu, maka dengan lisan. Jika tidak mampu dengan lisan, baru  boleh dengan hati.
Jihad Bisa Bermakna Dakwah
Kata jihad yang bermakna dakwah adalah firman Allah Ta’ala:
فَلَا تُطِعِ الْكَافِرِينَ وَجَاهِدْهُمْ بِهِ جِهَادًا كَبِيرًا
Maka janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir, dan berjihadlah terhadap mereka dengan Al Qur’an dengan jihad yang besar.” (QS. Al Furqan: 52)
Dan kata jihad yang mencakup dakwah dan perang adalah firman Allah Ta’ala:
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ جَاهِدِ الْكُفَّارَ وَالْمُنَافِقِينَ وَاغْلُظْ عَلَيْهِمْ وَمَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ
Hai Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka ialah neraka Jahanam. Dan itulah tempat kembali yang seburuk-buruknya.” (QS. Al Taubah: 73)
Ibnu Qayyim dalam Zaadul Ma’ad berkata, “Allah Ta’ala menyuruhnya untuk berjihad sejak beliau diutus. Dan Allah berfirman, “(artinya): Dan andai kata Kami menghendaki, benar-benarlah Kami utus pada tiap-tiap negeri seorang yang memberi peringatan (rasul). Maka janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir, dan berjihadlah terhadap mereka dengan Al-Qur’an dengan jihad yang besar.” (QS. Al-Furqan: 51-52)
Surat ini adalah Makkiyah. Di dalamnya terdapat perintah jihad terhadap orang kafir dengan hujjah (argumentasi), keterangan, menyampaikan Al-Qur’an. Begitu juga jihad terhadap kaum munafikin, hanya dengan menyampaikan hujah, kecuali mereka berada di bawah kuasa umat Islam.
Allah Ta’ala berfirman: “(artinya) Hai Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka ialah neraka Jahanam. Dan itulah tempat kembali yang seburuk-buruknya.” (QS. Al Taubah: 73)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah mendakwahi orang-orang kafir dan memerangi mereka sebagaimana beliau menyeru kaum mukminin dan menyampaikan peringatan mereka. Semua itu termasuk petunjuk beliau shallallahu ‘alaihi wasallam yang wajib diikuti oleh seorang muslim. Terdapat keterangan yang pasti bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menawarkan Islam dan mengajak masuk Islam sebelum memerangi suatu kaum, sebagaimana yang telah dilakukan oleh Imam al-Haitsami dengan membuat bab dalam kitabnya al-Majma’. Lalu dia mencantumkan sebuah hadits dari Ibnu Abbas yang berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah memerangi suatu kaum sehingga beliau mendakwahi mereka.” Dan beliau berkata dalam takhrijnya, hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Ya’la, al-Thabrani dengan sanad-sanad dan rijal yang salah satunya perawi-perwinya shahih. Dan Syaikh al-Arnauth memastikannya sebagai hadits shahih.
Terdapat keterangan yang jelas juga bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan kepada pasukanya untuk mendakwahi orang-orang kafir sebelum memerangi mereka.
Imam Muslim meriwayatkan dari Buraidah, berkata: “Adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam apabila menunjuk seorang panglima perang beliau memberikan wasiat khusus agar bertakwa kepada Allah dan berbuat baik kepada kaum muslimin yang bersamanya. Kemudian beliau bersabda, ‘Berperanglah di jalan Allah dengan menyebut nama Allah, perangilah orang yang kufur kepada Allah. Berperanglah! dan jangan berbuat ghulul (mengambil rampasan perang sebelum dibagi), jangan melanggar janji, jangan melakukan mutilasi, dan jangan bunuh anak-anak. Jika engkau bertemu musuhmu dari kaum musyrikin, serulah ia kepada tiga hal. Mana yang mereka terima maka terimalah dari mereka dan tahan dirimu. Serulah masuk Islam, jika menerima seruanmu maka terimalah dari mereka dan jangan perangi. . .
Penafsiran Ulama Terhadap QS. Al-Ankabut: 69
Para ulama telah menjelaskan maksud QS. Al-Ankabut: 69 di atas dengan menerangkan macam-macam jihad. Sebagian mereka memaknakan dengan dakwah dan ibadah, sebagian yang lain dengan ilmu dan amal, ada juga yang memahaminya dengan perang. Pendapat-pendapat tadi tidak saling bertentangan, karena semuanya itu termasuk bagian jihad. Beriktu ini penjelasan para mufassirun berkaitan dengan ayat di atas:
Imam al Qurtubi dalam tafsir ayat ini berkata, “Dan orang-orang yang berjihad di jalan Kami,‘ maknanya adalah mereka memerangi orang kafir di jalan kami, maksudnya mencari ridla kami.”
Imam al-Sudi dan lainnya berkata, “Sesungguhnya ayat ini turun sebelum diwajibkan perang.
Ibnu ‘Athiyah berkata, “Ayat itu sebelum jihad yang sudah dikenal, sungguh dia adalah jihad umum dalam agama Allah dan mencari keridlaan-Nya.
Imam Al-Hasan bin Abil Hasan berkata, “Ayat ini tentang para ahli ibadah.” Ibnu ‘Abbas dan Ibrahim bin Adham berkata, “Dia itu berkaitan dengan orang-orang yang mengamalkan apa yang mereka ketahui.
Abu Sulaiman al Daarani berkata, “Jihad pada ayat tersebut bukan memerangi orang kafir saja, tetapi maksudnya menolong agama Allah, membantah para pengingkar, melawan orang dzalim, dan yang paling besar adalah menegakkan amar ma’ruf dan nahi munkar. Di antaranya juga menjihadi (menundukkan) jiwa untuk taat kepada Allah.
Sufyan bin Uyainah berkata kepada Ibnul Mubarak, “Apabila engkau melihat manusia pada berselisih, maka ikuti para mujahidin dan ahlu tsughur karena Allah Ta’ala berfirman, “Benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka.
Abdullah bin Abbas berkata, “Dan orang-orang yang berjihad (sungguh-sungguh) dalam ketaatan kepada kami, benar-benar akan Kami tunjuki mereka jalan meraih pahala Kami.
Berdasarkan seluruh pendapat tadi, berarti jihad dalam ayat ini mencakup ketaatan secara umum.
Jihad pada ayat tersebut bukan memerangi orang kafir saja, tetapi maksudnya menolong agama Allah, membantah para pengingkar, melawan orang dzalim, dan yang paling besar adalah menegakkan amar ma’ruf dan nahi munkar. Di antaranya juga menjihadi (menundukkan) jiwa untuk taat kepada Allah.
Abu Sulaiman al Daarani
- – - -
Imam al Baghawi dalam tafsirnya berkata, “‘Dan orang-orang yang berjihad (sungguh-sungguh) pada jalan kami‘, maknanya adalah memerangi kaum musyrikin untuk menolong agama Kami.”
Sufyan bin ‘Uyainah berkata, “Apabila manusia berselisih pendapat maka lihatlah pendapat ahlu tsughur (berada di medan jihad), karena Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Dan orang-orang yang berjihad di jalan Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami”.” Ada pendapat lain, “Al-Mujahadah adalah sabar di atas ketaatan.”
Al-Hasan berkata, “Jihad paling utama adalah menyelisihi hawa nafsu.” Fudhail bin ‘Iyadh berkata, “Dan orang-orang yang berjihad (sungguh-sungguh) untuk menuntut ilmu, pasti kami akan menunjuki mereka kepada jalan-jalan mengamalkannya.
Sahal bin Abdillah berkata, “Dan orang-orang yang berjihad (sungguh-sungguh) untuk menegakkan sunnah, pasti kami akan menunjuki mereka kepada jalan surga.” Dan diriwayatkan dari Ibnu Abbas: “Dan orang-orang yang berjihad (sungguh-sungguh) dalam ketaatan kepada kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan meraih pahala kami.
Ibnu Abi Hatim dalam tafsirnya berkata, “Ayahku telah menyampaikan kepadaku, Ahmad bin Abu al-Hawari menyampaikan pada kami, Abbas al-Hamdani Abu Ahmad dari penduduk Uka mengabarkan kepada kami tentang firman Allah Ta’ala: “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan Kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” berkata, “Orang-orang yang mengamalkan apa yang mereka ketahui, pasti Allah menunjuki mereka kepada apa yang tidak mereka ketahui.” Ahmad bin Abu al-Hawari berkata, “Aku menyampaikannya kepada Abu Sulaiman al-Daarani, dan beliau takjub dengannya.”
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan lagi dengan sanad dari Ashbagh, berkata: “Aku mendengar Abdul Rahman bin Zaid bin Aslam tentang firman Allah, “Dan orang-orang yang berjihad pada jalan Kami,” disampaikan kepada beliau, “Mereka berperang pada jalan kami.” Beliau menjawab, “Ya, benar.
Beliau meiwayatkan dengan sanad dari al-Rabi’ tentang firman Allah, “Dan orang-orang yang berjihad di jalan Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami” berkata, “Tidaklah ada di atas bumi seorang hamba yang taat kepada Rabb-Nya, berdakwah (menyeru) kepada-Nya dan melarang dari (bermaksiat) kepada-Nya kecuali dia benar-benar telah berjihad di jalan Allah.
Dari sini diketahui, tidak masalah untuk membawa makna dalil tentang jihad pada ayat di atas untuk menganjurkan dakwah, karena dakwah bagian dari jihad. Imam Nawawi dalam Syarah hadits Muslim:
لَا يُكْلَمُ أَحَدٌ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِمَنْ يُكْلَمُ فِي سَبِيلِهِ إِلَّا جَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَجُرْحُهُ يَثْعَبُ اللَّوْنُ لَوْنُ دَمٍ وَالرِّيحُ رِيحُ مِسْكٍ
Tidak ada seorangpun yang terluka di jalan Allah -dan Allah lebih tahu siapa yang benar-benar terluka di jalan-Nya (yakni yang jujur dan ikhlas di dalamnya)-, kecuali dia akan datang pada hari kiamat dalam keadaan lukanya mengalirkan darah; warnanya warna darah sedangkan aromanya aroma misik.
Imam Nawawi menukil perkataan ulama tentang penjelasan hadits di atas. Beliau berkata, Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, (Dan Allah lebih tahu siapa yang terluka di jalan-Nya) ini adalah peringatan untuk ikhlas dalam perang. Dan sesungguhnya pahala yang disebutkan di dalamnya hanya bagi orang yang ikhlas dan berperang supaya kalimat Allah yang paling tinggi. Mereka berkata, “Dan keutamaan ini, walau dzahirnya dalam hal memerangi orang kafir, masuk di dalamnya orang yang keluar fi sabilillah dalam memerangi para pemberontak, penyamun (perampok), dalam melaksanakan aktifitas amar ma’ruf dan nahi munkar, dan semisalnya.” Walahu a’lam.
Dari sini diketahui, tidak masalah untuk membawa makna dalil tentang jihad pada ayat di atas untuk menganjurkan dakwah, karena dakwah bagian dari jihad.
Imam al Bukhari menyebutkan dalam “Bab berjalan ke shalat Jum’at” sebuah hadits, “Siapa yang kedua kakinya terkena debu fi sabilillah, Allah akan mengharamkannya tersentuh api neraka.” Beliau juga menyebutkan bahwa para sahabat berdalil dengannya untuk hal itu. Beliau meriwayatkan hadits dari Abu Abbas, “Aku mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
مَنْ اغْبَرَّتْ قَدَمَاهُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ حَرَّمَهُ اللَّهُ عَلَى النَّارِ
Barangsiapa berdebu kedua kakinya di jalan Allah, maka Allah mengharamkannya masuk neraka.” (HR. Al Bukhari)
Ibnul Hajar dalam Fathul Baari berkata, “Beliau menyebutkannya di sini karena umumnya sabda Nabi “fi sabilillah”, dan ibadah Jum’at masuk di dalamnya dan karena perawi hadits bersandar dengannya untuk masalah itu.” Beliau juga menyebutkannya dalam bab Jihad dan merujuk perkataan Ibnul Qayyim dalam Zaadul Ma’ad tentang macam-macam jihad.” Wallahu a’lam…
Oleh: Badrul Tamam
(PurWD/voa-islam.com)
Share this post
__________________________________________________________________________
Share This Post:

Bookmark 
and Share

Ustadz Abu Bakar : Ini Penculikan, Mereka Bukan DPO!

•Mei 7, 2010 • Tinggalkan sebuah Komentar
SOLO – Polisi menangkap lagi 12 orang yang diduga pelaku terorisme. Dalam jumpa persnya, Jumat (07/05/2010), Mabes Polri membenarkan informasi mengenai adanya tindakan penangkapan terhadap sejumlah orang yang diduga merupakan kelompok teroris.
“Tujuh orang ditangkap di Pasar Minggu, satu di sebuah hotel di Menteng, satu orang ditangkap di Petamburan, dan tiga orang ditangkap di Setu, Bekasi,” kata Kadiv Humas Polri Irjen Pol Edward Aritonang.
Berkenaan dengan hal tersebut, Jama’ah Anshorut Tauhid (JAT) merasa gerah, karena tempat penangkapan tujuh orang di Pasar Minggu tersebut merupakan Kantor Jama’ah Anshorut Tauhid wilayah Jakarta.
Pengurus pusat JAT di Solo mengadakan jumpa pers pada Jumat (07/05/2010)  pukul 13:30 WIB atas penggerebegan yang dilakukan Polisi di Kantor JAT.
Ustadz Abu Bakar Ba’asyir mengatakan dengan nada tinggi, “Ini namanya penculikan.” Hal ini didasarkannya dengan tidak adanya DPO di tempat tersebut, penangkapan tidak disertai surat penangkapan, dan memasuki Kantor JAT secara paksa bahkan menyegel dan menggemboknya.
“Saat ini Polri telah ditimpakan azab oleh Allah subhanahu wa ta’ala, yaitu dengan adanya kekisruhan di intern tubuh kepolisian,” katanya.
“Lalu dengan adanya penculikan-penculikan ini, berarti Polri telah memusuhi Umat Islam, dan semoga Allah menimpakan azab yang lebih lagi,” tambahnya.
Isi Pers Release selengkapnya :
Terkait dengan penangkapan 7 pria di Pasar Minggu Jakarta Selatan pada hari Kamis 6 Mei 2010, Kami atas nama Pengurus Pusat Jamaah Anshorut Tauhid memberikan keterangan sebagai berikut :
I. Tempat tinggal yang beralamat tersebut adalah resmi Markas Wilayah JAT Jakarta.
II. Kami menyampaikan bahwa ada 5 orang hilang ketika penangkapan tersebut. Ke-5 orang tersebut adalah :
1. Sholeh warga Garut, sebagai penjaga rumah.
2. Andriansyah warga Jakarta, sebagai staf kantor.
3. Agus warga Jakarta, tamu
4. Yanto Fadhilah, sebagai Staf Bagian Dakwah JAT Jakarta
5. Mahali warga Ciamis, tamu yang menginap di salah satu ruang kantor untuk menyelesaikan kuliahnya di Jakarta .
III. Pengurus Wilayah JAT Jakarta telah bersosialisasi baik dengan warga lebih dari 1 tahun dan tidak ada keberatan dari penduduk setempat. Kami mengembangkan dakwah dan pendidikan di sana.
IV. JAT tidak melibatkan diri dengan kegiatan yang terindikasi sebagai tindak terorisme baik langsung atupun tidak langsung .
Menanggapi hal ini JAT menilai bahwa :
1. Penangkapan yang diduga dilakukan oleh Institusi Polri ini telah melanggar hukum, karena :
a. Mereka bukan DPO, mereka tidak pula tersangkut masalah hukum lainnya.
b. Penangkapan tidak disertai surat penangkapan.
c. Mereka memasuki Markas secara paksa bahkan menyegel dan mengembok Markas.
2. Mestinya Polri mengedepankan asas praduga tak bersalah untuk menegakkan hukum.
3. Polri telah melakukan Diskriminasi terhadap sebagian kasus yang menyangkut umat Islam terlebih kasus Terorisme. Hal ini sungguh berbeda jika menangani kasus besar lainnya seperti kasus Korupsi, Narkoba, Judi yang sangat lamban.
4. JAT akan menempuh jalur hukum yang tersedia.
Untuk itu JAT meminta kepada pihak Kapolri untuk segera :
  1. Membebaskan secepatnya tanpa syarat kepada Pengurus JAT Wilayah Jakarta atau tamu kami yang telah ditangkap.
  2. Memberi jaminan rasa aman kepada mereka untuk  tidak diperlakukan secara semena-mena.
  3. Berkaitan dengan penyegelan dan penggembokkan kantor JAT Jakarta maka kami memberikan waktu 2 x 24 jam agar siapapun yang melakukan hal tersebut untuk membuka segel dan gembok kantor agar kantor bisa berjalan sebagaimana biasa.
[muslimdaily.net]
__________________________________________________________
Share This Post:

Bookmark 
and Share

Nasihat Terbaru Dari DPO Abdullah Sunata Kepada Ikhwan Mujahidin

•Mei 3, 2010 • 8 Komentar
NASEHAT DARI SEORANG DPO …………………
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته.
إن الحمد لله نحمده ونستعينه ونستهديه ، ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا،  من يهده الله فلا مضل له ، ومن يُضلل فلا هادي له.
وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له ، وأشهد أن محمداً عبده ورسوله.
أما بعد: فإن أصدق الحديث كتابُ الله ، وخيرَ الهدي هديُ محمد صلى الله عليه و سلم ، وشرَّ الأمور محدثاتها ، وكل محدثةٍ بدعة ، وكل بدعة ضلالة ، وكل ضلالة في النار.
Alhamdulillah segala puji hanya bagi Allah  yang telah  memberikan kepada kita semua berbagai nikmat dan karunia, yang terbesar dan terutama adalah nikmat iman, Islam dan taqwa serta hidayah di atas jalan jihad fii sabiilillah, karena dengan nikmat-nikmat inilah Allah muliakan kaum muslimin dan menghinakan orang-orang kafir, Allah  muliakan para wali Nya dan Allah  rendahkan musuh-musuh Nya, maka beruntunglah bagi mereka yang teguh berada diatas jalan ini dan binasalah bagi mereka yang meninggalkannya.
Sholawat dan salam selalu tercurahkan kepada uswah kita, baginda Rosulullah Imam orang-orang bertaqwa dan komandan para mujahidin, yang telah menunaikan amanah dan menyampaikan risalah. Kita sadar bahwa kita adalah tentara-tentaranya yang siap mengemban risalahnya, walau waktu kita habis, harta kita terkuras dan nyawa kita hilang dari raga, demi meneruskan perjuangannya. Semoga kita semua mendapatkan syafa’atnya kelak di hari akhir, juga keluarga beliau    dan seluruh para sahabat dan umatnya sampai akhir zaman.
Ikhwanunaal mujahidiin Rohimakumullah……Ini adalah risalah nasehat dari ana hamba Allah  yang lemah untuk antum semua para aktifis dan mujahidin khususnya, dan untuk kaum muslimin umumnya. Ana bukanlah orang yang alim dan terbaik dari antum semua, tetapi risalah ini ana buat dalam pelarian DPO sebagai bentuk tanashuh dan tadzkiroh bagi kita semua. Semoga kita bisa mengambil ibroh dari risalah ini, yang benar datangnya dari Allah dan yang salah datang dari ana sebagai hamba Nya yang lemah dan penuh khilaf,ana memohon ampun kepada Allah dari semua salah  dan dosa.
Allah  berfirman :
Artinya :  “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al ‘Ashr; 1-3).
Bersabda Nabi   :
اَلدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ. قُلْنَا : ِلمَنْ ؟ قَالَ : ِللهِ, وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُولِهِ وِلأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِيْنَ وَعَامَّتِهِمْ
Artinya : “Dien itu Nasehat. Kami bertanya: Bagi siapa? Beliau bersabda: “Bagi Allah, Kitabnya, Rosul-Nya, para pemimpin kaum muslimin, dan bagi kaum muslimin pada umumnya”. (HR. Bukhori Muslim).
Ikhwan Fillah Rohimakumullah…..
Allah telah memerintahkan kepada kita untuk selalu bertaqwa kepada Nya dan mati di atas taqwa ini
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam Keadaan beragama Islam.” (Qs, Ali Imron; 102).
Allah juga telah memerintahkan kita untuk meraih taqwa ini dengan jalan Jihad fii Sabiilillah, sebagaimana firman Nya :
Artinya ; “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan menuju taqwa kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan.” (Qs, Al Maidah;35).
Ikhwaanunaal mujaahidiin Rohimakumullah……………..
Setelah peristiwa ‘amaliyah istisyhadiyah WTC yang penuh berkah maka dunia saat ini terbagi menjadi dua kelompok, pertama mereka yang ikut dan mendukung kebijakan amerika dan kedua adalah mereka yang disebut teroris (baca:mujahidin) oleh amerika, hal ini sebagaimana ditegaskan oleh george war bush 6 hari pasca peristiwa WTC, ini adalah cruisade (perang salib), dan dengan congkak dia mengatakan pula, ikut kami atau mereka para teroris (baca:mujahidin)!!?
Artinya ; “…Sungguh telah nyata kebencian pada mulut-mulut mereka dan permusuhan yang tersembunyi didalam dada mereka jauh lebih besar…” ( Qs, Ali Imron; 118)

Mantan perdana menteri Israel Ariel Sharon La’natullahi ‘alaihi pernah ditanya oleh wartawan tentang batas wilayah negara Israel, maka dengan sombong dia menjawab bahwa batas wilayah negaranya adalah sepanjang kaki-kaki militernya mampu mencengkramkan kuku-kukunya. Dia berani ucapkan ini karena salah satu.keyakinan orang-orang yahudi yang bersumber dari kitab mereka (Talmud) adalah bahwa batas wilayah negara Israel raya adalah terbentang dari semenjak aliran sungai Nil di Mesir sampai sungai Eufrat di Irak, hampir seluruh timur tengah mereka klaim sebagai wilayah mereka, bukan hanya Palestina. Maka segala upaya mereka lakukan, bekerjasama dengan amerika untuk merealisasikan terwujudnya Negara Israel raya ini. Jadi pepesan kosong saja bicara perjanjian damai dan gencatan senjata, karena yang ada dalam benak mereka adalah perang dalam rangka mewujudkan “misi suci” berdirinya negara Israel raya.
Artinya : “…mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup…” ( Qs, Al Baqoroh; 217).
Ikhwan Fillah Rohimakumullah…….Inilah realita dunia yang terjadi sekarang ini perang antara mujahidin dengan amerika dan antek-antek boneka sekutunya, maka masuk dalam barisan manakah antum semuanya?
Artinya : “ Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah, dan orang-orang yang kafir berperang di jalan thaghut, sebab itu perangilah kawan-kawan syaitan itu, karena Sesungguhnya tipu daya syaitan itu adalah lemah.” (Qs, An Nisaa’;76).
Oleh karena itu  ikhwan sekalian marilah kuatkan azam kita, teguhkan prinsip kita, satukan barisan kita, jangan sampai kita lemah menghadapi musuh-musuh Allah,  jangan sampai dunia mematikan hati kita dan memalingkan kita dari jalan jihad ini, sehingga menjadi hina diri kita. Ketahuilah ikhwah sekalian… Materi keduniaan dan kemewahan (apalagi fasilitas dari thoghut) adalah perkara yang mematikan hati, melemahkan mental mujahidin, sehingga mereka lemah dalam menghadapi tipu daya musuh, takut menghadapi ujian di jalan ini dan meninggalkan jihad fii Sabiilillah. Bahkan ada yang berbalik menjadi penggembos jihad dan para mujahidin, melemahkan kaum muslimin serta menjadi penolong musuh-musuh Allah.  Telah bersabda Rosulullah   :
إذا تبايعتم بالعينة وأمسكتم بأذناب البقراني, ورضيتم بالزرع,  وتركتم الجهاد سلط الله عليكم ذلا لا ينزعه حتى تراجعوا دينكم
Artinya : “Apabila kalian telah berjual beli dengan cara ‘inah (riba), kalian telah memegangi ekor-ekor sapi dan kalian senang dengan perkebunan dan kalian meninggalkan jihad niscaya Alloh akan menimpakan kehinaan kepada kalian yang mana kehinaan itu tidak akan dicabut dari kalian sampai kalian kembali kepada Agama kalian.” ( HR. Abu Daud. Shohih Al Jami’ Ash Shoghir, no. 324)        .

Ketahuilah ikhwah sekalian….. jika antum sibuk dalam bisnis dan perniagaan, begitu pula hanya sibuk dalam kegiatan dakwah dan tarbiyah saja, tidak pernah terjun lagi dalam medan jihad, tidak lagi mengamalkan ilmu askari, tidak lagi I’dad dan tidak pernah lagi memikirkan bagaimana cara menghancurkan musuh-musuh Allah, semua hal ini lah yang menyebabkan hati kita mati, mental kita lemah dan menjadi pengecut, takut menghadapi musuh-musuh Allah dan konsekwensi lainnya ketika kita istiqomah di atas jalan jihad ini. Hal ini sebagaimana disebutkan oleh Syekh Abdullah Azzam dalam risalah nasehat beliau kepada para aktifis dakwah : “Tiada nilainya kalian kecuali jika kalian memanggul senjata kalian, untuk membabat para  thoghut dan orang-orang kafir. Sesungguhnya orang-orang yang mengira bahwa Islam ini bisa menang tanpa jihad dan perang, tanpa pertumpahan darah dan serpihan-serpihan daging mereka, sebenarnya mereka itu dalam kekaburan dan tidak memahami tabiat dari Diin Islam ini, sesungguhnya wibawa para juru dakwah, kekuatan dakwah dan kejayaan kaum muslimin itu tidak bakal terwujud tanpa perang”.  Bersabda Rosulullah :                                                                            
وَلَيَنْزِعَنَّ اللهُ مِنْ قُلُوبِ أَعْدَاءِكُمُ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ وَلَيَقْذِفَنَّ اللهُ فِي قُلُوبِكُمُ الْوَهْنَ قَالُوا وَمَا الْوَهْنُ يَا رَسُولَ اللهِ ؟ قَالَ : حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ. وَفِي رِوَايَةٍ كَرَاهِيَةُ الْقِتَالِ
Artinya :…“ Dan benar-benar Alloh akan mencabut rasa takut dari musuh-musuh kalian, dan melemparkan penyakit wahn ke dalam hati kalian !” Para shahabat bertanya : “Apakah penyakit wahn itu ya Rosul Alloh!” Beliau menjawab : “ Cinta dunia dan benci dengan kematian “.       Dalam riwayat lain, “ …benci dengan peperangan. “ (HR, Abu Daud dan Ahmad dari shahabat Tsauban ).
Allah berfirman :
فَقَاتِلْ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ لاَ تُكَلَّفُ إِلاَّ نَفْسَكَ وَحَرِّضِ الْمُؤْمِنِيْنَ عَسَى اللهُ أَنْ يَكُفَّ بَأْسَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا وَاللهُ أَشَدُّ بَأْسًا وَاَشَدُّ تَنْكِيْلاً
Artinya : “ Maka berperanglah kamu pada jalan Alloh, tidaklah kamu dibebani melainkan dengan kewajiban kamu sendiri. Kobarkanlah semangat para mukmin (untuk berperang). Mudah-mudahan Alloh menolak serangan orang-orang yang kafir itu. Alloh amat besar kekuatan dan amat keras siksaan(Nya) “. (QS. An Nisa’ :84).
Dalam redaksi yang lain syekh Abdullah Azzam  mengatakan :
“ Wahai kalian, orang-orang yang telah bergelut di medan da’wah, wahai kalian yang telah menetapi ambisi yang agung, janganlah kalian merasa ragu untuk mempersembahkan darah kalian demi Dien ini. Jika kalian benar dan tulus, maka persembahkanlah darah dan jiwa kalian kepada Allah Rabbul ‘alamin yang telah mengamanatkannya kepada kalian dan kemudian membelinya dari kalian” :
Artinya : “Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh”. (Qs. At-Taubah : 111).
Ibnu Katsir telah menyebutkan dalam tafsirnya bahwa ini adalah ayat bai’at antara orang-orang beriman kepada Allah, bai’at mati untuk berperang di jalan Allah. Inilah janji kita kepada Allah.
Komandan Abu Mush’ab Al Zarqowi pernah menasehati kita, sebagaimana disebutkan dalam risalah nasehat beliau kepada para da’i dan pemuda Islam :
“ Wahai ulama umat, wahai para dai, wahai para pemuda Islam…

Bertakwalah kalian kepada Allah, bertakwalah kalian semua kepada Allah dan kejarlah apa yang selama ini hilang dari kalian; sungguh, jaminan keselamatan itu hanya ada pada pedang…
Lihatlah, musuh-musuh syariat Islam ada di tengah-tengah kalian, maka seranglah mereka. Dan berikanlah bantuan kalian kepada ikhwan-ikhwan kalian dengan memberikan semahal dan seberharga mungkin dari apa yang kalian miliki, sebelum sejarah nanti menggunjing kalian. Ya, sebelum sejarah menggunjing kalian, sebelum ‘pasar’ ini berlalu, dan orang yang beruntung akan pergi membawa keberuntungan sedangkan yang merugi akan merugi.”
Berkata seorang penyair :

إِذَا كَانَتِ النُّفُوسُ كِبَارًا

تَعِبَتْ مِنْ مُرَادِهَا اْلأَجْسَامِ
Jika memang jiwa itu  besar
Tentu badan itu akan bersusah payahlah untuk memenuhi cita-citanya
كَيْفَ الْقَرَارُ وَكَيْفَ يَهْدَأُ مُسْلِمٌ
وَالْمُسْلِمَاتُ مَعَ الْعَدُوِّ الْمُعْتَدِي
Bagaimana tetap tinggal diam, dan bagaimana seorang muslim bisa tenang …
kaum muslimat sedang bersama musuh yang kejam
Semoga Allah  merahmati orang yang telah mengucapkan kalimat berikut :
“ Wahai orang yang ingin meminang bidadari surga tetapi tidak memiliki ‘sepeser’ pun semangat, jangan Anda bermimpi, jangan Anda bermimpi! Telah sirna manisnya masa muda dan yang tersisa tinggallah pahitnya penyesalan. “
Ketahuilah ikhwan sekalian, begitu banyak sekarang ini para aktifis, bahkan sebagian mereka pernah berjihad diberbagai bumi Jihad, gelar “alumni” sudah mereka raih, tetapi karena mereka disibukkan dengan perniagaan, dakwah dan tarbiyah saja, lalu mereka meninggalkan Jihad fii Sabiilillah. Bahkan banyak yang lalu terjatuh dalam perbuatan dosa dan maksiat lainnya, dengan mengatas namakan tahdzir lalu mereka sibuk menggunjing saudaranya sesama muslim, ghibah, fitnah, menuduh si A jasus, mengatakan si B sudah keluar dari jama’ah maka harus dijauhkan, jihadnya si fulan terburu-buru, tanpa ilmu cuma semangat saja, dan berbagai ungkapan-ungkapan negatif lainnya. Ini menimpa para alumni, bahkan ada diantaranya yang sadar atau tidak sadar telah menjadi Bani Abas ( anak buah Nasir Abas), lalu bagaimana gerangan dengan mereka yang belum pernah berjihad, terutama dari kalangan Irja’(salafi), juga mereka yang beraqidah demokrasi dan semisalnya seperti Sabili group yang “pandai” bicara, mungkin mereka belum pernah ke bumi Jihad dan ke front memanggul senjata, menembak orang-orang kafir, kemudian mereka banyak omong mendiskreditkan para mujahidin dan amal jihad yang mereka lakukan serta mentahdzir mereka…!!
Ya akhi…mereka telah beramal, telah berusaha berjihad melawan amerika dan antek-anteknya para thoghut dan murtadin, mereka telah berupaya. Bagaimana dengan kita, apa yang telah kita perbuat?? Yang katanya alim dan lebih berilmu kemudian kita banyak bicara, padahal banyak diantara kita yang tidak tahu dengan peristiwa sebenarnya (seperti peristiwa Jihad Aceh dan tandzhim al Qoidah Aceh), tapi mereka pandai menilai. Ini kemaksiatan akhi, yang menyebabkan hati kita mati dan mental kita lemah. Ya akhi, mereka sudah tunjukan dengan amal mereka tidak dengan banyak bicara saja….
Artinya : Dan Katakanlah: “Beramallah kalian, Maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat amal perbuatan kalian itu, dan kalian akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kalian apa yang telah kalian kerjakan.” (Qs. At Taubah ; 105).
Terhadap orang-orang munafik yang tidak mau berjihad bahkan menggembosi dan mengejek kaum muslimin  yang berjihad, Allah menjelaskan bahwa pembuktian kebenaran iman mereka dengan amal, kalau memang mereka benar imannya, buktikan dengan amal!! Amal apa?? Tidak lain, Jihad fii Sabiililah amal yang paling dibenci para munafiqin, sebagaimana firman Nya dalam gugusan ayat-ayat suroh at Taubah yang menjelaskan tentang prilaku orang-orang munafiq:
Artinya :  Mereka (orang-orang munafik) mengemukakan ‘uzurnya kepadamu, apabila kamu telah kembali kepada mereka (dari medan perang). Katakanlah: “Janganlah kamu mengemukakan ‘uzur; Kami tidak percaya lagi kepadamu, (karena) Sesungguhnya Allah telah memberitahukan kepada Kami beritamu yang sebenarnya. dan Allah serta Rasul-Nya akan melihat amalmu, kemudian kamu dikembalikan kepada yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” ( Qs. At Taubah; 94).
Ikhwah Fillah yang ana cintai….. Kejarlah kematian, niscaya kalian akan dikaruniai kehidupan. Janganlah kalian terpedaya oleh angan-angan duniawi, dan janganlah tertipu oleh apapun dan siapapun dalam mentaati Alloh. Janganlah kalian tertipu dengan berita dan opini yang ada, janganlah kalian terbuai dengan fasilitas dan kemewahan, dan janganlah kalian terbuai hanya terpaku dengan tashfiyah dan tarbiyah saja. Memang, seorang mujahid tidak boleh dan tidak pernah meremehkan perkara dakwah dan tarbiyah, tetapi ingatlah kesibukan kalian hanya dalam masalah ini saja dan dalam urusan-urusan lain yang membuai hati, jangan sampai melupakan kalian dari masalah-masalah yang besar dan agung serta kewajiban yang lebih utama dalam meninggikan kalimat Allah.
وتودون أن غير ذات الشوكة تكون لكم…
“..…dan kalian hanyalah menginginkan bahwa yang tanpa senjatalah yang akan kalian hadapi…..” (QS. Al Anfal; 7).
Tidak mungkin ya Akhi…..Sekarang orang-orang kafir telah mengarahkan senjatanya terhadap kaum muslimin, diberbagai tempat kaum muslimin diperangi, kehormatan mereka dinodai dan syariat Islam mereka cabut sampai ke akar-akarnya, bahkan dinegeri yang mayoritas muslim pun tidak ada lagi syari’at Islam yang memayungi mereka, yang ada hukum thoghut buatan manusia. Inilah peperangan yang sebenarnya, karena Islam, mereka memerangi bukan karena Usamah bin Laden sebagai Qo’id terdepan dalam perang secara langsung terhadap amerika dan antek-anteknya, bukan pula karena Al Qoidah, Tholiban dan yang lainnya, tetapi karena Islam, mereka memerangi Islam, mereka tidak ingin Islam dan kaum muslimin kembali jaya.

Artinya : “ Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan pernah senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah Itulah petunjuk (yang benar)”. dan Sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, Maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.” ( QS. Al Baqoroh; 120).
Artinya : “ Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji,” (QS. Al Buruj; 8).
Artinya : “…dan hendaklah mereka bersiap siaga dan menyandang senjata. orang-orang kafir ingin supaya kamu lengah terhadap senjatamu dan logistikmu, lalu mereka menyerbu kamu dengan sekaligus. (QS. An Nisaa’;102).
Ikhwah Fillah rohimanii wa Rohimakumullah…..Sesungguhnya mencari-cari alasan untuk tidak berangkat berjihad dengan alasan yang bermacam-macam itu akan mengotori jiwa. Karena merelakan diri untuk tidak berperang fii sabilillah merupakan sendau gurau dan main-main bahkan mempermainkan diin (agama) Alloh, Sesungguhnya mencari-cari alasan dengan angan-angan duniawi tanpa melakukan i’daad (mempersiapkan kekuatan) adalah kondisi jiwa yang kerdil yang tidak mempunyai semangat untuk mencapai puncak gunung. Ingatkah antum akan nasehat Abdullah bin Mubarok  kepada shahabatnya Fudhail bin ‘Iyadh :

يَاعَابِدَ الْحَرَمَيْنِ لَوْ أَبْصَرْتَنَا

لَعَلِمْتَ أَنَّكَ بِالْعِبَادَةِ تَلْعَبُ
مَنْ كَانَ يَخْضِبُ خَدَّهُ بِدُمُوعِهِ
فَنُحُورُنَا بِدِمَائِنَا تَتَخَضَّبُ
Wahai orang yang beribadah di dua masjid harom, seandainya engkau melihat kami …
Tentu  engkau akan mengerti bahwa engkau dalam beribadah itu hanya bermain-main …
Kalau orang pipinya berlinangan air mata …
Maka sesungguhnya leher kami berlumuran dengan darah …
Ikhwah Fillah…..Inilah pendapat seorang yang ahli fiqih, ahli hadits dan sekaligus mujahid (yaitu ‘Abdulloh bin Mubaarok )  tentang orang yang duduk-duduk bersanding dengan Masjidil Harom, beribadah di dalamnya, sedang pada saat yang sama kesucian Islam dilecehkan, darah kaum muslimin ditumpahkan, para wali Nya diperangi dan dipenjara, kehormatan mereka diinjak-injak dan dihinakan serta Diin (agama) Alloh dicabut sampai akar-akarnya! beliau berpendapat,  “…. itu adalah bermain-main dengan Diin (Agama) Alloh …. “.
Ya Akhi…..jangan antum merasa cukup karena pernah berjihad di Afghonistan, Moro, Ambon, Poso dan tempat lainnya, jangan antum merasa cukup karena sudah bergelar alumni, kemudian sekarang antum diam dan mundur ke belakang. Ketahuilah, kewajiban Jihad ini terbebani sampai kita mati, berdosa kita meninggalkannya, selama masih ada kesyirikan dan kekafiran maka wajib bagi kita untuk berjihad sampai diin ini semata-mata untuk Allah.
Artinya : “Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-mata untuk Allah.” (QS, Al Anfal; 39).
Al Qurthubi menyebutkan dalam tafsirnya 2/253, dari Ibnu Abbas dan As Suddi  bahwa yang dimaksud dengan fitnah dalam ayat ini adalah kemusyrikan dan kekafiran. ( disebutkan pula dalam Misbahul Munir, Mukhtashor Tafsir Ibnu Katsir).
Kepada para ikhwan mujahidin Hafidzokumullah, yang sudah bebas dari penjara thoghut………….
Bagaimana kabar antum sekalian wahai para ikhwah mujahidin yang sudah keluar dari penjara thoghut? Semoga antum semua dalam kebaikan dan keistiqomahan. Sebagaimana firman Allah:
Artinya : “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” Kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, Maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang Telah dijanjikan Allah kepadamu”. (QS. Fushshilat: 31).
Dalam menerangkan ayat ini Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata tentang istiqomah:
اِسْتَقَامُوا عَلىَ مَحَبَّةِ اللهِ وَعَلَى عِبَادَتِهِ وَلاَ يَلْتَفِتُوا مِنْهُ يَمِيْنَةً وَلاَ يَسْرَةً
Teguh (tegar) diatas kecintaan kepada Allah dan diatas ibadah kepada-Nya, dan tidak menoleh (berpaling) ke kanan dan ke kiri”.
Itulah hakikat Istiqomah yang benar. Semoga kita semua tetap istiqomah di jalan fie sabilillah ini walau pun kita sudah dipenjara dan mengalami berbagai macam siksaan dari thoghut. Penjara bukanlah pengakhir dari ibadah kita fie sabillah, akan tetapi penjara adalah titik tolak awal untuk melangkah lagi dalam perjalanan fie sabilillah demi menggapai salah satu dari dua kebaikan “Kemenangan atau Kesyahidan”. Karena dengan inilah Allah akan mengetahui orang-orang yang benar dan dusta imannya. Sebagaimana firman Allah:


Artinya : “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami Telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan Sesungguhnya kami Telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, Maka Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan Sesungguhnya dia mengetahui orang-orang yang dusta”. (QS. Al Angkabut: 2-3)
Dan Allah berfirman:
Artinya : “Apakah kalian mengira bahwa kalian akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antara kalian dan belum nyata orang-orang yang sabar”. (QS. Ali Imron: 142).
Dan Allah berfirman :
Artinya : “ Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, Padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Kapankah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, Sesungguhnya pertolongan Allah itu Amat dekat.” (QS. Al Baqoroh; 214).
Maka jika kita berhenti dari jalan fii Sabilillah ini setelah keluar dari penjara, maka ini sama saja kita telah berhenti untuk berjalan menuju Jannah. Bukankah begitu akhi?
Ikhwah fillah yang ana cintai …
Kita pernah sama-sama merasakan pahitnya hidup dibawah cengkraman thoghut, kita telah sama-sama merasakan sakitnya disiksa oleh thoghut, dan kita telah sama-sama mengalami suasana tegang saat diinterogasi thoghut, kita pernah sama-sama mengalami pengapnya dan sempitnya hidup di dalam sel terali besi thoghut. Bahkan sampai sekarangpun masih banyak ikhwan-ikhwan kita yang masih di uji dengan penjara ini. Kita telah sama-sama merasakan perasaan tertekan, takut dan bahkan hampir-hampir murtad dari Dien ini lantaran menghadapi ujian ini. Memang … ana pun merasakan ujian ini cukuplah berat dan sakit. Yang terkadang menjadikan hati kita lemah dan loyo. Belum lagi dengan keluarga yang kita tinggalkan, semakin besar ujian ini. Setelah keluar dari penjarapun kita dapati ujian lainnya; masalah ekonomi, dijauhi ikhwan-ikhwan yang lain, dianggap sudah kotor dan tidak bisa dipercaya lagi serta ujian-ujian lainnya. Tapi akhi, haruskah kita berhenti dari jalan ini??! Dan riil memang ada diantara para ikhwan setelah keluar dari penjara lalu jadi antho (anshor thoghut) dan Bani Abas (anak buah Nasir Abas). Haruskah seperti mereka akhi??! Haruskah kita berhenti dari jalan Jihad fii Sabiilillah?? Tidak akhi, istiqomahlah! Telah panjang perjalanan yang kita sudah lalui, telah banyak amal yang telah kita kerjakan. Masih ingatkah antum ketika kita amaliyah bersama di front jihad Ambon, di Poso dan tempat lainnya? Masih ingatkah antum ketika kita terombang-ambing dilautan dan kelelahan melintasi pegunungan dalam rangka menyongsong kematian? Masih ingatkah antum ketika kita bersama mengatur strategi untuk menghancurkan markas obet dan sundalaw? Jujur akhi, ana menangis ketika menulis ini teringat memori masa lalu kita dibumi Jihad. Telah panjang perjalanan yang kita sudah tempuh, begitu indah cerita Jihad kita ini. Istiqomahlah akhi! Jangan sampai kita berhenti dari jalan ini dan kembali ke belakang, jangan sampai amal kita habis terhapus karena faktor materi duniawi, jangan sampai aqidah kita tergadaikan, jangan sampai tauhid kita rusak akhi!
Artinya : Dan Sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. “Jika kamu berbuat syirk (rusak tauhidnya-pen), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu Termasuk orang-orang yang merugi.” ( QS. Az Zummar; 65).
Di Cipinang dulu, dalam kajian via hp, Ust.Mukhlash pernah menasehati dengan menyitir kesimpulan yang diambil dari nasehat Syeikh Al Maqdisi hafidzohullah: “Orang yang dipenjara itu akan terbentuk menjadi tiga kelompok:
Pertama: Orang yang tetap istiqomah dan semakin kuat imannya dengan ujian ini. Dan ia akan melanjutkan jihad fie sabilillah setelah ia bebas nanti
Kedua: Orang yang futur (loyo/patah semangat) untuk berjihad kembali. Karena takut ujian ini menimpanya kembali
Ketiga: Orang yang murtad karena menjadi Anshorut Thoghut (Antek-antek Thoghut) dan berbalik memusuhi jihad dan mujahidin.
Wallahu a’lam bish showab kita termasuk dalam kelompok yang mana? Yang mengetahui jawabannya adalah kita sendiri setelah Allah. Bukankah begitu akhi? Semoga kita semua termasuk dalam golongan yang pertama. Amin Ya Robbal’alamin.
Ikhwan Fillah Rohimakumullah……
Abu Bakar Ash Shiddiq pernah menasehati :
اُطْلُبُوا الْمَوْتَ تُوْهَبْ لَكَ الْحَيَاةُ
“Carilah kematian! niscaya akan engkau dapatkan kehidupan”.
Kematian adalah sesuatu yang pasti datangnya, kita tidak tahu kapan kematian datang menghampiri kita, setiap saat maut mengintai. Oleh karena itu persiapkanlah bekal, jangan sampai ketika kematian datang kita dalam keadaan bermaksiat kepada Allah, Na’udzu Billah min dzalika. Bukan kematian yang kita takuti, tetapi kita takut mati dalam keadaan ingkar kepada Allah dan Rosul Nya, dalam keadaan rusak aqidahnya dan meninggalkan Jihad fii Sabiililah serta menggembosi Jihad dan mujahidiin. Kalau seperti ini adalah mati su’ul khotimah, hati-hati akhi jangan sampai kita termasuk di dalamnya. Kita berharap mati dengan Husnul khotimah, mati sebagai syahid sehingga insya Allah kita bisa meraih apa yang telah Allah dan Rosul Nya janjikan. Allah  berfirman :
Artinya : “Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezki. Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. Mereka bergirang hati dengan nikmat dan karunia yang yang besar dari Allah, dan bahwa Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang beriman”. (QS. Ali Imron : 169-171).
Telah bersabda Rosulullah :
إِنَّ لِلشَّهِيْدِ عِنْدَ اللهِ سِتَّ خِصَالٍ : أَنْ يَغْفِرَ لَهُ فِي أَوَّلِ دَفْعَةٍ مِنْ دَمِّهِ, وَيُرَى مَقْعَدَهُ مِنَ الْجَنَّةِ, وَيُحَلَّى حُلَّةَ اْلإِيْمَانِ, وَيُزَوَّجُ مِنَ الْحُورِ الْعِيْنِ, وَيُجَارُ مِنْ عَذَابِ اْلقَبْرِ, وَيَأْمَنُ مِن الْفَزَعِ اْلأَكْبَرِ, وَيُوضَعُ عَلَى رَأْسِهِ تَاجُ الْوَقَارِ اَلْيَاقُوتَةُ مِنْهُ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فيها, وَيُزَوَّجُ اثْنَتَيْنِ وَسَبْعِيْنَ زَوْجَةً مِنَ الْحُورِ الْعِيْنِ, وَيُشَفَّعُ فِي سَبْعِيْنَ إِنْسَانًا مِنْ أَقَارِبِهِ
Artinya : “Sesungguhnya bagi orang yang syahid mendapatkan enam bagian (keutamaan): Diampuni dosanya sejak tetes darah pertama, diperlihatkan tempat duduknya di Jannah, Dihiasi dengan perhiasan Iman, Dinikahkan dengan Bidadari, dihindarkan dari adzab kubur, selamat dari goncangan yang dahsyat, dipakaikan mahkota di atas kepalanya dari Al Yaqut yang lebih baik dari dunia dan seisinya, dan memberi syafaat tujuh puluh kerabatnya”. (HR. Ahmad, At Turmudzi, At-Thobroni dan Ibnu Majah dengan lafazh berbeda).
Rosulullah sendiri  berkeinginan agar terbunuh beberapa kali di jalan Allah :
وَلَوَدِدْتُ أَنْ أُقْتَلَ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ ثُمَّ أُحْيَا ثُمَّ أُقْتَلُ ثُمَّ أُحْيَا ثُمَّ أُقْتَلُ
Artinya : “Sungguh, aku benar-benar berandai-andai jika untuk terbunuh di jalan Alloh, kemudian dihidupkan lagi, ke-mudian terbunuh lagi, kemudian dihidupkan lagi, kemudian terbunuh lagi.” (Muttafaqun’alaih).
Dalam Shohih Bukhori Muslim dari Anas bin Malik ia berkata: Ketika Harom bin Milhan ditikam pada peristiwa Bi’ru Ma‘unah –Harom adalah paman daripada Anas—, ia melumurkan darahnya di wajah dan kepalanya sembari mengucapkan: “Fuztu wa robbil Ka‘bah…!” (Demi robb pemilik Ka‘bah, aku telah menang).
Coba akhi antum renungkan, bagaimana mungkin orang yang melihat kematian berada di depan matanya bersumpah bahwa ia telah menang kalau bukan karena ia telah mencium bau surga?
Ikhwan Fillah yang ana cintai…… Tidak mungkin kita bisa meraih keutamaan ini tanpa amal Jihad fii Sabiilillah, tidak mungkin kita meraih kemenangan tanpa terbunuh di jalan Allah, tidak mungkin Allah memberi rezki sebagai syahid kalau kita cuma duduk-duduk saja.      Inilah nasehat Kholid Al Islambuli sebelum beliau dieksekusi mati :
كَثِيْرٌ مِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ الْحَيَاةَ طَرِيْقًا إِلَى الْمَوْتِ وَأَنَا اخْتَرْتُ الْمَوْتَ طَرِيْقًا إِلَى الْحَيَاةِ
“Kebanyakan manusia menjadikan kehidupan sebagai jalan menuju kematian. Sementara aku menjadikan kematian sebagai jalan menuju kehidupan”.

Semoga Alloh merahmati Ibnu Hazm ketika beliau mengatakan :
Cita-citaku di dunia adalah menyebarkan ilmu
Aku sebarkan di setiap lembah dan perkam-pungan
Menyeru kepada Al-Quran dan sunnah
Yang orang-orang sengaja melupakannya dalam khutbah-khutbah
Dan aku akan wajibkan diriku menjadi mujahid di perbatasan musuh
Ketika suara mencekam datang, akulah yang pertama hampiri
Tuk jemput maut dalam keadaan maju pantang mundur
Mengguna pasak-pasak yang panjang dan palu yang mematikan
Berhadapan dengan orang-orang kafir di medan peperangan
Kematian termulia bagi pemuda adalah dibunuh orang kafir
Robbku, jangan matikan aku selain dengan cara ini
Dan jangan jadikan aku orang-orang yang menghuni liang kubur
Itulah Ibnu Hazm .…………
Disebutkan dalam sebuah sya’ir :
تَرْجُوا النَّجَاةَ وَلَمْ تَسْلُكْ مَسَالِكَهَا إِنَّ السَّفِيْنَةَ لاَ تَجْرِي عَلَى الْيَبَسِ
“Kalian menginginkan kesuksesan, akan tetapi kalian tidak mau menempuh jalannya. (ketahuilah) bahwasanya kapal itu tidak akan mungkin dapat berlayar di atas pasir”. (Tercantum dalam Syu’abul Iman oleh Imam al-Bayhaqi).
تعددت الاسباب   والموت واحد
من لم يمت بالسيف   مات بغيره
” Begitu ragam sebabnya       tapi kematian satu hal yang pasti datangnya
Barang siapa yang tidak mati karena sebab pedang
Maka dia akan mati pula karena sebab yang lainnya.”

Saat akan dibunuh kafir Quraisy, shahabat Khubaib bin ‘Adi bersyair :
وَلَسْتُ أُبَالِي حِيْنَ أُقْتَلُ مُسْلِمًا عَلَى أَيِّ جَنْبٍ كَانَ فِي اللهِ مَصْرَعِيْ
وَذَلِكَ فِيْ ذَاتِ اْلإِلَهِ وَإِنْ يَشَأْ يُبَارِكْ عَلَى أَوْصَالِ شِلْوٍ مُمَزَّعِ

“Aku tiada peduli saat aku terbunuh sebagai seorang muslim
Dalam posisi apa pun, sungguh aku terjatuh karena Allah
Bagi Allah, jika Dia menghendaki
Dia akan memberkati setiap bagian tubuh yang terpisah.”
Ikhwan Fillah Rohimakumullah………
Sesungguhnya hakikat kemenangan adalah teguh di atas prinsip. Walaupun badan harus terpenjara, dan walaupun badan harus tertembus peluru timah panas musuh. Biar badan hancur bersimbah darah berkalang tanah, asal hati tetap teguh di atas prinsip. Prinsip itu tersimpulkan dalam kata-kata mutiara “HIDUP MULIA atau MATI SYAHID”.
Inilah amal Jihad generasi pendahulu kita, contoh dalam amal dan pengorbanan yang diberikan untuk generasi kita sekarang ini, sampai tetes darah terakhir mereka berikan untuk tegaknya kalimat Allah, untuk meraih dua kebaikan yakni kemenangan atau syahid di jalan Nya.
Semoga kita semua bisa menapaki jalan generasi pendahulu kita dan semoga Allah mengumpulkan kita bersama mereka dalam Jannah Nya. Kami juga memohon kepada Allah untuk menolong para mujahidin disemua tempat, menerima para syuhada yang gugur di jalan Nya, menaikan derajat mereka di surga, membebaskan para tahanan dan yang teraniaya, memelihara mereka yang terluka, menyembuhkan mereka yang sakit, melimpahkan keluarga mereka dengan segala ketentraman, dan memberikan mereka pahala yang setimpal. Dialah Dzat yang maha mendengar dan yang Maha Pemberi. Dan doa kami yang terakhir adalah segala puji bagi Allah, Sang Maha Pencipta. Amin Yaa mujiibas saa’iliin.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَ الْمُؤْمِنَاتِ، وَ الْمُسْلِمِيْنَ وَ الْمُسْلِمَاتِ وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِهِمْ وَ أَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِهِمْ وَ انْصُرْهُمْ عَلَى عَدُوِّكَ وَعَدُوِّهِمْ وَاهْدِهِمْ سُبُلَ السَّلاَمِ، وَأَخْرِجْهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّوْرِ، وَ جَنِّبْهُمُ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَ بَارِكْ لَهُمْ فِي أَسْمَاعِهِمْ وَأَبْصَارِهِمْ مَا أَبْقَيْتَهُمْ، وَ اجْعَلْهُمْ شَاكِرِيْنَ لِنِعَمِكَ مُثْنِيْنَ بِهَا عَلَيْكَ، قَابِلِيْهَا، وَأَتْمِمْهَا عَلَيْهِمْ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ، اَللَّهُمَّ انْصُرْ كِتَابَكَ وَ دِيْنَكَ وَ عِبَادَكَ الْمُؤْمِنِيْنَ، وَأَظْهِرِ الْهُدَي وَ دِيْنَ الْحَقِّ الَّذِي بَعَثْتَ بِهِ نَبِيَّنَا مُحَمَّدًا صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ، اَللَّهُمَّ عَذِّبِ الْكُفَّارَ وَ الْمُنَافِقِيْنَ، الَّذِيْنَ يَصُدُّوْنَ عَنْ سَبِيْلِكَ وَ يُبَدِّلُوْنَ دِيْنَكَ وَ يُعَادُوْنَ الْمُؤْمِنِيْنَ، اَللَّهُمَّ خَالِفْ كَلِمَتَهُمْ، وَشَتِّتْ بَيْنَ قُلُوْبِهِمْ، وَاجْعَلْ تَدْمِيْرَهُمْ فِيْ تَدْبِيْرِهِمْ، وَأَدِرْ عَلَيْهِمْ دَائِرَةَ السَّوْءِ، اَللَّهُمَّ أَنْزِلْ بِهِمْ بَأْسَكَ الَّذِيْ لاَيُرَدُّ عَنِ الْقَوْمِ الْمُجْرِمِيْنَ، اَللَّهُمَّ مُجْرِيَ السَّحَابِ، وَ مُنْزِلَ الْكِتَابِ، وَهَازِمَ اَلأَحْزَابِ، اِهْزِمْهُمْ وَ زَلْزِلْهُمْ ، وَ انْصُرْنَا عَلَيْهِمْ، رَبَّنَا أَعِنَّا وَلاَ تُعِنْ عَلَيْنَا، وَ انْصُرْنَا وَلاَ تَنْصُرْ عَلَيْنَا، وَامْكُرْ لَنَا وَ لاَ تَمْكُرْ عَلَيْنَا، وَ اهْدِنَا وَ يَسِّرِ الْهُدَي لَنَا، وَانْصُرْنَا عَلَى مَنْ بَغَى عَلَيْنَا، رَبَّنَا اجْعَلْنَا لَكَ شَاكِرِيْنَ مُطَاوِعِيْنَ مُخْبِتِيْنَ أَوَّاهِيْنَ مُنِيْبِيْنَ، رَبَّنَا تَقَبَّلْ تَوْبَتَنَا، وَاغْسِلْ حَوْبَتَنَا، وَثَبِّتْ حُجَّتَنَا، وَاهْدِ قُلُوْبَنَا، وَسَدِّدْ أَلْسِنَتَنَا، وَاسْلُلْ سَخَائِمَ صُدُوْرِنَا
“ Yaa Alloh, ampunilah kaum mukminin dan mukminat, kaum muslimin dan muslimat, satukanlah hati mereka, perbaikilah hubungan mereka, menangkanlah mereka atas musuhMu dan musuh mereka, berilah petunjuk mereka kepada jalan-jalan keselamatan, dan keluarkanlah mereka dari kegelapan menuju cahaya, dan jauhkanlah mereka dari perbuatan-perbuatan keji yang lahir maupun yang batin, dan berkahilah pendengaran dan penglihatan mereka selama Engkau hidupkan mereka, dan jadikanlah mereka orang-orang yang mensyukuri nikmat-nikmatMu, memujiMu lantaran nikmat-nikmat tersebut, dan menerima nikmat-nikmat tersebut, dan sempurnakanlah nikmat-nikmat tersebut kepada mereka wahai Robb semesta alam. Yaa Alloh menangkanlah kitabMu, diin (agama) Mu dan hamba-hambaMu yang beriman, dan menangkanlah petunjuk dan diinul haqq (agama yang benar) yang Engkau turunkan melalui Nabi Kami Muhammad SAW di atas semua diin (agama). Yaa Alloh siksalah orang-orang kafir dan orang-orang munafik yang menghalang-halangi dari jalanMu dan merubah diin (agama) Mu, dan memusuhi orang-orang beriman. Yaa Alloh cerai-beraikan kesepakatan mereka, perselisihkanlah hati mereka, dan jadikanlah kehancuran mereka pada usaha mereka, dan turunkanlah bencana kepada mereka. Yaa Alloh turunkanlah siksaanMu yang tidak ada yang bisa menolaknya dari orang-orang yang jahat. Yaa Alloh, yang menjalankan awan, yang menurunkan kitab, yang menghancurkan pasukan yang bersekutu, hancurkanlah mereka dan goncangkanlah mereka, dan menangkanlah kami atas mereka. Wahai Robb kami, tolonglah kami dan janganlah Engkau tolong orang yang memusuhi kami, menangkanlah kami dan jangan Engkau menangkan orang yang memusuhi kami, buatkanlah makar untuk membela kami dan jangan Engkau buatkan makar orang yang memusuhi kami, dan berilah petunjuk kepada kami, dan mudahkanlah kami dalam mendapatkan petunjuk, dan menangkanlah kami terhadap orang yang menganiaya kami. Wahai Robb kami, jadikanlah kami orang-orang yang bersyukur, taat, tunduk, banyak berdo’a dan banyak bertaubat kepadamu. Wahai Robb kami, terimalah taubat kami, sucikanlah dosa kami, kokohkanlah hujjah jami, berilah petunjuk hati kami, luruskanlah lidah-lidah kami dan cabutlah kedengkian yang ada di dalam dada-dada kami.”
حَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلِ نِعْمَ الْمَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيْرِ
لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِا اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته.
BUMI ALLAH, 29-04-2010
HAMBA ALLAH YANG FAQIR :
ABU IKRIMAH AL-BASSAM AL-MATHLUBII
Dimuat Oleh:  Azzam Al Qitall
Sumber:  7ihadmedia.wordpress.com
___________________________________________________________________________________
Share This Post:

Bookmark 
and Share


Wawancara dan Pesan Syaikh Sirajuddin Haqqani kepada Jihadis Media

•Mei 3, 2010 • Tinggalkan sebuah Komentar

Berikut ini adalah kutipan wawancara Al-Balagh Media dengan Syaikh Sirajuddin Haqqani –semoga Allah menjaga beliau– tentang media Jihad. Syaikh Sirajuddin Haqqani merupakan putra Syaikh Jalaluddin Haqqani. Saat ini diberi amanah oleh Imarah Islam Afghanistan untuk memerintah wilayah tenggara Afghanistan (Paktia, Khost, Paktika). Berikut kutipan wawancara dengan beliau, semoga bermanfaat.
[...]
Al-Balagh Media (ABM) : Dapatkah kami meminta gambaran dari Panglima Sirajuddin Haqqani tentang masa depan media Jihad?
Syaikh Sirajuddin Haqqani (SH) : Mereka akan terus mendistribusikan rilisan-rilisan yang penting, dan mereka akan mencari cara untuk memperkuat dan meningkatkan kewaspadaan, dan menjangkau pikiran para pemuda dan umat Islam umumnya, dan menunjukkan kepada masyarakat kenyataan tentang musuh mereka.
ABM : Syekh kami, kami ingin meminta Anda untuk langsung memberikan pesan ke media Jihad, selain itu, sejauh mana dampak dari media Jihad?
SH : Para Jihadis Internet perlu untuk meningkatkan tingkat (kemampuan) mereka, mengorganisir diri lebih kuat, bekerjasama, meningkatkan penelitian mereka, dan mempublikasikan materi mereka. Mereka juga harus up to date, dan mereka harus cepat dalam menyebarkan berita dari dunia Jihad Islam, dan mempublikasikan pesan dari para komandan Jihad.
Tujuannya adalah agar karya mereka menjadi sesuatu yang sangat eksklusif, mereka perlu membuat instansi media (non-jihad) lainnya meminta kepada mereka, bukan kita yang meminta (berita) dari mereka. Mujahidin perlu membantu mereka, dan gerakan Jihad perlu meningkatkan distribusi bahan Jihad (laporan, wawancara dll..), dan yang paling penting adalah rilis video resmi.
Selain itu, masyarakat Muslim umum harus membantu mereka secara finansial, teknis dan dengan segala cara lain. Jihad jaringan internet adalah sesuatu yang kita perlu banggakan, dan kita hormati. Kenyataannya adalah bahwa mereka telah melakukan suatu pekerjaan yang hebat.
ABM : Apakah jaringan Jihad media melayani tujuan mereka, atau mereka harus lebih aktif?
SH : Ya mereka melayani tujuan mereka, tetapi mereka perlu meningkatkan keterampilan mereka di segala bidang, dan mereka harus lebih aktif di setiap front.
ABM : Berpa besar peran jaringan media Jihad dalam mendukung Mujahidin, dan menunjukkan kebenaran tentang perang, sengitnya pertempuran yang terjadi di tanah Khurasan?
SH :  Ia memainkan peran yang besar dan jaringan media Jihad telah ada di lapangan, tapi kita perlu lebih banyak cakupan dan perhatian.
ABM : Apa peran forum-forum Jihad, dan terutama forum Islam al-Faloja, dalam mengungkap fakta-fakta tentang situasi di tanah Khurasan?
SH : Peranan jaringan media Jihad yang besar dan jelas, dan kami berterima kasih kepada mereka, dan terutama forum Islam al-Faloja, dan sebelum itu al-Hesbah dan al-Ekhlas, dan mimbar jihad , dan ini adalah kesempatan besar untuk mengucapkan terima kasih kepada semua Muslim yang bertanggung jawab atas Media Jihad. Dan aku memohon kepada Allah untuk menerima amal mereka.
ABM : Apakah ada saran yang ingin Anda berikan kepada jaringan media Jihad secara umum?
SH : Saran saya kepada saudaraku (Jurnalis dan wartawan Jihad) dan jaringan media Jihad secara umum, dan Mujahidin, adalah untuk menyelidiki kebenaran kata-kata dan tindakan, dan untuk tidak membesar-besarkan berita. Dan mereka harus menjatuhkan moral musuh, dan memperingatkan orang-orang tentang berita dari sumber-sumber musuh.
Aku meminta Allah untuk membimbing mereka, dan memberkati mereka dengan surga tertinggi di langit. Aku meminta Allah untuk melindungi mereka dan membantu mereka, dan sebenarnya mereka telah menawarkan layanan besar dalam mengekspos kebohongan palsu dari Tentara Salib.
[...]
(Ar Rahmah)
_________________________________________________________
Share This Post:

Bookmark 
and Share

Mujahid Media Itu Harus Eksis & Media Islam Harus Menjadi Yang Terdepan

•Mei 3, 2010 • Tinggalkan sebuah Komentar

Berikut ini adalah tulisan akhuna Muhammad Jibriel Abdul Rahman sebagai tahridh penyemangat untuk Mujahid Media dan Jurnalis-jurnalis Islam.
Kepada:
Mujahid Media dan Jurnalis-jurnalis Islam yang ku Cintai Karena Allah.
Mujahid Media Itu Harus Eksis & Media Islam Harus Menjadi Yang Terdepan
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Segala puji bagi Allah SWT atas segala karunia-Nya berupa kenikmatan Iman, Taqwa dan Keistiqomahan buat para Mujahid-mujahid yang berjuang di jalan-Nya. Shalawat dan salam buat junjungan besar kita, komandan Mujahid, Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabat-sahabatnya. Amma ba’du.
Dengan izin Allah, Ana bisa menulis kembali untuk ikhwah dan akhwat sekalian. Walaupun tidak seberapa, namun Insya Allah bisa menjadi Tahridh (penyemangat) dan bermanfaat buat kalian dalam menjadi sosok Mujahid media.
Ikhwani Wa Akhwati fillah…
Memang perjuangan ini amatlah berat, penuh hal-hal yang membuat kaum Muslimin sesak ketika melihat penindasan-penindasan kaum Munafik, Kafir dan sebagainya terhadap ummat ini. Penindasan yang mereka lakukan bukan saja secara fisik melalui invasi militer dan kekuatan-kekuatan yang lain, namun juga didukung oleh media-media sekuler antek-antek yahudi dalam penindasan bentuk lain. Dengan sarana propaganda jijik lagi keji, melalui media TV, Internet, surat kabar dan sebagainya.
Ironisnya, Ikhwani fillah, perang media propaganda mereka ini didukung oleh media-media yang katanya “Islami”, tapi keberpihakan terhadap kaum Muslimin begitu minim bahkan tidak adil sama sekali dengan alasan netralitas semu.
Subhanallah, bagi Umat Islam terutama Mujahid Media Islam, netralitas kita adalah keberpihakan kita terhadap kaum Muslimin dan perjuangan-perjuangan Islam yang membela kaum Muslimin, yang mereka sanggup membela Agama Allah ini dengan harta dan jiwa. Menabrak pakem yang telah dibuat oleh kaum sekuler dan kafir ini adalah sebuah kemuliaan buat Islam dan Izzatul Islam.
Coba kalian renungkan dengan baik saudara-saudaraku… Semua aturan-aturan media internasional itu adalah bikinan kaum zionis, dari aturan jurnalistik, kenetralan dan hal-hal humanis serta keberpihakan media kepada negara-negara penjajah. Semua itu adalah bentuk penjajahan jiwa buat jurnalis-jurnalis Islam di dunia.
Mereka yang membuat sumber-sumber berita, dan kita yang mengutip untuk kita publish, lihat AP, Reuters, AFP, CNN, BBC dan lain-lain, sebuah contoh kiblat yang kebanyakan kita berkiblat dalam segala hal, mulai pengambilan, penyaduran, bahkan gaya atau lifestyle yang mereka buat.
Terus terang, selama lima tahun ana berkecimpung dalam dunia media ini, walaupun secara khusus ana bukan jurnalis yang hebat, bahkan masuk sekolah jurnalis saja tidak pernah, namun dengan izin Allah, dengan dibantu orang-orang yang ikhlas, ana bisa menabrak pakem yang dibuat kaum sekuler ini. Semua ini ikhwah, bisa terjadi bukan karena kita menguasai ilmu jurnalistik tapi harus lebih dari itu.
Untuk menjadi jurnalis Islam yang hebat itu sangat mudah. Semua itu harus bermula dari jiwa yang bersih, hati yang bersih, yang hanya meletakkan Allah Swt di atas segala-galanya, dan hanya bertauhid kepada-Nya, serta menjadikan Nabi Muhammad Saw sebagai suri tauladan hidup dan Al-Qur’an-Hadis sebagai pegangan hidup. Demi Allah, kalian akan hebat bilamana itu semua kalian laksanakan.
Mengapa harus memerlukan jiwa yang bersih? Karena dengan jiwa yang bersih, Allah SWT akan memberikan kita sebuah mata hati yang bisa melihat antara yang haq dan bathil, kebenaran dan kesesatan, yang bisa membedakan mana yang Islam dan mana yang Kafir serta Munafik.
Tanpa hati yang bersih, maka kebatilan selalu terdepan, sedangkan kebenaran tersingkir hanya demi memuaskan musuh-musuh Allah Swt. Maka konsep cek and ricek atau dengan kata lain tabayyun ini sangatlah penting. Wajib bagi jurnalis-jurnalis Islam bertabayyun dalam setiap hal, dan bisa memberikan yang terbaik buat Islam dan kaum muslimin, walaupun orang kafir membenci dan memboikot. Jangan hanya gara-gara orang tidak ingin beriklan di media kita, kita sanggup mengorbankan kebenaran ke arah sesuatu yang samar-samar atau bohong.
Yang kedua, meletakkan Allah di atas segalanya. Dan poin ini sangatlah penting, di sinilah banyak di antara kita, dari jurnalis muslim kadang sering ragu dalam hal kebenaran. Bahkan takut menyampaikan kebenaran itu, karena masih merasa manusia lebih besar dari Allah, takut kepada bos, pemerintah, penegak hukum thaghut.
Apabila kebenaran itu disampaikan, maka mungkin akan diintimidasi bahkan ditangkap. Saudaraku, ingatlah jika manusia ini berkumpul untuk memberikan kemudhorotan (mencelakakan) kepada kamu, mereka tidak akan bisa kecuali dengan izin Allah. Allahu akbar!! Allah Maha Besar, tidak ada yang lebih besar dari-Nya. Jangan takut, bergantunglah hanya kepada-Nya dan bijaksanalah.
Ketiga, menjadikan Nabi Muhammad Saw sebagai suri tauladan. Nabi Muhammad SAW telah memberikan contoh terbaik buat umat Islam dalam segala hal, perhatikan QS. Al-Fath ayat 29:
“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan Dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka…”
Ayat tersebut menggambarkan sikap dan keberpihakan kita serta loyalitas, keras terhadap orang kafir dan lembut sesama orang Islam, ini perlu kebijaksanaan para mujahid itu sendiri. Intinya, sebelum menulis sesuatu berita atau artikel, kita harus mempertimbangkan dampaknya untuk kaum muslimin.
Jika itu sebuah kebenaran, maka harus disampaikan walau pahit, tapi harus bijaksana dan lembut, namun jika menyampaikan kekalahan-kekalahan orang kafir, harus tegas, karena itu akan membuat kaum Muslimin bangga karena itu merupakan sebuah kabar gembira bagi mereka.
Dan terakhir, kembali kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Apapun masalahnya atau argumentasinya, jika kita berselisih atau bingung dalam memposisikan sesuatu, maka kembalikanlah kepada kitabullah wa sunnatu rosulullah (Al Qur’an dan As Sunnah), karena di situlah petunjuk dari sang pencipta dan tauladan buat umat manusia. Insya Allah, jika kita istiqomah dalam segala hal ini, kita akan sukses dunia akhirat.
Ikhwah fillah…
Maka oleh itu, jangan kalian merasa kecil dan tidak bersemangat dalam membela agama Allah ini. Jika belum berkesempatan untuk berjuang di medan laga maka kita bisa berjihad di medan maya dan sejenisnya, sehingga Dien ini hanya milik Allah.
Sebelum Ana mengakhiri tahridh ini, Ana ingin menukil beberapa kata dari seorang Mujahid agung, Dr. Ayman Az Zawahiri dalam bukunya At-Tabriah; Mengapa Mujahid Media Itu harus Eksis dan Media Islam Harus Menjadi yang Terdepan. Ada tiga poin yang Ana kutip:
  1. Untuk menjawab syubhat-syubhat (fitnah) kaum kafir dan antek-anteknya dengan bukti yang benar.
  2. Menjawab segala asumsi dan opini media kafir dan sekuler dengan fakta.
  3. Membangkitkan rasa percaya diri umat ini, bahwasanya eksistensi umat itu masih ada.
Alhamdulillah, semoga tulisan ini bermanfaat untuk saudaraku sekalian yang Ana cintai karena Allah. Ikhlas, sabar, istiqomah dan optimislah untuk menjadi manusia yang terbaik untuk umat ini. Bersatulah dan pupuklah ukhuwah dengan sesama jurnalis Muslim yang lain serta kaum Muslimin yang lain. Selalu menasehati dalam kebenaran dan kesabaran. Doakan Ana istiqomah dan terlepas dari fitnah yang telah musuh-musuh ini lemparkan. Allahu maulana wala maulaalahum! Allah pelindung kita dan mereka (orang kafir) tidak punya perlindungan.
Wallahu a’lam bishshawab…


April 2010
Saudara kalian,
Muhammad Jibriel AR @ Prince of Jihad
Istana Uzlah, Mako Brimob.
__________________________________________________________
Share This Post:
Bookmark 
and Share


Pesan Ustadz Aman Dari Balik Jeruji Besi (II)

•Mei 1, 2010 • 1 Komentar
Ustadz Aman Sulaiman Abdurrahman, kembali mengirimkan pesan dari balik jeruji besi. Kali ini Beliau menasehati seluruh ikhwan yang diuji dengan rasa cemas dan takut. Beliau meminta kepada semua ikhwan untuk bersabar, karena setelah kesulitan pasti ada kemudahan.
Kepada ikhwan yang diuji dengan rasa cemas dan takut…
Assalamu ‘alaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh
Segala puji hanya bagi Allah yang berfirman “Maka jangan kalian takut kepada mereka dan takutlah kalian kepada-Ku jika kalian adalah orang-orang yang beriman.” (Ali ‘Imran: 175)
Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Rasul-Nya, sahabatnya dan orang-orang yang mengikutinya sampai hari kiamat.
Ikhwani… sudah menjadi sunnatullah pada perjalanan dakwah tauhid dan para penganutnya adalah mengalami masa-masa takut dan kecemasan dari kejahatan musuh-musuh yang sedang berkuasa. Dimana para penguasa thaghut itu menggunakan kekuasaannya untuk membungkam kaum muwahhidin dengan pelumpuhan yang berbentuk penahanan atau melukai, dengan pembunuhan maupun pengusiran dan deportasi, sebagaimana firman-Nya: “Dan ingatlah tatkala orang-orang kafir memikirkan tipu daya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu, atau membunuhmu atau mengusirmu” (Al Anfal: 30)
juga firman-Nya tentang ancaman fir’aun kepada Nabi Musa: “Dia fir’aun berkata: Sungguh jika kamu menyembah Tuhan selain aku, pasti aku masukkan kamu ke dalam penjara.” (As Syu’ara: 29) dan firman-Nya: “Dan fir’aun berkata (kepada pembesar-pembesarnya): Biar aku yang membunuh Musa…” (Al Mu’min: 26)
Maka ketika kondisi seperti itu, kaum muslimin yang hidup tertindas di dalamnya diliputi rasa cemas dan takut, sebagaimana yang dialami kaum mukminin Bani Israil di masa fir’aun: “Maka tidak ada yang beriman kepada Musa, selain keturunan dari kaumnya dalam keadaan takut bahwa fir’aun dan para pemuka kaumnya akan menyiksa mereka.” (Yunus: 83) dan yang dialami Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya di awal Islam, sebagaimana firman-Nya: “Dan ingatlah ketika kalian (para muhajirin) masih berjumlah sedikit lagi tertindas di bumi Mekkah, dan kalian takut orang-orang (Mekkah) akan menculik kalian…” (Al Anfal: 26)
Dan itulah realita masa sekarang dimana tauhid dan para penganutnya menjadi kembali asing seperti semula di awal kemunculannya. Sebagaimana sabda Rasulullah di dalam hadits shahih: “Sesungguhnya Islam datang muncul dalam keadaan asing, dan ia akan kembali asing seperti semula, maka bahagialah bagi al ghuraba.”
Kaum muwahhidin semua dalam kondisi mencekam dan khawatir dari kekejaman aparat fir’aun masa kini yang tidak mengenal belas kasihan kepada anak-anak balita, para wanita lemah dan kaum lanjut usia apalagi kepada para pemuda. Dimana fir’aun masa kini dan para aparatnya itu bila mereka menangkap dan menguasai kaum muwahhidin, maka mereka itu benar-benar bersikap sebagai musuh yang siap melampiaskan kesumatnya, sebagaimana firman-Nya: “Jika mereka menangkapmu, niscaya mereka bertindak sebagai musuh bagimu lalu mereka melepaskan tangan dan lidahnya kepadamu untuk menyakiti dan mereka ingin agar kamu (kembali) kafir” (Al Mumtahanah: 2) dan firman-Nya: “Padahal jika mereka memperoleh kemenangan atas kamu maka tidak memelihara hubungan kekerabatan denganmu dan tidak (pula mengindahkan) perjanjian.” (At Taubah: 8)
Dan itulah realita dimana mereka tidak mengindahkan norma-norma kemanusiaan, kekerabatan dan perjanjian, karena peperangan bagi mereka adalah pelampiasan dendam dan hawa nafsu. Tapi itulah perjalanan dakwah tauhid, pasti mengalami ujian mihnah ketertindasan dan penganiayaan dari musuh yang berkuasa, dan itu adalah ketentuan Allah yang tidak bisa berubah dan telah menimpa para Rasul dan akan dialami oleh setiap orang yang membawa apa yang dibawa oleh para Rasul, sebagaimana firman-Nya ta’ala: “Dan sesungguhnya Rasul-Rasul sebelum engkau pun telah didustakan, tetapi mereka sabar terhadap pendustaan dan penganiayaan (yang dilakukan) terhadap mereka, sampai datang pertolongan Kami kepada mereka. Dan tidak ada yang bisa mengubah ketetapan Allah.” (Al An’am: 34).
Waraqah ibnu Naufal berkata kepada Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Tidak seorangpun datang dengan membawa seperti apa yang kamu bawa, melainkan pasti disakiti dan dimusuhi.” (HR. Al Bukhari).
Tapi fase ketertindasan ini adalah fase yang mesti dilalui menuju tamkin di muka bumi ini yang bisa saja tidak dinikmati oleh orang-orang yang kokoh menghadapi ketertindasan itu, tapi dinikmati oleh orang-orang sesudah mereka yang melanjutkan jalan perjuangan sehingga bisa melihat kehancuran kekuasaan fir’aun-fir’aun zaman ini, sebagaimana firman-Nya ta’ala: “Dan Kami wariskan kepada kaum yang tertindas itu, bumi bagian timur dan bagian baratnya, yang telah Kami berkahi. Dan telah sempurnalah firman Tuhanmu yang baik itu (sebagai janji) untuk Bani Israil disebabkan kesabaran mereka. Dan kami hancurkan apa yang telah dibuat fir’aun dan kaumnya dan apa yang telah mereka bangun.” (Al A’raf: 137) dan firman-Nya: “Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi itu, dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi bumi, dan Kami teguhkan kedudukan mereka di bumi dan Kami perlihatkan kepada Fir’aun dan Haman bersama bala tentaranya apa yang selalu mereka takutkan dari mereka.” (Al Qashash: 5-6) sedangkan yang ditakutkan fir’aun dahulu dan sekarang dari para penyeru dakwah tauhid ini adalah mereka mengganti ideologi negara dan rusaknya kepentingan dunia fir’aun-fir’aun dan kroni-kroninya itu, sebagaimana ucapan fir’aun dulu “Biar aku yang membunuh Musa dan suruh dia menyeru Tuhannya. Sesungguhnya aku takut dia akan mengganti dien (ideologi/hukum) kalian atau menimbulkan kerusakan di bumi.” (Al Mu’min: 26)
Oleh sebab itu bersabarlah wahai saudaraku, bersandarlah kepada Allah dan mintalah bimbingan kepada-Nya. Ketahuilah bahwa tidak ada yang bisa mendatangkan manfa’at dan madlarat kecuali Allah. Bersabarlah, karena setelah perjalanan di padang yang tandus lagi gersang yang penuh binatang buas ini ada taman yang sejuk nan indah.
Abu Sulaiman
Source : millahibrahim.wordpress.com
 
Template designed using AgungKarebaTemplate Cinemateca, Criado Por: AgungKareba.